JAKARTA, GRESNEWS.COM - Upaya Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menggandeng Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan merelakan posisi Ketua MPR, ternyata tak membuat anggota DPD solid memberikan dukungan kepada koalisi pimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut. Sejumlah anggota DPD ternyata lebih memilih mendukung Koalisi Merah Putih.

Hingga paket usulan calon pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari Koalisi Indonesia Hebat akhirnya kalah suara dalam voting pemilihan pimpinan MPR. Padahal koalisi KIH sebelumnya cukup percaya diri dapat memenangkan perebutan pimpinan MPR, karena bertambahnya teman koalisi dengan masuknya PPP ke koalisi mereka.

Jika menghitung jumlah kursi dari partai koalisi Indonesia Hebat ditambah DPD dan PPP, harusnya koalisi mereka bisa meraih pimpinan MPR. Namun, tenyata koalisi ini harus kalah dari Koalisi Merah Putih dengan jumlah selisih yang beda tipis sebanyak 17 suara.

Politisi PDIP, Trimedya Panjaitan mengatakan perolehan suara yang didapat paket calon pimpinan MPR yang diajukan koalisinya sudah merupakan upaya maksimal, dengan menggandeng PPP dan melakukan upaya lobi. Ia mengakui walaupun dengan selisih tipis, ternyata koalisi merah putih bisa unggul dalam pemillihan MPR.Ia mengaku tak menduga kalah dalam voting tersebut.

Terkait jumlah kekuatan suara, Trimedya mengaku sudah melakukan penghitungan kekuatan yang bisa diraih. Untuk tambahan kekuatan suara dari PPP, ia yakin partai tersebut mendukung penuh paket calon pimpinan dari koalisi Indonesia Hebat. Untuk DPD, ia mengatakan Oesman Sapta, calon pimpinan MPR dari paket koalisi Indonesia Hebat memperkirakan paling tidak DPD bisa solid mendongkrak hingga 100 suara.

“Tapi kalau kita hitung sampai sekitar 65-70. Ya mungkin dia juga sudah maksimal. ternyata DPD pecah gitu,” ujarnya di MPR, Jakarta, Rabu (8/10).

Ia menganalisis sebagian besar dari DPD mungkin menginginkan DPD menjadi ketua MPR. Tapi ia tak dapat memungkiri bahwa ada banyak anggota DPD yang berasal dari partai politik. Mungkin mereka yang membelot dari suara mendukung DPD sebagai ketua MPR berasal dari partai politik pengusung paket koalisi Merah Putih.

“Mereka tidak perlu ketua MPR dari DPD, yang penting paket yang diusung partainya dulu yang memang sebelum di DPD,” jelasnya.

Senada dengan Trimedya, politisi PKB, Abdul Kadir Karding juga menilai jumlah suara dari fraksi pendukungnya dapat dipastikan telah mendukung secara penuh. Terkait DPD, ia berpendapat anggota DPD juga terdiri dari partai. Ia mencontohkan anggota DPD yang berasal dari PKS saja ada sekitar belasan orang.

Latar belakang partai yang dimiliki anggota DPD menurutnya bisa membuat DPD tidak solid mendukung paket pimpinannya yang menjadikan anggota DPD sebagai calon ketua MPR. Kemungkinan lainnya garis atau mesin partai mereka bekerja dengan baik. “Faktor kedua, mungkin tidak maksimum pengawalan suara secara detail,” tuturnya.

Selanjutnya, politisi Demokrat yang mengusung koalisi Merah Putih, I Gede Pasek Suardika menilai selisih suara yang beda tipis menunjukkan bahwa DPD yang memberikan dukungan mayoritas pada paket yang diajukan lawannya. Menurutnya, jika DPD tidak mendukung koalisi Indonesia Hebat, bisa jadi selisih suara mencapai 60-an suara.

“Sebenarnya kalau timnya (koalisi Indonesia Hebat) bekerja bagus cukup tambahan 9 suara saja sudah menang. Artinya mayoritas dukungan tambahan suara dari DPD. bahwa ada teman-teman DPD yang berbeda, itu karena posisi Oesman Sapta ada di dua tempat tapi tidak banyak,” katanya seusai pelantikan pimpinan MPR, Jakarta, Rabu (8/10).

Ia menambahkan walaupun DPD gagal menjadi ketua MPR, proses pemilihan pimpinan MPR kali ini merupakan sejarah besar bagi DPD. Baru kali ini DPD ikut menjadi bandul dalam permainan politik hingga detik terakhir. Menurutnya, pada proses pemilihan pimpinan sebelumnya, DPD hanya dicomot dan ditempel untuk masuk ke dalam paket calon pimpinan MPR.

Terkait hal ini, Ketua DPD, Irman Gusman mengatakan suara DPD diklaim cukup solid karena selisih suara yang kecil. Sehingga persaingannya sangat ketat. Ia menampik ada suara DPD yang lari atau tidak mendukung calon dari DPD menjabat sebagai ketua MPR.
“Hampir 85% suara terkondisikan. Tidak bisa dipisahkan juga DPD ini kan terdiri dari perorangan. Tidak bisa dikonsolidasikan dalam bentuk fraksi,” katanya usai pelantikan pimpinan MPR, Jakarta, Rabu (8/10).

Menurutnya, DPD telah berhasil dengan baik mewarnai proses pemilihan pimpinan MPR. Terkait dengan kemungkinan tidak bulatnya suara fraksi pendukung kelompok Indonesia hebat, ia tidak menampik kemungkinan itu bisa terjadi.

BACA JUGA: