Intoleransi Meningkat
JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia Community dan Yayasan Denny JA, melansir hasil survei tentang tingkat toleransi terhadap keberagaman di Jakarta, Minggu (21/10). Dari hasil survei tersebut, disebutkan adanya peningkatan populasi orang yang tidak nyaman dengan perbedaan, seperti perbedaan agama dan orientasi seksual.
Aktivis dari LSI Community, Ardian Sopa, mengatakan pengambilan data untuk survei ini dilakukan pada 1-8 Oktober 2012, dengan jumlah responden sebanyak 1200. Survei menggunakan metode wawancara melalui tatap muka dan margin of error diperkirakan sekitar plus minus 2,9 persen.
Dari hasil survei pertama LSI, menurut Ardian, terungkap bahwa sebanyak 15 persen responden tidak menerima bertetangga dengan orang lain yang berbeda agama. Sedangkan dengan aliran syiah dan Ahmadiyah persentase intoleransinya masing-masing 41,8 dan 46,6 persen. Intoleransi yang paling tinggi lanjut Ardian terletak pada kaum homoseksual yang mencapai 80,6 persen.
Secara umum, lanjut Ardian seluruh bagian survei memperlihatkan persentase intoleransi yang meningkat. Mulai dari berbeda agama (dari 8,2 menjadi 15,1 persen), penganut Syiah (dari 26,7 menjadi 41,8 persen), penganut ahmadiyah (dari 64,7 menjadi 80,6 persen).
"Dari survei ini juga terlihat laki-laki dalam semua perbedaan yang disurvei, cenderung lebih intoleran dibandingkan dengan perempuan," tandasnya.
- Relasi Islam dan Indonesia Saling Menerima Satu Sama Lain
- Menteri Agama Berharap Indonesia seperti Arab Saudi
- Pelanggaran Kebebasan Beragama Era Jokowi Masih Tinggi
- Polri Aktor Negara Terbanyak Langgar Kebebasan Beragama
- Komaruddin Hidayat: Keragaman Indonesia adalah Desain Tuhan
- Mengelola Keberagaman Tantangan Masa Depan Indonesia
- Merawat Gagasan Cak Nur tentang Keberagaman Indonesia