JAKARTA, GRESNEWS.COM - Berawal dari kasus hilangnya dr Rica dan Kevin warga Yogyakarta, terungkap selama ini ada aliran keagamaan yang dinyatakan menyimpang bergerak leluasa merekrut sejumlah pengikut. Penelusuran polisi akhirnya mengungkap dibalik hilangnya ibu dan anak itu ternyata ada aktivitas organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Pemerintah sepertinya baru menyadari jika organisasi ini berbeda dari organisasi lainnya dan ajarannya membuat resah masyarakat. Menyikapi hal itu Tim pengawasan aliran kepercayaan dan keagamaan dalam masyarakat (Pakem) Pusat yang diketuai Jaksa Agung langsung melakukan kajian awal terkait aliran organisasi keagamaan ini. Pada Selasa, 12 Januari 2016 bertempat di ruang rapat Jaksa Agung Muda Intelijen menggelar rapat membahas Gafatar.

Hadir Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Asisten Teritorial Panglima TNI, Direktur Sosbud Badan Intelijen Mabes Polri, Deputi II Badan Intelijen Negara dan Perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama.

Jamintel Kejakasaan Agung Adi Toegarisman mengatakan, dari kajian sementara Tim Pakem Pusat ditemukan jika sejarah terbentuknya Gafatar berawal dari kelompok Al-Qiyadah al- Islamiyah. Sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang melakukan singkretisme antara Alquran, Alkitab Injil dan Yahudi serta wahyu yang turun kepada pimpinannya.

"Informasi yang dapat kami himpun sementara ini terkait dengan pimpinan Al-Qiyadah (Moshaddeq)yang mungkin kita semua mengingat itu sempat ada proses hukum dan dijatuhi pidana," kata Adi kepada media di Kejaksaan Agung, Rabu (13/1).

Kata Adi, Moshaddeq alias Abdussalam merupakan pimpinan al-Qiyadah Islamiyah. Aliran ini menyatakan Moshaddeq sebagai nabi atau mesias. Wahyu yang diterima Moshaddeq bukan berupa kitab tapi pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Alquran yang menurut Moshaddeq telah disimpangkan dari sejarah.

Padahal pada 4 Oktober 2007 lalu, MUI dengan fatwanya No 4 tahun 2007 telah menyatakan aliran Al-Qiyadah  Al-Islamiyah sebagai aliran sesat karena menyimpang dari agama Islam. Lalu pada 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Moshaddeq selama empat tahun atas tuduhan penodaan agama.

Meskipun menyatakan bertobat, ternyata Moshaddeq menyebarkan ajaran AlQiyadah Al-Islamiyah dengan menggunakan Milah Abraham yang kemudian berubah menjadi Gafatar. Saat ini Gafatar dipimpin Mahful M Tumarung dan memiliki perwakilan di 34 DPD.

"Dari rapat disepakati bahwa Gafatar ajarannya menyimpang dari ajaran agama Islam dan Kristen yang berindikasi pada penodaan agama. Nanti akan dirapatkan kembali yang mengarah rekomendasi tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung untuk melakukan pelarangan terhadal Gafatar dengan meminta pendapat MUI dan pihak lainnya," kata Adi.

PENDIRIAN GAFATAR - Gafatar yang dilambangkan dengan gambar matahari bersinar itu dideklarasikan pada 21 Januari 2012. Organisasi ini diketuai oleh Mahful M Tumanurung dan bergerak di bidang sosial serta fokus terhadap isu ketahanan pangan, seperti dikutip dari website mereka, Gafatar.org. Gafatar mengklaim muncul untuk menjawab segala permasalahan bangsa. Mereka menilai, negeri ini belum sepenuhnya lepas dari penjajahan. Sudah 67 tahun lebih merdeka, namun belum mampu menyejahterakan seluruh rakyatnya. Susunan kepengurusannya bahkan memiliki dewan pimpinan daerah alias DPD. Sejak akhir Desember 2013, Gafatar mengklaim memiliki 34 DPD.

Disebut-sebut sebelumnya pemerintah juga telah melarang keberadaan organisasi Gafatar ini dengan menerbitkan surat Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri RI Nomor 220/3657/D/III/2012 tanggal 20 November 2012. Hingga organisasi itu berganti nama menjadi Negara Karunia Tuhan Semesta Alam.

Gafatar sebagai baju baru bisa dibaca dari Ketua Umumnya Mahful yang pernah menjadi Ketua Al-Qiyadah wilayah Sulawesi Selatan. Dia dan pengikutnya juga pernah ditangkap pada 2007.

Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Jakarta,  M. Amin Djamaluddin dalam tulisannya di Suara-Islam.com pada 11 Januari 2016 berjudul Proses Lahirnya Gafatar memperjelas ganti baju AlQiyadah Al-Islamiyah ke Gafatar. Amin menulis Gafatar adalah nama (baju) baru dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan Komar (Komunitas Millah Abraham), setelah “nabi” Ahmad Moshaddeq ditangkap dan divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dengan mereka berganti nama (baju) dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah menjadi Millah Abraham, akhirnya mereka bisa leluasa dan bebas mengembangkan organisasinya di seluruh Indonesia. Mereka hanya merubah namanya saja, akan tetapi ajarannnya masih tetap sesat, karena mengikuti ajaran ”nabi” Ahmad Moshaddeq.
            
Organisasi Millah Abraham ini juga sempat dilarang beraktivitas di Aceh. Gubernur Aceh sempat mengeluarkan SK berisi larangan bagi Millah Abraham di seluruh wilayah Aceh melalui SK Gubernur Aceh No. 9 tahun 2011, pada Kamis 26 April 2012. Atas larangan ini mereka pun berganti nama (baju) lagi dari Millah Abraham menjadi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Dengan nama baru ini, mereka melakukan kegiatan sosial di mana-mana di seluruh Indonesia.
            
Amin menyampaikan Gafatar pada intinya masih tetap mengikuti ajaran yang bersumber dari Ahmad Moshaddeq. Perlu diketahui bahwasanya Ahmad Moshaddeq ini berasal dari Pesantren Al-Zaytun NII KW-9, Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan juga Millah Abraham.

Amin menunjukkan buku tulisan Ketua Umum Gafatar, Mahful Muis Hawari yang berjudul Teologi Abraham Membangun Kesatuan Iman, Yahudi, Kristen dan Islam. Buku ini merupakan missi Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
 
Buku itu tulisan Ahmad Moshaddeq yang lain berjudul Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful Muis, S.Ag, M.A. Di dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Moshaddeq dan juga tulisan Mahful Muis, S.Ag, M.A. Buku tulisan Ahmad Moshaddeq yang berjudul Al Masih Al Maw’ud & Ruhul Qudus dalam Perspektif Taurat, Injil & Al-Qur`an.  
 
Buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada hal. 191, 192 hampir seluruh Pengurus Gafatar telah berbai’at kepada ”nabi” Ahmad Moshaddeq.
 
"Buku tulisan Ketua Umum Gafatar ini berisi misi Yahudi, yaitu untuk menyesatkan umat Islam, sama dengan misinya Millah Abraham!” tulis Amin.
 
ANTI KEKERASAN - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan, kelompok ini digandrungi banyak orang. Alasannya karena kelompok ini menganut prinsip kasih sayang dan antikekerasan.

Anton menyebutkan, pengikut Gafatar ingin mengambil jalan pintas lantaran di organisasi itu, mereka tidak perlu menjalankan sejumlah peribadatan. "Muslim, tetapi tidak perlu shalat, tidak perlu puasa, yang penting kasih sayang," kata Anton.

Terlebih lagi, di beberapa daerah, kelompok Gafatar juga menggunakan modus menggelar acara bakti sosial untuk menjaring umat. Meski demikian, berdasarkan komunikasi Polri dengan Kementerian Agama, kelompok Gafatar dianggap menyimpang dari kaidah Islam.

Meski dianggap menyimpang, kepolisian hingga kini belum memiliki catatan potensi gangguan keamanan yang ditimbulkan kelompok ini. Namun polisi tetap waspada kelompok terafiliasi dengan kelompok radikal.




BACA JUGA: