JAKARTA, GRESNEWS.COM - Juli mendatang Kapolri Jenderal Badrodin Haiti akan memasuki masa pensiun. Aroma suksesi untuk memilih Kapolri pengganti mulai terasa. Pemanasan menuju kursi Tribrata I pun dimulai dengan mutasi dan promosi tujuh jenderal di lingkungan kepolisian.

Salah satunya Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian yang dipromosikan menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Perintah pergantian itu tertuang dalam ST/604/III/2016 tertanggal 14 Maret 2016. Tito akan menyandang pangkat bintang tiga di struktur luar Mabes Polri. Artinya pintu bagi Tito ikut bursa calon Kapolri kian terbuka.

Sejumlah nama jenderal bintang tiga lainnya  juga digadang-gadang masuk radar calon Kapolri. Mereka adalah Wakapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan, Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso,  Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komjen Syafruddin, Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen Dwi Priyatno dan Kepala Badan Pemeliharaan dan Keamanan (Kabaharkam) Komjen Putut Eko Bayuseno.

Internal Mabes Polri juga mulai memanas oleh kasak kusuk antar pendukung. Meskipun Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menampik rotasi dan mutasi itu dalam rangka pergantian dirinya. Badrodin berdalih promosi tujuh jenderal hanya bentuk penyegaran organisasi.

Sementara Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang akan ikut menyeleksi penunjukan calon Kapolri untuk diajukan ke Presiden mengaku belum melakukan penjaringan. Proses seleksi belum dilakukan karena masih menunggu sinyal dari Presiden Joko Widodo.

"Belum ada, masih belum dimulai (seleksi)," kata Komisioner Kompolnas Edy Hasibuan kepada gresnews.com, Selasa (16/3).

BERTABUR BINTANG - Bursa menuju kursi Kapolri bakal bertabur bintang. Presiden Jokowi pun diharap selektif dan tidak membuat kegaduhan sehingga internal kepolisian tidak memanas dan terkotak-kotak oleh kepentingan.

Pergeseran Tito menjadi Kepala BNPT bisa jadi untuk memunculkan figur baru. Di tengah kencangnya penanganan terorisme, nama Tito patut diperhitungkan. Apalagi nama Tito dipuji istana atas kecepatannya dalam penanganan Bom Thamrin 14 Januari lalu.

Dengan bintang tiga dipundaknya, secara kepangkatan Tito layak dicalonkan. Setidaknya calon Kapolri berpangkat Komisaris Jenderal. "Ya setidaknya bintang tiga, (Tito) belum tentu juga karena masih harus diseleksi lagi," kata Edy Hasibuan.

Namun, jika Tito akan dipasang menjadi Kapolri pada Juli nanti, dia akan dianggap yunior karena merupakan lulusan Akpol 87. Sementara nama jenderal lain seperti Budi Gunawan lulusan Akpol 1983, Syafruddin lulusan 1984, Budi Waseso lulusan Akpol 1984.

Nama lain yang tak kalah bersinar adalah Budi Waseso. Nama Budi Waseso mencuat saat menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri. Sejumlah kasus korupsi dibongkar hingga sempat memunculkan kegaduhan. Termasuk kasus korupsi di lingkungan Pelindo II.  Dia dipromosikan sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Nama Budi Waseso makin bersinar. Terakhir BNN menangkap Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Nofiandi.

Isu tentang calon pengganti Kapolri sebenarnya mulai berhembus sejak akhir 2015 lalu. Meski Kapolri Jenderal Badrodin Haiti baru akan pensiun pada Juli 2016 mendatang.

Bahkan Komisioner Kompolnas, Adrianus Meliala sempat mengatakan biasanya memang isu tentang bursa calon Kapolri mulai ramai menjelang dua bulan masa aktif Kapolri berakhir. Sebab disebutkan pada bulan Maret atau April Kompolnas mulai bekerja melakukan penjaringan. Para calon menurut Adrianus adalah jenderal berpangkat bintang tiga.

Adrianus kala itu menyebut bahwa kriteria jenderal yang layak dipilih menjadi kapolri masih belum berubah masih sama seperti sebelumnya. Diantaranya adalah jenderal polisi  yang bisa diterima semua kalangan, dan secara kemampuan harus mumpuni diantaranya pernah menduduki jabatan terpenting di Polri, pernah menjadi Kapolda. Selain itu dari pendidikan juga harus dari Akademi Kepolisian, PTIK dan Sespim. Selain itu dari sisi waktu dan usia harus cukup, yakni minimal dua tahun sebelum masa pensiunnya.





BACA JUGA: