Para pengungsi eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) terlihat memenuhi aula Panti Sosial Bina Insani 2, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (25/1). Ratusan pengungsi yang sebagian besar adalah anak-anak ini terlihat tertidur pulas dilantai yang hanya beralaskan kasur tipis.

Beberapa orang terlihat asyik menonton televisi, mencuci atau hanya sekadar duduk-duduk termenung. Rata-rata pengungsi eks Gafatar yang ditampung di Panti Sosial ini berprofesi sebagai petani. Mereka terpaksa meninggalkan ladang dan harta lainya karena harus mengungsi.

Misalnya, Jawahir (52), lelaki asal Kubu Raya, Kalimantan Barat ini kehilangan harta benda yang telah dikumpulkannya bertahun-tahun. Kepada gresnews.com, lelaki berperawakan pendek kekar ini menceritakan kegetirannya karena harus hidup mengungsi.

Jawahir dan para anggota Gafatar yang diungsikan paksa ini menggugat perlakuan yang diterimanya saat dipaksa harus mengungsi. "Saya dipaksa mengungsi, diperlakukan seperti hewan, waktu itu saya sedang di ladang, saya dicomot begitu aja dimasukkan ke dalam truk, di dalam truk sudah ada istri dan anak-anak," kata Jawahir.

Tidak sampai di situ saja, lelaki asal Jakarta yang bertransmigrasi ke Kalimantan Barat ini pun mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan saat dia bersama keluarganya tiba di Kantor Kodim setempat sebelum diterbangkan ke Jakarta.

"Saya sempat dipukul dan dibentak karena dianggap terlalu banyak bertanya mungkin, saya heran kenapa harus mengungsi tanpa ada pemberitahuan, sosialisasi apapun, alasan aparat demi keamanan karena kejadian pembakaran di Mempawah padahal di daerah saya semua aman, warga damai semua," jelas Jawahir.

Ayah dari lima orang anak ini bergabung dengan Gafatar sejak tiga tahun silam. Dia merasa tidak ada yang salah dengan Gafatar karena banyak bergerak di bidang sosial. "Visi dan misinya bagus, kita punya tanggung jawab sosial," jelasnya.

Jawahir menolak ketika dikatakan bahwa Gafatar oleh sebagian besar masyarakat dianggap sebagai organisasi yang menyimpang dan banyak bertentangan. "Pertentangannya dimana? Sekarang, saya juga bingung kok dibilang menyimpang, kita gabung dengan Gafatar karena ingin perubahan tapi kenapa kami diperlakukan begini, saya bangga dengan Gafatar," kata Jawahir tegas.

Di tempat pengungsian, Jawahir dan para pengungsi eks Gafatar mengaku bingung dan tidak tahu bagaimana masa depan mereka selanjutnya. "Tergantung pemerintah saja ini gimana, pemerintahnya saja lamban begini, orang sekarang banyak bicara negatifnya saja mengenai kami, mau ditempatkan dimana pun kami yang disebut eks Gafatar pasti mendapat cemooh dan tidak diterima masyrakat," keluh Jawahir.

Sebanyak 118 dari 568 orang anggota Gafatar kini ditempatkan di Panti sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Mereka akan diberi pembinaan sebelum dipulangkan ke rumah masing-masing. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: