JAKARTA, GRESNEWS.COM - Walikota Surabaya Tri Rismaharini berencana menutup kawasan lokalisasi legendaris di Surabaya, Gang Dolly. Rencananya, penutupan kawasan lokalisasi ini akan dilakukan sejak 19 Juni mendatang. Risma sendiri berencana menutup Dolly setelah menemukan fakta memilukan adanya anak-anak di bawah umur yang menjadi "pelanggan" pekerja seks komersial di Dolly.

Rencana penutupan itu sendiri mengundang kontroversi. PDIP, partai yang mendukung Risma sendiri malah menentang penutupan lokalisasi itu melalui Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana. Namun belakangan Wisnu malah diangkat menjadi tim penutupan Dolly yang rencananya akan dilaksanakan dalam jangka panjang setelah warga diberi pemahaman.

Meski begitu masih ada juga pihak yang khawatir penutupan Dolly akan menimbulkan ekses yang tidak diharapkan. Sebagian masyarakat resah, setelah ditutup PSK Dolly justru beroperasi secara liar dan akan muncul lokalisasi ilegal. Direktur Eksekutif Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pinggiran (PPAP) Titi Sumbu mengatakan, dampak buruk seperti itu sangat mungkin terjadi.

"Jika pemerintah tidak benar-benar menyiapkan masa depan mereka, ditakutkan para PSK tersebut akan tetap menjadi PSK secara diam-diam. Ini lebih membahayakan karena malah akan menyebarkan penyakit ke lebih banyak daerah," katanya kepada Gresnews.com, Jumat, (23/5).

Selain PSK, bagi Titi masih ada kehidupan lain yang juga harus mendapat perhatian pemerintah, yakni para mucikari dan pedagang. "Mereka ini yang paling sulit sebenarnya untuk dibujuk, perempuan di sana hanya sebagai alat. Mereka inilah yang memanfaatkan, makanya yang paling banyak melakukan penolakan ya si mucikari," kata Titi.

Jika pemerintah dapat meluluhkan hati para mucikari, ia yakin penutupan Dolly akan berjalan lebih mudah karena si induk sudah ditangkap maka anak-anaknya hanya akan mengikuti saja. Walaupun begitu, penutupan Dolly merupakan suatu yang harus tetap dilakukan tanpa adanya pengunduran akibat penolakan banyak pihak.

"Jangan diikuti kelompok penolak itu, tidak memikirkan dampak jeleknya untuk masyarakat luas. Jika diteruskan akan lebih banyak lagi yang sengsara," ungkapnya.

Ia memberi contoh penyebaran virus HIV/AIDS yang dibawa para PSK menjadi rantai kepada konsumennya beserta istri dan anak yang dikandung. "Kasihan anak yang tidak berdosa menanggung penyakit orang tuanya," ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Surabaya, Wisnu Sakti Buana mengatakan belum ada kesepakatan antara warga dan pemkot terhadap penutupan Dolly. "Jika sampai batas waktunya belum dicapai kesepakatan, penutupan ini bisa mundur," kata Wisnu.

BACA JUGA: