JAKARTA, GRESNEWS.COM - Melemahnya rupiah terhadap dolar hingga level Rp12.900 mengancam terget pertumbuhan ekonomi yang dicanakan pemerintah sebesar 5,6 persen. Diperkirakan terget pertumbuhan itu akan mengalami penurunan menjadi 5,1 persen di tahun 2015.

Pengamat mata uang Farial Anwar mengatakan pelemahan nilai tukar mata uang akan menyebabkan ketidakpastian bagi para investor untuk mengembangkan investasinya. Apalagi diperkirakan, Amerika Serikat juga akan meningkatkan suku bunganya sehingga para investor melarikan dananya dari Indonesia ke luar.

Dia menambahkan meskipun pemerintah sudah menjaminkan kepada investor dengan kemudahan prosedur birokrasi satu atap dan pembangunan infrastruktur, hal itu tidak akan menjamin para investor akan kembali datang ke Indonesia. Menurutnya para investor tidak mungkin langsung berinvestasi sebab para investor cenderung melakukan observasi terlebih dulu.

"Apakah pembangunan infrastruktur dalam satu tahun bisa tercapai, kan tidaklah mudah. Investor kan tidak mungkin langsung masuk, pasti akan observasi lebih dulu. Apa betul janji-janji pemerintah," kata Farial kepada Gresnews.com, Jakarta, Selasa (16/12).

Sementara itu, guru besar dari Universitas Padjadjaran Ina Primiana mengatakan pertumbuhan ekonomi di 2015 tidak lebih dari 5,5 persen masih dipengaruhi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Akibat kenaikan BBM subsidi ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Sehingga berpengaruh kepada anjloknya sektor konsumsi. Sektor konsumsi merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional.

"Terus sebelumnya ekonomi kita juga melambat jadi menekan terhadap pertumbuhan ekonomi juga," kata Ina.

Ina menambahkan untuk neraca perdagangan masih mengalami defisit. Hal ini karena ekspor pasar tradisional mengalami pelemahan meskipun ekspor ke pasar non tradisional masih tumbuh. Artinya, kalau untuk non migas diperkirakan akan mengalami surplus, tapi kalau secara keseluruhan meskipun surplus kecil tidak terlalu besar karena beberapa waktu lalu, jumlah impor migasnya agak berkurang.

Ina juga memperkirakan angka inflasi di 2015 berada dikisaran 5 persen atau meningkat dari tahun sebelumnya. Pasalnya, pada akhir tahun ini ada kenaikan BBM subsidi, Natal, dan Tahun Baru yang menjadi pemicu tingginya inflasi. Selain itu, rencana kenaikan Tarif Dasar Lisrik (TDL) pada awal Januari 2015 juga menjadi pengaruh besaran angka inflasi.

"Biasanya Januari itu memang tinggi, nanti sudah masuk Februari-Maret sudah agak turun. Tapi ada tuntutan lain, seperti kenaikan TDL yang direncanakan awal Januari. Jadi apakah bisa turun apa jadi pemicu," kata Ina.

BACA JUGA: