Gelisah tengah menghinggapi para penghuni rumah susun (rusun) Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, menanti kepastian terkait rencana relokasi rusun yang sudah berumur 29 tahun tersebut. Rusun yang dibangun pada zaman pemerintahan Presiden Suharto ini dalam kondisi memprihatinkan.

Pangkal masalahnya, muncul informasi rencana pemerintah untuk membangun ulang gedung rumah susun. Namun yang meresahkan warga adalah tidak adanya sosialisasi lebih lanjut yang diterima warga terkait rencana tersebut. Dedeh (41) mengatakan kepada gresnews.com saat mendatangi lokasi rusun. Wanita asal Bogor yang sudah tinggal di rusun Karang Anyar sejak 1987 ini mengatakan warga menyesalkan tidak ada informasi dan sosialisasi kepada warga.

Satu-satunya informasi yang didapat adalah pernyataan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat saat mengunjungi rusun beberapa waktu lalu. Pada kesempatan tersebut Wagub Djarot mengatakan rusun Karanganyar akan direvitalisasi karena dianggap sudah tidak layak huni. Djarot menjelaskan pemprov berencana menghancurkan bangunan rusun dengan menggunakan bahan peledak. "Iya katanya sih begitu, waktu itu sudah ada pertemuan ketua RW, RT sama pengurus tapi terus warga belum dapat informasi yang sampai ke warga lagi," jelasnya.

Minimnya informasi, menurutnya, menambah keresahan warga karena belum memiliki tempat tinggal sementara dan kepastian warga untuk kembali menempati rusun pasca pembangunan pun dipertanyakan warga. "Terus kalau mau diancurin mau dibangun yang baru selama proses pembangunan kita di suruh tinggal dimana?" tambahnya.

Rusun Karang Anyar yang terletak di tengah-tengah permukiman padat penduduk ini kondisinya memang memprihatinkan. Dari pantauan gresnews.com, Senin (28/9) siang, bangunan rusun terlihat kusam dan kumuh, cat tembok rusun banyak yang sudah terkelupas dan di beberapa tempat bahkan ditumbuhi lumut. Kabel instalasi listrik dan pipa air yang bertumpuk menggelantung di depan kamar-kamar hunian menambah kumuh dan semrawutnya kondisi rusun Karang Anyar.

"Emang udah harus dibenerin, udah umur kali ya takutnya ada bagian bangunan yang sudah lapuk atau gimana," kata seorang pria warga keturunan Tionghoa yang membuka warung kelontong di kamar hunian rusun yang ditempatinya. Warga berharap jika memang pemerintah akan membongkar rusun dan menggantinya dengan gedung baru, Pemprov DKI mau menyediakan uang kerohiman bagi penghuni selama pembangunan kembali.

Tujuannya agar warga mempunyai uang untuk membayar kontrakan selama pembangunan rusun. "Ya mudah-mudahan ada kejelasan dan dapat ganti rugi," lanjut pria keturunan tersebut.

Rusun Karang Anyar sendiri saat ini dihuni 526 keluarga, dilengkapi sebanyak empat tower yang terdiri dari sebanyak 126 unit kamar. Rusun yang menempati lahan seluas 8.887 meter persegi itu pun dilengkapi berbagai fasilitas di antaranya area parkir, mushala, taman dan area bermain anak. Warga selama ini membayar retribusi mulai dari Rp 54.000 hingga Rp 100.000. Di rusun ini terdapat dua tipe mulai dari tipe 27 dan 18. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: