GRESNEWS - Bagaimana menjungkirkan Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat selain menangis, meratap, dan ´mengembek´ ke Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono? Itulah yang ada dalam benak politisi tua Demokrat. Jero Wacik, Hayono Isman, Marzuki Alie, Syarief Hasan, Ventje Rumangkang, dan Sutan Bathoegana terus memeras otak. Salah satu yang paling mungkin adalah mereka akan melakukan silent operation (operasi senyap) untuk menjadikan Anas sebagai tersangka. Sebab menjungkirkan Anas melalui Kongres Luar Biasa sangat tidak mungkin. Sebab, suara DPD dan DPC adalah pusat kekuatan Anas cs.

"Untuk apa ada operasi tersebut? Jika memang para menteri Demokrat memiliki data dan bukti akurat yang dapat membuktikan keterlibatan Anas atas dugaan kasus korupsi Hambalang, bisa langsung dilaporkan kepada KPK," ujar pengamat politik dari LIPI  Siti Zuhro saat dihubungi Gresnews.com melalui perangkat seluler, Rabu (6/2).

Ia melanjutkan pelaporan dalam kasus korupsi merupakan langkah baik dalam pemberantasan korupsi. "Jangan ada politisasi korupsi. Karena persoalan ini merupakan ranah hukum. Penyelesainya pun melalui jalur hukum. "Apalagi ini menjelang Pemilu 2014 jika semuanya dihubungkan ini sangat relevan," ujar Siti Zuhro seraya tidak menafikan operasi senyap tersebut dilakukan lawan-lawan politik Anas.

Kegaduhan politisi yang tergabung dalam SBY Fans Club ini dipicu penurunan elektabilitas Demokrat sejak SBY menjabat Presiden untuk kedua kalinya pada 2009. Berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia dengan topik dukungan masyarakat pada 8-18 Februari 2009 Demokrat meraih 24,3 persen dan berada di posisi pertama, disusul oleh PDIP dan Partai Golkar.

Pada September 2010, dukungan terhadap Demokrat meningkat menjadi 26,1 persen, peringkat kedua Partai Golkar, dan ketiga PDIP. Tetapi Juni 2011, dukungan masyarakat terhadap Demokrat mengalami penurunan menjadi 18,9 persen tetapi masih di atas Partai Golkar dan PDIP. Pada survei Oktober 2012, dukungan masyarakat terhadap Demokrat merosot tajam, dengan berada di peringkat ketiga dan hanya mampu mendulang 14 persen saja, sedangkan di posisi puncak ditempati Partai Golkar dengan 21 persen dan runner up diraih PDIP dengan 17,2 persen

Kekuatan dan Kelemahan Anas

Kekuatan Anas terletak pada pengalaman dan kompetensi dalam soal mengelola organisasi. Ia matang di Himpunan Mahasiswa Islam dari komisariat hingga tingkat pusat. Ia kemudian menjadi anggota KPU. Dengan beragam konflik dan kepentingannya Anas mampu keluar dari tekanan. Ketika teman-temannya masuk penjara, Anas dengan cerdik mundur dan berlindung di Partai Demokrat.

Pasca terpilih di Kongres di Bandung, Anas bertindak sangat hati-hati dan cermat membaca peta politik, khsusunya intrik di internal Demokrat. Menyadarai tidak didukung Cikeas, langkah pertama yang diambil adalah menggandeng putra bungsu SBY, Eddie Baskoro atau Ibas sebagai Sekretaris Jenderal. Ibas, anak kemarin sore dalam dunia politik, dijadikan tameng kubu Anas yang relatif matang dalam dunia politik, ke kubu Cikeas.

Di sisi lain, Anas segera mengambil langkah memperkuat posisi di DPD dan DPC. Ia lebih banyak keliling daerah untuk konsolidasi DPD/DPC dan kader-kader di seluruh Indonesia. Makanya Anas sangat kuat di DPD dan DPC. Melalui jaringan HMI, KPU, dan anak muda, Anas dan timnya mengkonsolidasi diri. Kini, hampir semua DPD dan DPC Demokrat adalah loyalis Anas cs.

Dengan tangan kanan sohib kentalnya dari kubu HMI, Saan Mustofa, Anas terus menggalang kekuatan. Praktis untuk kekuatan HMI dan KPU di daerah semua memihjak Anas, "Menurut saya ini cukup penting untuk menunjukkan solidaritas Partai Demokrat masih sangat tinggi apalagi untuk Ketua Umum," ungkap Saan.

Kelemahan Anas hanya satu, ia tidak dekat dengan kekuasaan yang dipegang rezim Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki dana tak terbatas. Ada Jero Wacik, Hayono Islam, Marzuki Alie, Syarief Hasan Ventje Rumangkang, dan Sutan Bathoegana serta politisi tua lainnya. Anas, praktis hanya mengandalkan Achmad Mubarok, untuk pertarungan politik di tingkat elite Demokrat.

Politisi gaek itu jelas tidak memiliki kekuatan apapun, termasuk di DPD dan DPC. Mereka hanya punya dana yang unlimited dan merengek ke SBY. Mereka kader jenggot. Akarnya ke atas. Tidak berani berhadapan langsung dengan kubu Anas. Bisanya berkoar-koar ke media tidak mau adu konstititusi dan visi organisasi.

Karena dana yang tidak terbatas inilah bukan tidak mungkin kelompok kontra Anas memanfaatkan atau membayar apapun dan berapa pun asalkan Anas lengser dari takhta ketua umum. Cara-cara politik licik atau Machiavelian bukan tidak mungkin akan dikedepankan. Salah satu yang paling mungkin adalah menggoyang KPK untuk mempercepat penetapan tersangka Anas dalam kasus Hambalang.

Dalam kasus yang menjerat Anas, dugaan korupsi Hambalang, sudah menjadi rahasia publik, lima pimpinan KPK terbelah dua kubu. Bahkan, informasi yang diterima redaksi, Desember 2012, Anas nyaris dijadikan tersangka. Hanya saja masih terjadi perdebatan di antara pimpinan KPK membatalkannya.

Wakil Ketua KPK, Zulkarnaen, Jumat (18/1), mengakui ada tarik menarik antarpimpinan KPK dalam penanganan kasus dugaan korupsi proyek Hambalang, termasuk dalam penetapan tersangka. Perbedaan itu sangat dinamis dan diwarnai perbedaan yang tajam. "Kita ambil positif dan dinamisnya. Kalau memang orang berbeda cara pandang, tapi kan bukan perbedaan."

Zul menjelaskan KPK sedang mendalami kasus dugaan korupsi proyek Hambalang secara utuh. Artinya, dalam pengadaan alat dan jasa, baik pengelolaan maupun pembangunan fisik.

Meski begitu, Zul menyatakan perbedaan politik dalam menangani dugaan korupsi proyek Hambalang tidak boleh mempengaruhi penegakan hukum. Menyangkut keterlibatan Anas Urbaningrum dalam Hambalang Zul menyatakan KPK akan mengikuti dan taat kepada proses. "Kalau sudah cukup alat bukti, kita akan sampaikan," ujarnya.

BACA JUGA: