JAKARTA, GRESNEWS.COM - Majelis Hakim Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta menghukum pasangan suami istri Xaveriandy Sutanto dan Memi dengan pidana penjara masing-masing selama 3 tahun dan 2,5 tahun penjara. Kemudian keduanya juga dikenakan denda masing-masing Rp50 juta subsider 3 bulan kurungan.

"Menyatakan keduanya terbukti sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," kata Ketua Majelis Hakim Nawawi Pomolango di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (4/12).

Sutanto dan Memi adalah pemilik CV Semesta Berjaya (SB). Mereka merupakan pemberi suap kepada Ketua DPD Irman Gusman sebesar Rp100 juta. Pemberian tersebut bertujuan untuk mendapatkan kuota gula impor dari Perum Bulog untuk wilayah Sumatera Barat.

Dalam memberikan putusan, majelis mempunyai berbagai pertimbangan baik yang memberatkan ataupun meringankan. Untuk memberatkan, perbuatan keduanya dianggap bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat memberantas tindak pidana korupsi.

"Terdakwa I dan II belum pernah dihukum, sopan, masih punya tanggungan keluarga, anak yang masih kecil," tutur hakim menerangkan pertimbangan yang meringankan.

Vonis ini sendiri lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelumnya, jaksa menjatuhkan tuntutan empat tahun penjara denda Rp100 juta subsider tiga bulan terhadap Sutanto dan Memi dituntut tiga tahun penjara denda Rp100 juta subsider tiga bulan kurungan.

Merespon putusan itu, Sutanto dan Memi menyatakan menerima. Sementara Jaksa KPK menyatakan pikir-pikir dan mempunyai waktu 7 hari untuk meyatakan pendapatnya.

MENYERET DIRUT BULOG - Selain nama Irman Gusman, perkara ini sendiri sempat menyeret nama Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. Dalam proses persidangan, Djarot mengakui pernah dihubungin Irman melalui sambungan telepon.

Kemudian dalam percakapannya, Irman merekomendasikan pengusaha untuk menjadi mitra Bulog di Sumatera Barat. Pengusaha itu yakni Memi, istri dari Direktur CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto. Menurut Irman, Memi merupakan pengusaha besar yang memiliki reputasi cukup baik di Padang.

Djarot mengakui bahwa dirinya terpengaruh permintaan Irman dalam menentukan distributor gula di Sumatera Barat. Pengaruh itu tak dipungkiri lantaran jabatan Irman selaku Ketua DPD RI dengan kehormatan khusus.

"Karena beliau (Irman) orang yang memiliki konstituen di Padang, jadi bisa memengaruhi saya," ungkap Djarot saat bersaksi.

Irman lantas rekomendasikan kepada Djarot agar Memi menjadi distributor gula Bulog untuk wilayah Sumatera Barat. Atas permintaan itu, Djarot kemudian menghubungi Kepala Divisi Regional Bulog wilayah Sumbar Benhur Ngkaime. 

Djarot meminta kepada Kepala Divisi Regional Bulog wilayah Sumbar untuk menerima perusahaan Memi sebagai distributor gula.

Namun demikian, Djarot mengklaim tanpa dihubungi Irman pun dirinya akan tetap mengupayakan agar distribusi gula di Sumatera Barat segera dilakukan. Terlebih, saat terjadi kekosongan stok, dan meningkatnya harga gula menjelang lebaran.

TRANSKRIP PERCAKAPAN - Dalam persidangan, Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi membuka tiga rekaman hasil sadapan mengenai dugaan suap distribusi gula impor tersebut. Sadapan yang diperdengarkan Jaksa yaitu antara Ketua DPD Irman Gusman dengan Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti.

Berikut transkip komunikasi antara Irman dan Djarot yang dibeberkan Jaksa KPK dalam persidangan:

Keterangan
I : Irman Gusman
D: Djarot Kusumayakti

I: Assalamualaikum.
D: Walaikum salam..Bapak mohon maaf tadi gak dengar

I: Ga papa Minal Aidin Walfaidzin
D: mohon maaf lahir batin saya pak. Aduh.

I: Kan masih idul fitri
D: Iya saya mestinya yang harus ke Bapak terus saya tuh waduh kadang pas kosong saya mau ke bapak juga. Jangan-jangan saya juga lewat lewat depan tuh gak ada ngontak kok

I: O udah pindah kan.
D: Eh udah saya di Denpasar satu bapak

I: Oh iya tau. Saya kan waktu itu kan zaman Pak Mustofa kan udah kesana.
D: oh iya iya. Bapak. Nggih.

I: Oh iya saya yang harus kesana nih Pak Djarot belum sempet.

I: Nah, begini. Ada permintaan dari Sumatra Barat.
D: Oh, ya.

I: Jadi kan Sumatra Barat tuh kan apa mengenai stabilitas gulanya kan masih belum pas sekali ya.
D: Betul betul betul.

I: Selama ini disuplai dari Jakarta.
D: Oh iya iya.

I: Sehingga akibatnya, eh apa mempengaruhi dalam harga.
D: Betul betul betul

I: Nah jadi kalo bisa melalui apa Kadivre Sumbar
D: Iya betul pak. Nggih.

I: Kalo bisa Pak Djarot bantu untuk mensuplai ke sana itu bagus sekali Pak Djarot
D: Oh baik pak. Baik-baik Pak.

I: Iya tuh. Ha-ah
D: menjadi perhatian

I: jadi perhatian, namanya Pak Benhur ya disana ya?
D: iya betul betul betul

I: Ha ah. Jadi kebetulan ada orang yang sudah pengalaman sana yang bisa saya rekomendasi
D: Oke oke

I: Ha ah. bagus ok, okoknya semuanya oke. Pokoknya rapih dia.
D: Iya ha ah. Nggih

I: ha ah. Asal Pak Djarot bina aja
D: Oh baik Pak

I: Ha ah. Jadi, saya namanya Bu Memi. Sebetulnya saya temen lama itu.
D: He em. Nggih Pak

I: Saya ketemu kemarin di Padang. Dia itu betul-betul melakukan operasi pasar Pak.
D: Oh iya.

I: Pak Gubernur mendukung, semua mendukung, Sekjen Perdagangan mendukung, kalo dia kerja ga bagus, saya kan ga enak kan sama Pak Djarot. Nanti kan oh ini Pak Irman nih tapi karena saya tau orangnya bagus dan memang dia hidupnya di sana.
D: Iya Pak. Iya pak.

I: Jadi kalo bisa pak djarot eh bina dia tuh. Menurut saya, apa saya sangat rekomen sekali.
D: Baik kalo gitu saya minta.

I: Yah
D: Apa, sms nomor telepon sama nama ya pak. Nanti biar saya

I: Boleh jadi nanti saya minta nomornya. Saya namanya bu Memi. Nanti saya kasih nomornya Pak Djarot. Nomor Pak Djarot boleh ya saya kasih dia
D: Oh siap siap pak. Siap

I: Iya kan. Jadi Ha ah. Mohon dibantu kebetulan Pak Benhur di sana. Dia ini cuma kan namanya Kadis. Sama Kabulog kan jauh bener kan. Kaya lihat matahari.
D: ha ha nggak berani dia. Ha ha

I: Dia bilang udah lewat Pak Irman aja katanya. Ah ya udah nanti saya bilang kerjanya yang bagus ya. Saya bilang begitu.
D: Hhmm. Baik baik.

I: Ha ah. Karena orang ini yang sudah saya yakini anu-nya selama ini dapatnya dari Medan, dari Jakarta. Berapa ongkosnya Pak? Tapi kalo Pak Djarot bisa menjadi dia tuh kan tangan kanan dia bisa disuruh operasi. Dia bisa jadi tangan kanan kita. Kalau semuanya bisa dia ikutin secara aturannya kan
D: Ya ya ya

I: Ha ah. Dan bahkan dia punya niat juga untuk bisa lebih berkembang lagi untuk gula lebih baik gitu loh
D: Baik pak. Nanti jadi perhatian tuh.

I: Ha ah. Jadi, ha ah. Jadi perhatian. Ya bagus lah
D: Nggih

 

BACA JUGA: