PASAR modal domestik mesti berancang-ancang menghadapi tren pelemahan indeks saham di pasar global. Investor dibikin ketar-ketir menanti masa depan bursa nasional. Sebab, pelemahan di bursa saham internasional ikut menciptakan gelombang sentimen negatif terhadap pasar saham domestik.

"Pelemahan bursa internasional akan menimbulkan sentimen negatif sehingga menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Situasi ini tercermin dari sikap pesimis pasar," ucap analis pasar modal, Lucky Bayu Purnomo, saat berbincang dengan gresnews.com, Jakarta, Jumat (25/5).

Lucky menyatakan, kalaupun IHSG bergeser ke level positif, itu hanya bersifat technical rebound saja. "Technical rebound itu terjadi, misalnya, karena publikasi adanya aksi korporasi atau pengumuman pembagian dividen oleh sejumlah emiten," papar CEO PT Remax Capital itu.

Menurut Lucky, anjloknya Dow Jones menjadi lampu kuning bagi situasi bursa domestik. Pasalnya, barometer dari seluruh pemangku kepentingan di dunia capital market itu mengalami koreksi yang cukup mendalam. Begitu pula 500 saham unggulan di dunia, serta indeks NASDAQ 100 juga ikut terkoreksi. 
 
Pelemahan bursa global antara lain dipicu kekhawatiran bakal keluarnya Yunani dari zona Euro. Bahkan, pernyataan Perdana Menteri Italia, Mario Monti, yang optimis kalau Yunani masih akan bertahan di Euro, diragukan oleh pelaku pasar.

Sentimen negatif kembali bertebaran di sejumlah pasar di Asia. Kali ini, episentrum terhadap pasar saham di Asia mencuat di China akibat keraguan terhadap perbankan besar di negara itu dalam memenuhi target penyaluran kredit.

Situasi tersebut terus memicu kerawanan melemahnya IHSG. Hal itu tercermin dari melemahnya IHSG sebesar 2,31% pada penutupan perdagangan saham sesi I ke level 3892,637.  Begitu pula indeks saham-saham unggulan LQ 45 juga melemah 2,67% ke level 656,080.

Pada penutupan perdagangan saham sesi I ini tercatat volume perdagangan sebesar 5,5 miliar lot saham atau senilai Rp2,1 triliun dengan total transaksi sebanyak 66.074 kali. Pada penutupan perdagangan saham siang ini tercatat sebanyak 22 saham naik, 228 saham turun, dan 47 saham tidak berubah.

Pelemahan IHSG pada perdagangan sesi I ini didorong oleh sektor industri dasar dan keuangan, dimana masing-masing indeks tercatat turun 3,56% dan 3,02%.

Sektor dasar

Lucky menyebutkan, indeks bursa nasional bakal dikatrol oleh saham-saham dari emiten di sektor dasar. Emiten seperti korporasi pertambangan serta infrastruktur yang mampu menyelamatkan bursa Indonesia dari petaka. "Yang mungkin masih bisa menolong adalah saham-saham dari emiten infrastruktur dan pertambangan," ujarnya.

Perdagangan saham emiten di sektor dasar masih bisa diserap pasar. "Hal itu karena pada prinsipnya Indonesia adalah negara emerging market serta kekayaan sumber daya alam kita yang menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi," papar penulis buku berjudul ´Rahasia di Balik Pergerakan Harga Saham´ tersebut.

Dalam situasi begini, Lucky mengimbau agar pelaku pasar melakukan aksi profit taking. "Biarlah terjadi cutt loss, yang penting investor bisa pegang full cash. Sembari tentunya berkonsultasi ke Dow Jones dan NASDAQ," tuturnya.

Lucky meyakini, profit taking itu tidak akan memicu guncangan terhadap pasar. "Kalau terjadi gelombang profit taking, paling hanya terjadi pelemahan IHSG sesaat atau side way saja. Jadi, jangan khawatir sampai terjadi market crash," pungkasnya.

BACA JUGA: