Rupiah Melemah, Pelaku Investor Tak Perlu Panik

JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ekonom Creco Institute sekaligus Komisaris Independen PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Raden Pardede mengemukakan mata uang dollar AS saat ini berada dalam tren positif. Namun, Ia menyayangkan hal itu tidak serupa dengan apa yang dialami oleh Indonesia saat ini dimana nilai tukar mata uang (kurs) rupiah melorot nyaris menyentuh Rp13.000.

Menurut Raden harus diakui untuk periode ini nilai tukar dollar AS terhadap mata uang (curency) sebagian negara memang yang paling tinggi. "Dollar menguat pada seluruh mata uang dunia. Jadi kita harus melihat tidak hanya rupiah tetapi seluruh mata uang di dunia melemah terhadap dollar," ujar Raden saat ditemui Gresnews.com di Jakarta, Selasa (16/12).

Ia menjelaskan, kokohnya level mata uang negeri Paman Sam tersebut dikarenakan pemulihan ekonomi Amerika yang sangat signifikan. Kemudian, penciptaan lapangan kerja juga terus tumbuh secara positif. Di sisi lain, Raden mengamati bahwa, kekuatan ekonomi Amerika Serikat tidak lepas dari peran para stake holdernya dimana mampu memprediksi tingkat inflasi dan disusul turunnya harga minyak dunia.

Ketika ditanya mengenai apakah perlu ada intervensi pemerintah untuk menjaga rupiah tidak semakin jeblok, Raden menegaskan bahwa negara tidak bisa melawan arus moneneter global. "Menurut saya tidak perlu intervensi, kita hanya perlu menjaga volatilitas atau gejolak pasar supaya tidak semakin tinggi. Pemerintah dan masyarakat jangan sampai panik dengan fenomena ini sebab tidak hanya rupiah, Malaysia, Singapura dan Yen juga melemah," kata Raden.

Atas dasar itu, Raden menyarankan kepada Bank Indonesia (BI) dan OJK untuk memantau keadaan pasar dan meyakinkan seluruh pelaku ekonomi di dalam negeri. Dengan kondisi pasar yang tidak panik maka kondisi penarikan dana besar-besaran oleh nasabah alias rush dapat dihindari sehingga likuiditas perbankan terjaga.

Sebelumnya, pada kesempatan berbeda, Ketua Komisi Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Indonesia, Adler Manurung mengaku resah dan memandang bahwa fluktuasi kurs sudah sampai taraf mengganggu proses pergerakan bisnis. Ia dan asosiasi pengusaha terus mendesak agar BI sesegera mungkin tanggap dengan gejolak mata uang rupiah dan kembali mengupayakan agar tercapainya stabilitas valas.

BACA JUGA: