JAKARTA, GRESNEWS.COM - Sel-sel terorisme seperti tak pernah pupus meski Detasenen Khusus 88 Antiteror terus memberangusnya. Menjelang tutup tahun 2013 Detasemen 88 Antiteror Polri kembali membekuk satu anggota jaringan terduga teroris yang telah lama menjadi salah satu Daftar Pencarian Orang (DPO) atas nama Atok Margono.  

"Atok Margono ditangkap di Pasar Sentral, Poso, sekitar jam 10.00 WITA," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (30/12).

Margono merupakan jaringan kelompok teroris Santoso yang terlibat dalam aksi bom bunuh diri di Poso beberapa waktu lalu. Selain itu Margono merupakan pelaku penembakan warga di Poso hingga meninggal bernama Noldi.

Atok Margono diduga juga pernah melakukan aksi curanmor dalam fainya (pendanaan teroris) untuk mengumpulkan pendanaan buat sarana yang digunakan aktivitas teror.
Sementara terhadap DPO Santoso, Densus 88 masih terus memburunya. Pria ini disebut-sebut sebagai biang teror yang pernah dilakukan beberapa kali di sejumlah daerah.

Selama 2013, Polri mengaku mengungkap 12 kasus terorisme. Saat ini 20 orang dalam proses penyidikan, 28 orang telah menjalani sidang dan 7 orang telah divonis. Sejak menjelang Natal dan Tahun Baru, polisi gencar melakukan operasi penyisiran terhadap sel-sel yang diduga menjadi tempat hidup jaringan terorisme, sehingga berhasil menangkap Atok.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyad Mbai mengingatkan aparat keamanan harus mendetekasi dini aksi terorisme menjelang Natal dan pemilihan umum 2014 mendatang.

Terkait adanya ancaman teror pada Natal 2013 dan Tahun Baru 2014 seperti yang pernah diungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ansyad mengatakan bahwa memang keinginan kelompok teroris untuk melakukan aksi kekerasan masih tinggi. Saat ini, masih banyak kelompok teroris yang tersebar di Indonesia yang mempunyai hubungan dan tujuan yang sama untuk melakukan aksi-aksi kekerasan seperti yang diserukan oleh tokoh-tokoh teroris.

Masih banyaknya sel-sel terorisme di Indonesia diiyakan Pengamat Intelijen dan Terorisme Mardigu W Prasantyo. Mardigu mengungkapkan sampai kapanpun terorisme akan hidup di Indonesia. Paham itu tidak akan pernah hilang sebab itu terkait dengan ideologi.

Jejaring pelaku teror yang mengatasnamakan kelompok tertentu akan berusaha menerapkan paham yang diyakininya. Mereka akan mengembangkan paham tersebut lewat perekrutan anggota baru. Anggota baru tersebut akan dikader dan dilatih di berbagai daerah. "Mereka tidak pernah mati, akan selalu tumbuh," kata Mardigu.

BACA JUGA: