JAKARTA, GRESNEWS.COM – Jelang berakhirnya masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ternyata masih menyisakan persoalan khususnya terkait kesejahteraan nelayan. Padahal Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan Indonesia selalu mengalami peningkatan produksi ikan tiap tahunnya. Misalnya produksi perikanan Indonesia naik sebesar 26,2% dari tahun 2012 ke tahun 2013. Kenaikan produksi tersebut ternyata tidak diiringi dengan meningkatnya kesejahteraan  

Terkait hal ini, Sekretaris Jenderal Kesatuan Nelayan Indonesia DKI Jakarta, Muhammad Taher mengatakan pemerintah saat ini melakukan pembiaran terhadap buruknya kesejahteraan nelayan. Pasalnya banyak permasalahan yang dihadapi nelayan tapi pemerintah tidak memberikan solusi.

Ia mencontohkan salah satu permasalahannya terkait persoalan limbah. "Di Jakarta limbah industri mengendap hingga dua meter di dasar laut," ujarnya dalam diskusi di warung bumbu desa, Cikini, Jakarta, Minggu (19/10).

Ia menambahkan permasalahan yang tak terselesaikan ini secara tidak langsung menjadi pembunuh massal bagi kehidupan nelayan. Akibatnya, nelayan Jakarta yang saat tahun 1990-an memasok ikan ke daerah-daerah, justru kini mengalami hal yang sebaliknya. Ia mengatakan hanya bisa melihat dari media bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran dan membuat program untuk kesejahteraan nelayan tapi hal itu tidak bisa memberikan pengaruh langsung bagi kesejahteraan nelayan.

Selanjutnya, ia juga menjelaskan peningkatan produksi ikan yang saat ini meningkat sebenarnya bukan berasal dari nelayan tradisional tapi pengusaha. Ia mengatakan di balik pengusaha lokal ada pengusaha asing. Sehingga nelayan kecil kalah tangkapan dibandingkan mereka. Jika sedang hasil tangkapan sepi, mau tidak mau mereka mencari peghasilan dengan menjadi buruh nelayan dari pengusaha tersebut. "Buruh nelayan menjahit jaring-jaring pengusaha nelayan," katanya.

Ia mencontohkan pemerintah pernah memberikan solusi untuk menjawab persaingan antara nelayan tradisional dengan memberikan kapal pada nelayan. Namun, pemberian kapal tersebut tidak dikelola secara berkelanjutan sehingga kapal tersebut hancur dengan sendirinya. "Ini kan hanya menghabiskan anggaran," ujarnya.

Lebih lanjut, Kepala Riset Pusat Kajian Kelautan dan Peradaban Maritim (PK2PM) Suhana mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dinyatakan meningkat, tapi hal tersebut tidak dirasakan oleh nelayan. Penyebabnya  pertumbuhan ekonomi tersebut justru banyak dinikmati investor asing.

Berdasarkan data dari PK2PM masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono penanaman modal untuk sektor perikanan 95% berasal dari asing. Sedangkan penanaman modal dalam negeri cuma 1% saja.

BACA JUGA: