JAKARTA, GRESNEWS.COM - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan tetap mengusung calon presiden (capres) dari internal mereka. Kendati partai ini sedang diterpa isu korupsi yang menyeret mantan presidennya yakni Luthfi Hasan Ishaaq.

PKS tetap menunggu hasil Rapat Majelis Syuro untuk menentukan pilihan capresnya. Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indra mengatakan nama-nama yang dihasilkan dalam Pemilu Raya (Pemira) pada bulan Desember lalu akan dikerucutkan pada Rapat Majelis Syuro.

"Insya Allah bulan Januari (2014, red) kita segera menyelenggarakan Rapat Majelis Syuro untuk menentukan siapa nama yang diusung menjadi capres pada Pemilu 2014 mendatang," kata Indra kepada Gresnews.com pada Kamis (26/12).

Anggota Komisi IX DPR ini menambahkan meski tiga nama menduduki peringkat teratas, namun lima nama tetap dimajukan dalam Rapat Majelis Syuro. Lima nama itu Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring dan Irwan Prayitno. Sedangkan nama tiga teratas ditempati oleh Anis Matta, Hidayat Nur Wahid dan Ahmad Heryawan.

Menurutnya meski tetap menunggu hasil Pemilihan Umum Legislatif April 2014, PKS optimis tetap mendapatkan posisi tiga besar dalam putaran Pileg. Meski demikian, PKS menurut Indra tetap akan tetap realistis bila hasil partainya tidak mampu unggul dalam tiga besar, partainya akan berkoalisi.

"PKS siap berkoalisi dengan partai manapun," imbuhnya.

Terkait Koalisi, Indra katakan, partainya terbuka untuk berkoalisi dengan partai manapun. Ia juga tidak menampik bila kelak berkoalisi dengan sesama Partai Islam. "Kalau dengan partai Islam kemungkinan koalisinya ada kecenderungan (berkoalisi, red) karena satu ideologi jadi tidak terlalu sulit," urainya.

Akan tetapi, lanjut Indra sejauh ini belum ada keputusan ataupun arah pembicaraan mengenai koalisi dengan partai lain. Menurutnya, pembicaraan dengan partai-partai lain baru sebatas wacana. "Perlu pendiskusian yang konkrit," imbuhnya.

Sementara itu, peneliti sosial politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte mengatakan pengusungan capres PKS tetap harus menunggu hasil Pemilu Legislatif 2014. Akan tetapi bila hasil Pileg tidak mampu membawa PKS mengusung capresnya, maka PKS harus berkoalisi.

"Bisa saja berkoalisi dengan atau bukan partai yang berideologi sama. Namun lebih cenderung dengan partai yang ideologinya dekat," kata Philips kepada Gresnews.com pada Kamis (24/12).

Philips menambahkan pada Pemilu 1999, sejarah akhirnya memutuskan Abdurahman Wahid menjadi Presiden RI ketiga meski saat itu pemenang Pemilu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presidennya. Artinya, posisi tokoh Islam sendiri masih besar pengaruhnya di masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, dalam konteks Indonesia hari ini, Philips katakan bila ingin mengusung calon presiden dari tokoh Islam sebaiknya dipilih yang memiliki tokoh moderat dan juga dekat dengan masa lalu. "Sebaiknya tokoh yang muda, jangan tokoh tua lagi yang akan sulit mendekati pemilih-pemilih Islam moderat," imbuhnya.

Terkait dengan PKS ataupun partai Islam lainnya diakui peneliti CSIS itu, memang hasil berbagai survei saat ini menemukan bahwa partai Islam cukup sulit mencapai perolehan ambang batas Presidential Threshold pada Pemilu mendatang. Meski demikian tidak menutup kemungkinan capres dari partai Islam tetap bisa diusung asalkan disukai oleh publik. Tokoh dari partai Islam dalam politik Indonesia, lanjut Philips juga sebagai penyeimbang dari tokoh-tokoh nasionalis.

Hasil survei CSIS pada luncurkan pada 1 Desember lalu menemukan bahwa ada dukungan kenaikan suara pada PKS dan PKS sebagai partai Islam. Meski tidak besar namun menandakan dua partai Islam itu dinilai publik serius melakukan kerja elektoral. Dibandingkan dengan PDIP, Gerindra yang mengandalkan figur, PKS dan PKB termasuk contoh partai yang tidak memiliki figur ataupun media dan mengandalkan kerja elektoral di tengah masyarakat.

Lebih jauh, survei CSIS juga menemukan bahwa jejak "Politik Aliran" masih ada, yaitu kuatnya orientasi agama pada pilihan politik. Selain itu kedua partai Islam ini juga mempunyai kedekatan dengan konstituennya. Hasil survei CSIS pada November lalu menemukan PKS menduduki tiga teratas dalam trend dukungan kepada Partai Politik Islam sebanyak 3,3 persen, setelah PKB (4,6 persen) dan PPP (3,5 persen).

BACA JUGA: