JAKARTA, GRESNEWS.COM - Peran aktif Indonesia di kawasan ASEAN maupun dunia  Internasional, terutama dalam misi perdamaian amatlah baik. Bahkan pasukan yang dikirimkan ke luar negeri selalu menjadi contoh dan disegani. Tak muluk, Dewan Perwakilan Rakyat berharap salah satu jendral Indonesia suatu saat ada yang menjadi komandan pasukan Keamanan perdamaian PBB.

Negara Indonesia, dengan jumlah penduduk tak kurang dari 240 juta jiwa dan salah satu pemegang peringkat demografi terbesar sudah sepatutnya memegang peranan penting stabilitas internasional. Melalui stabilitas perdamaian ASEAN, Indonesia pun telah mengelola stabilitas di laut Tiongkok Selatan. "ASEAN akan jadi prioritas Indonesia untuk menyampaikan posisi keberadaan ASEAN yang harus dimanfaatkan rakyat ASEAN," kata Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi dalam Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI di Ruang Rapat Komisi I, Senayan, Kamis (12/2).

Dalam proses legislasi luar negeri rentang tahun 2015-2019 sejumlah perjanjian internasional masih harus menunggu ratifikasi. Misalnya saja soal ekstradisi, pertahanan, RUU Perbatasan, RUU Perampasan Aset, dan batas yang telah diratifikasi ke PBB. Kemenlu menargetkan semua perjanjian itu selesai dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

Keaktifan Indonesia juga terlihat dalam pemeliharaan stabilitas dunia. Dimana per tanggal 31 Januari 2015 Indonesia telah mengirimkan sekitar 1800-an pasukan yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB. Jumlah yang dikategorikan besar itu menyandang urutan ke-16 dari 22 negara dunia.

"Pasukan kita mendapat banyak sekali apresiasi, sehingga peningkatan akan dilakukan sampai 4000-an di tahun 2019," katanya.

Pasukan perdamaian Indonesia yang selalu menjadi contoh, apalagi di Lebanon menjadikan DPR memiliki obsesi besar. Menjadikan salah satu jenderal Indonesia sebagai komandan pasukan PBB yang baru. "Apalagi hampir 80 persen alutsista dalam negeri, termasuk panser telah digunakan pada tugas luar negeri. Ini harus disiapkan orangnya," kata anggota Komisi I, Supiyadin dalam kesempatan yang sama.

Ia juga mengharapkan Indonesia turut serta dalam peran penyelesaian konflik internal negara lain. Misalnya saja Thailand yang memang meminta resep Indonesia dalam menyelesaikan konflik Aceh pada waktu lalu.

Sebab, pada konflik umumnya, penyelesaian dan stabilitas hanya dicapai dalam waktu dua hari, selanjutnya akan terjadi perpecahan kembali. Namun, Aceh hingga kini berhasil mempertahankan stabilitas daerahnya. "Kita harus punya perwakilan untuk membantu Thailand," katanya.

BACA JUGA: