JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melakukan peningkatan diplomasi ekonomi luar negeri demi menyejahterakan rakyat Indonesia dengan cara menyasar akses pasar luar negeri yang belum tergarap. Kemenlu juga menginginkan Indonesia selalu jadi negara terdepan dalam akses perdagangan di ASEAN.

"Kami akan melakukan perubahan mindset diplomat Indonesia saat melakukan diplomasi ekonomi," kata Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi saat Rapat Kerja (Raker bersama Komisi I DPR RI di Ruang Rapat Komisi I, Senayan, Kamis (12/2).

Para diplomat harus bisa melihat peluang investasi yang ada. Seperti misalnya baru-baru ini Kemenlu melakukan kunjungan ke Euthopia, Ibukota Afrika Union, dari sana mereka melihat Afrika sebagai salah satu wilayah yang dapat dijadikan pangsa pasar potensial bagi Indonesia. Dan hal tersebut baru diketahui saat kunjungan, sebab sebelumnya negara tersebut tak pernah terjadwal untuk dikunjungi.

Selain itu, setiap pengajuan investasi yang masuk, paling lambat harus direspon 3x24 jam. Koordinasi stakeholder oleh para diplomat juga mutlak kebutuhannya. Kemenlu membuka kembali budaya jamuan CEO BUMN dan eksportir Indonesia dengan slogan  "Gunakan kami untuk perjuangkan kepentingan ekonomi Indonesia".

"Kami bentuk pula satuan tugas diplomasi ekonomi guna menindaklanjuti perjanjian ekonomi yang telah disepakati," katanya.

Satgas tersebut berguna untuk mengontrol dan memastikan hasil perjanjian berjalan  dengan baik. Juga menghasilkan output yang baik untuk rakyat.

Pembuatan database perdagangan luar negeri yang berisi negara-negara pembuat kerugian bagi Indonesia pun telah disiapkan. Database ini akan dijadikan acuan pembuatan kebijakan yang tepat. "Kami minta menteri koordinator ekonomi untuk melibatkan Kemenlu terkait masalah ekonomi luar negeri," pintanya.

Mengingat visi Presiden Jokowi untuk memajukan keemaritiman Indonesia, maka investai kelautan juga mulai dijajaki. Di tingkat kawasan, Indonesia akan memaksimalkan ASEAN dan APEC untuk efektifitas kerjasama ekonomi kelautan nasional.

Khusus untuk program ini, telah terlihat perkembangan investor Indonesia yang sudah banyak bergerak ke luar negeri. Sehingga menlu memastikan Indonesia tak hanya sebagai penonton saja dalam kerjasama bilateral maupun multilateral. Kemenlu juga menyampaikan kepentingan dan tantangan pengusaha dan ekportir saat bergerak di luar negeri.

Sebelumnya, Ketua Komisi I Mahfudz Shidiq meminta konsentrasi perdagangan kawasan yang digeluti Indonesia jangan sampai malah melumpuhkan aktivitas perdagangan negara. Sebab, diketahui neraca perdagangan di ASEAN dinilai defisit. "Jangan sampai negara lain mendorong kita sebagai motor ASEAN, tapi mereka main sendiri," katanya.

BACA JUGA: