JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku heran tidak adanya sanksi terhadap importir yang memperdagangkan gula rafinasi ke pasaran. Padahal memperdagangkan gula rafinasi impor merupakan pelanggaran karena seharusnya gula impor tersebut tidak beredar di pasar.  "Memang telah terjadi pelanggaran secara terang-terangan dan terlihat kasat mata. Kok tidak ada yang menindak ya," kata Dahlan, Jakarta, Senin (21/7).

Akibat maraknya gula rafinasi di pasaran, telah menyebabkan harga gula tebu anjlok drastis. Hal ini dikeluhkan para petani tebu di Jember. Dahlan mengaku mendapat keluhan dari para petani tebu Jember tentang banyak gula rafinasi impor yang membanjir pasar. Menurutnya para petani tebu mengeluh habis-habisan karena seharusnya gula impor tersebut tidak masuk ke pasar.

Padahal menurut Dahlan  saat ini kondisi pabrik gula lokal sudah membaik. Contohnya pabrik gula Jatiroto di Lumajang dan pabrik gula Semboro. Menurut Dahlan kedua pabrik tersebut terlihat bersih dan rapih dengan kinerja yang baik. Dalam musim giling, saat ini rendemannya sudah mencapai 7 persen dan akan terus naik seiring dengan datangya musim kemarau.

Dahlan menambahkan ketika pabrik gula sudah semakin membaik tetapi akibat banjirnya gula impor sehingga harga gula lokal menjadi jatuh. Hal itu, menurut Dahlan membuat semangat para petani terpukul sehingga tak bersemangat  memajukan pertanian tebu di Indonesia. "Pabrik gulanya sudah mulai baik. Eh, harga gulanya yang jatuh," kata Dahlan.

Untuk itu, Dahlan  mengaku telah diminta Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi untuk menahan stok gula dari pabrik BUMN agar tidak dilepas ke pasar. Dahlan mengatakan alasan tidak melepas stok gula di pasar karena saat ini harga gula sedang turun sehingga para petani merugi. Disatu sisi, Dahlan mengaku pabrik gula BUMN juga ´marah´ karena pabrik gula juga ikut mengalami kesulitan dengan harga gula yang jatuh karena impor gula rafinasi yang terlalu besar.

Untuk itu BUMN berkorban demi perbaikan harga yang diterima oleh petani. Disatu sisi selain permintaan itu, Dahlan mengaku Menteri Perdagangan juga telah memiliki cara untuk mengendalikan harga gula rafinasi. "Pemerintah juga akan terus memonitor cara baru yang dilakukan Mendag dan kita menyambut dengan gegap gempita dan menyambut dengan dag dig dug. Apakah cara baru yang ditemukan Mendag itu ampuh," kata Dahlan.

Dahlan menjelaskan cara Mendag tersebut adalah dengan mencegah agar  gula rafinasi yang izin masuknya untuk industri makanan tidak sampai bocor ke pasar. Dahlan memberikan contoh gula rafinasi yang muncul di pasaran sama seperti masalah pupuk subsidi yang bocor ke pasar. Sehingga pada akhirnya pupuk subsidi tersebut diberi warna agar dapat membedakan antara pupuk bersubsidi dan non subsidi.

Menurutnya dengan pembedaan berdasarkan pemberian warna dapat mengetahui jika terjadi pelanggaran seperti penjualan pupuk subsidi di pasaran. Meskipun ada usaha untuk mencuri pupuk subsidi dengan dicuci untuk menghilangkan warna khusus, tapi hal tersebut tidak berhasil karena biaya mencuci lebih besar dan pupuk tersebut akan larut dengan air.

"Saya tidak tahu apakah gula rafinasi akan diberi warna khusus. Apakah gula rafinasi akan diberi bulu supaya beda dengan gula tebu, yang jelas akan ada cara baru untuk kendalikan gula impor rafinasi," kata Dahlan.

Sementara itu, Ketua Bidang Perdagangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Ismen Hasan Putro sebelumnya mengatakan beredarnya gula rafinasi di pasar telah membuat para petani terbunuh di ladang tebu miliknya. Ia meminta Menteri Perdagangan melakukan pembatasan terhadap impor gula rafinasi. Dia menambahkan peredaran gula rafinasi impor telah menyebabkan harga gula menjadi hancur sehingga para petani kesulitan untuk menjual gulanya.

Menurut Ismed seharusnya pemerintah memberikan hak impor kepada pabrik gula yang dimiliki oleh perusahaan BUMN. Namun untuk saat ini perusahaan BUMN tidak mungkin mengimpor raw sugar untuk memenuhi kapasitas pabrik karena harga dollar sangat tinggi, disatu sisi harga gula dalam negeri juga jatuh akibat banyaknya gula rafinasi di pasar. "Pemerintah pun juga diam saja dengan membiarkan gula rafinasi beredar di pasar," kata Ismed kepada Gresnews.com beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: