JAKARTA - Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan saat ini di dunia terjadi kecenderungan penguatan relasi antara identitas keagamaan dan kebangsaan, yang ditopang oleh tiga hal penting: kesepakatan, toleransi, dan penegakan keadilan. Dia mencontohkan adanya perubahan yang terjadi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Begitu terbukanya Arab Saudi sekarang, sehingga ketika banyak orang datang ke Arab Saudi, hal itu meningkatkan devisa negara. Menteri Agama berharap Indonesia juga bisa seperti itu.

Arab Saudi menggemakan Visi Saudi 2030, yakni rencana untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada sektor minyak bumi, mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, serta mengembangkan sektor layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi dan pariwisata. Rincian visi itu diumumkan pada tanggal 25 April 2016 oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman. Proyek yang akan dijalankan untuk mewujudkan visi tersebut dapat menghabiskan biaya antara $3,7 juta hingga $20 juta.

Menurut Fachrul Razi, Arab Saudi kini menjadi negara yang terbuka dengan mengundang semua orang dari segala penjuru dunia untuk datang. "Terutama dia bilang, kalau orang Amerika, orang Eropa, orang Inggris, silakan datang ke Saudi tanpa visa, juga dari negara lainnya tidak usah pakai visa," kata Fachrul Razi kepada Gresnews.com seusai acara diskusi publik di Jakarta, Kamis (23/1).

Dia mengakui Arab Saudi mempunyai pengalaman kurang baik saat memisahkan identitas kebangsaan dan keagamaan. Namun, katanya, saat ini Arab Saudi tidak mau memisahkan lagi antara identitas keislaman dan kebangsaan. “Berbeda dengan Indonesia yang sejak dulu membangun wawasan keislaman dan kebangsaan menjadi sebuah paket yang tidak terpisahkan,” ujarnya.

Lebih lanjut ia juga bercerita tentang perkembangan moderasi beragama di Uni Emirat Arab. Toleransi, ujarnya, menjadi nilai yang dikedepankan sehingga banyak sekali wisatawan dan investor yang datang ke sana. "Wisatawan tidak akan datang kalau masyarakat tidak toleran. Toleransi terus dikampanyekan, tapi hal itu tidak menghilangkan identitas keislaman di sana," terangnya.

Menteri Agama menegaskan apa yang diceritakan terkait perubahan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab itu bukan berarti akan diterapkan begitu saja di Indonesia, namun informasi tersebut diharapkan bisa menjadi kajian untuk merawat kerukunan dan relasi antara agama dan negara di Indonesia. (G-2)

BACA JUGA: