JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kepolisian diminta untuk introspeksi diri terkait masih terjadinya kasus penembakan polisi yang dilakukan oleh sesama anggota polisi. Polisi harus memberikan perhatian khusus dan pembinaan oleh bagian personalia untuk mencegah terjadinya kasus tersebut.

Pengamat Polisi Bambang Widodo Umar mengatakan setiap kesatuan punya kewajiban perawatan melekat dalam pembinaan personilnya. "Artinya pimpinan harus mengontrol langkah-langkah kerja bawahannya sehari-hari," katanya  dihubungi Gresnews.com, Senin (29/12).

Pembinaan itu jangan hanya berorientasi kepada atasan. Namun kata Bambang, orientasi pimpinan kesatuan harus lebih diarahkan ke bawahan yang bekerja di lapangan untuk mendisiplinkan seluruh anggota. Ini yang harus menjadi konsern jangan sampai pengawasan lemah maka hal-hal demikian bisa terjadi. "Oleh karena itu pembinaan personil harus ditingkatkan," ujar pria yang juga pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) mengungkapkan bahwa pada tahun 2014, telah terjadi enam peristiwa polisi yang menembak rekannya sesama polisi atau polisi tertembak pistolnya sendiri. Namun secara umum aksi polisi koboi ini menurun drastis jika dibandingkan empat tahun sebelumnya.

"Jika dibandingkan tahun 2013 aksi koboi-koboian polisi ini menurun drastis. Tahun 2013 ada 20 kasus, dengan korban 5 tewas dan 21 luka, yang 4 di antaranya polisi. Tahun 2012 ada 37 kasus, 17 orang tewas dan 32 luka. Tahun 2011 ada 97 orang yang jadi korban polisi koboi, 19 di antaranya tewas dan 78 luka," katanya kepada Gresnews.com beberapa waktu yang lalu.

Neta menambahkan turunnya aksi koboi-koboian polisi ini patut diapresiasi. Setidaknya kasus ini menunjukkan sudah adanya pengawasan dalam penggunaan senjata api dan adanya kesadaran di kalangan kepolisian untuk bersikap tertib dalam menggunakan senjata apinya.

"Hanya saja di 2014 ini aksi polisi koboi yang menembak rekannya sesama polisi atau polisi tertembak pistolnya sendiri ada enam peristiwa, bahkan tiga di antaranya polisi menembak atasannya karena merasa kesal dan tersinggung," ujar dia.

Sebagian besar aksi penembakan yang dilakukan polisi koboi di 2014 adalah akibat persoalan sepele. Misalnya, akibat senggolan atau akibat billing yang ditagih dinilai terlalu tinggi atau gara-gara tersinggung karena ditegur atasan.

Namun Neta mengungkapkan bahwa kasus kekerasan dan penembakan polisi  dinilai meningkat ditahun 2014.  Aksi penembakan tersebut merupakan bentuk penyalahgunaan senjata api oleh polisi. "Di tahun 2014 ada 13 kasus salah tembak atau aksi koboi-koboian oleh polisi, yang menyebabkan 27 orang jadi korban. Tujuh di antaranya tewas dan 20 luka-luka," katanya.

"Melihat hal ini di 2015 para polisi yang menjadi atasan perlu dengan cermat mengontrol anak buahnya. Selain itu Polri perlu secara reguler melakukan psikotes bagi jajaran bawahnya yang memegang senjata api. Tujuannya agar aksi polisi koboi bisa dihindari," harap Neta.

BACA JUGA: