Sejarah Pasar Rumput yang dibangun sejak 1970 lalu bakal tutup buku. Pasalnya pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta telah bersepakat akan mengalihfungsikan kawasan pasar yang berlokasi di Kelurahan Pasar Manggis, Manggarai Jakarta Selatan itu menjadi komplek rumah susun sederhana  sewa (Rusunawa) terpadu. Rusunawa itu akan diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan pemukiman di Jakarta.

Pembangunan rusunawa Pasar Rumput ini akan serentak pembangunan dengan Rusunawa Pasar Minggu. Pembangunan Rusunawa akan menggunakan anggaran jamak KemenPU-Pera senilai Rp 950 miliar, selama dua tahun. Pelaksanaan dilakukan mulai 2016 dan ditargetkan selesai 2018. Rusunawa Pasar Rumput memiliki dua tower dengan total 25 lantai dan 2.000 unit. Luas bangunan mencapai 120 ribu meter persegi.

Untuk merealisasikannya pemerintah akan menghilangkan keberadaan pasar tradisional tersebut. Rencananya pasar itu akan dirobohkan untuk membangun dua menara rusunawa tipe luas 36 meter persegi. Meski pasar tradisional digusur, menara rusunawa nantinya  akan membangun fasilitas pasar sarana umum di lantai dasar.

Selain itu, bakal ada fasilitas khusus dan fasilitas umum di kedua menara tersebut. Akibat pembongkaran pasar tersebut sebanyak 1.500 pedagang harus direlokasi sementara. Adapun Rusunawa Pasar Rumput yang dirancang seluas 147.000 meter persegi akan mampu menampung 7.936 jiwa dengan jumlah total mencapai 1.984 unit dengan anggaran sebesar lebih dari Rp 1,9 triliun.

Sesuai data PD Pasar Jaya, Pasar Rumput dibangun sekitar tahun 1970 dengan 1.782 kios. Pasar Rumput sendiri berdiri di atas lahan seluas 22.740 meter persegi di tepi Jalan Sultan Agung, penghubung antara Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat.

Pasar Rumput sejatinya berada di lokasi yang sangat strategis, tetapi kini kondisinya amat memprihatinkan. Atap pasar sudah bolong-bolong, keramik lantai pecah-pecah, tangga berkarat, dan dinding kios retak. Di lantai atas, berserak sampah berbau menyengat. Bangunan tiga lantai itu pernah terbakar pada 2014. Bekas- bekas kebakaran masih terlihat di tiang-tiang beton di lantai 3, sejak saat itu bangunan dibiarkan begitu saja tanpa ada perbaikan. Sejauh ini sejumlah kios di lantai 2 difungsikan sebagai diskotek, kelab malam, panti pijat, dan salon.

BACA JUGA: