JAKARTA, GRESNEWS.COM - Wajah Walikota Surabaya Tri Rismaharini tampak lelah, di sudut matanya masih tersisa sedikit gumpalang air mata, sisa kesedihannya yang entah sampai kapan akan dia pendam. Kamis kemarin, Risma dengan segala beban di kepala dan hatinya, akhirnya memenuhi undangan untuk menghadap para anggota DPR-RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Undangan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuannya dengan Wakil Ketua DPR-RI Priyo Budi Santoso di Surabaya, beberapa waktu lalu. Lewat pertemuan di DPR-RI ini diharapkan segala persoalan yang menghinggapi Risma sehingga membuatnya berniat mundur, bisa diselesaikan. Sayangnya pertemuan tertutup selama 30 menit itu ternyata tak juga memberikan solusi jitu tentang permasalahan di Surabaya, selain hanya permintaan agar Risma bertahan.

Priyo mengatakan, dalam pertemuan itu Risma memaparkan semua persoalan yang dihadapainya. Mulai dari ketidakcocokannya dengan sang wakil, Wisnu Sakti Buana, sampai tekanan politik terkait pembangunan jalan tol tengah kota Surabaya yang ditentangnya. Risma berkeyakinan proyek itu malah bakal membat Surabaya semakin macet, banjir dan bisa mematikan perekonomian masyarakat sekitarnya.

Risma lebih memilih membangun jalan outer ring road timur dan barat untuk mengurangi beban lalulintas dalam kota. Semua persoalan itulah yang disampaikan Risma kepada anggota DPR-RI. Terkait soal, Wisnu, Risma mengaku tidak merasa sepaham dan semisi dengan wakilnya itu. Meski demikian Risma tidak menuturkan secara terus terang penyebab permasalahannya itu kepada media. Risma hanya mengatakan bila dia hanya ingin bekerja untuk rakyat.

Priyo bilang, pimpinan DPR dapat memahami permasalahan yang dihadapi Risma. Hanya saja kata dia, solusi yang diambil harusnya bukan pengunduran diri. "Kalau nanti ditemukan ada masalah, maka saya menganjurkan pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk mengkaji ulang," kata Priyo kepada wartawan usai pertemuan tertutup dengan Risma.

Priyo mengatakan, pihak Kemendagri dapat mengoreksi kebijakan sebelumnya tentang pembuatan Surat Keputusan (SK) pengangkatan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Walikota Surabaya. Namun Mendagri Gamawan Fauzi tampaknya belum bisa mengambil sikap soal pencabutan SK pengangkatan Wisnu itu. Dia bilang permasalah ini sebaiknya dibicarakan dulu dengan Kemendagri. "Bu Risma jangan mundur," kata Gamawan.

Risma sendiri mengaku sudah tidak tahan menghadapi berbagai manuver politik yang menghantam dirinya. "Saya ini hanya ingin bekerja untuk rakyat," katanya. Dia bercerita baru saja sebulan, menjabat sebagai walikota, upaya melengserkan dirinya sudah berjalan. "Sejak satu bulan saya jadi Walikota saya mau diturunkan. Saya nangisin anak-anak (warga Surabaya-red). Semua ini titipan, nyawa saja saya sudah ikhlaskan," kata Risma kepada wartawan.

Risma pun mengaku sempat ditelepon oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar tidak mundur. Namun keinginan Risma saat ini hanyalah ingin bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syarif Hidayat mengatakan agar Risma tidak mundur. Menurutnya, akan menjadi dampak besar bagi warga Surabaya. "Bila mundur dampaknya lebih besar kepada masyarakat. Dampaknya akan besar karena akan berpengaruh pada program kota, dan pelayanan publik akan berpengaruh, selain itu dampaknya secara prsikologi akan berdampak pada situasi politik di Surabaya," kata Syarif Hidayat kepada Gresnews.com, Jumat (21/2).

Syarif Hidayat mengatakan, PDIP pun akan sangat rugi bila Risma mundur. Hal itu dikarenakan akan berpengaruh pada perolehan suara PDIP, terutama menjelang Pemilu saat ini. Syarif Hidayat bilang, persoalan Risma adalah permasalahan tidak cocoknya walikota Surabaya itu dengan wakilnya. Wisnu Sakti Buana merupakan rival politik Risma.

Pasalnya Wisnu yang sebelumnya wakil Ketua DPRD Surabaya itu mendukung pemakzulan Risma sebagai Walikota Surabaya pada tahun lalu. Namun hal itu tampaknya tidak didengarkan oleh partai yang mengusung Risma. PDIP tampaknya mempunyai hitungan politik saat mencalonkan Risma dan Wisnu sebagai pemimpin Kota Surabaya.

BACA JUGA: