JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah mengklaim perekonomian Indonesia masih tergolong aman, meski saat ini rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga ke titik terendah selama lima tahun terakhir. Bahkan pemerintah menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar sifatnya hanya sementara.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian SOfyan Djalil menilai meski terjadi pelemahan rupiah, secara volume harian transaksi dolar saat ini masih tergolong aman. Bahkan dia menilai pelemahan rupiah sifatnya hanya sementara dan pelemahan rupiah yang sudah menembus angka Rp13.000 masih tergolong normal. Apalagi pelemahan rupiah yang terjadi saat ini karena gejala internasional.

Meski diakui banyak utang perusahaan dalam negeri yang jatuh tempo, tentunya perusahaan dalam negeri tidak akan membeli dolar dalam jumlah besar. Sebab perusahaan dalam negeri memiliki pertimbangan di tengah harga dolar yang mahal.

"Saya pikir perusahaan juga berpikir mau beli dolar. Mereka juga tahu dalam kondisi seperti ini banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi hutang," kata Sofyan, Jakarta, Rabu (11/3).

Namun  analis ekonomi politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Kusfiardi mengingatkan Bank Indonesia (BI) harus mengambil langkah konkrit untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Meskipun BI menyatakan sudah melakukan intervensi di pasar valuta asing dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, intervensi ini dinilai tidak cukup mengendalikan nilat tukar rupiah. Menurutnya kondisi ini dibuktikan dengan terus melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

"Upaya mitigasi BI setidaknya harus berorientasi pada upaya spekulasi yang dilakukan spekulan dengan berselancar di isu global, seperti QE (quantitative easing/mengurangi stimulus) oleh The Fed. Termasuk isu membaiknya perekonomian AS," kata Kusfiardi.

Selain itu, menurut Kusfiardi intervensi BI juga harus berkorelasi dengan penerapan kebijakan DHE (Devisa Hasil Ekspor) dan kepatuhan menjalankannya. Ia mengingatkan hal penting dalam konteks mitigasi adalah melakukan koreksi kebijakan moneter agar bisa menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account devisit/CAD) melalui dorongan kegiatan industri yang memiliki nilai tambah.

"Baik untuk substitusi impor maupun menggenjot ekspor. Terusannya adalah keseriusan untuk melakukan aksi nyata untuk menekan CAD terutama dari impor migas," kata Kusfiardi.

Maka dari itu Kusfiardi menyarankan agar pemerintah segera membangun kilang agar tidak lagi tergantung oleh impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Kemudian membangun industri dasar untuk mengurangi impor bahan baku industri nasional. Dia menjelaskan tanpa langkah nyata seperti itu, nilai tukar rupiah tetap akan mengalami gejolak.

"Kondisi itu menjadi alat meraup keuntungan bagi spekulan dengan berselancar pada isu eksternal yang tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kondisi fundamental rupiah," kata Kusfiardi.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) saat ini level rupiah mencapai level Rp13.164, level tersebut meningkat jika dibandingkan pada perdagangan kurs rupiah kemarin yang mencapai Rp13.059.

BACA JUGA: