JAKARTA, GRESNEWS.COM - Membanjirkan pasokan gula rafinasi impor mengacaukan harga gula tebu petani. Hingga harga gula tebu petani anjlok ke titik terendah. Mencegah lebih terpuruknya harga gula petani Menteri Perdagangan  Muhammad Luthfi  telah meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan   untuk menahan stok gula pabrik BUMN agar tidak dilepas kepasar. "Akibatnya para pabrik gula BUMN juga "marah", karena mereka kesulitan dengan harga gula yang jatuh akibat membanjirnya gula rafinasi di pasaran," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan, kemarin.

Dahlan mengatakan, karena impor gula rafinasi yang besar itu,  BUMN kini harus berkorban untuk sementara  tidak menjual gula ke pasaran demi perbaikan harga yang diterima oleh petani. Selain menyetop peredaran gula pabrik BUMN, Dahlan mengatakan  Menteri Perdagangan juga telah mencoba sejumlah formula untuk mengendalikan harga gula rafinasi.

"Pemerintah juga akan terus memonitor cara baru yang dilakukan Mendag dan kita menyambut dengan gegap gempita dan menyambut dengan dag dig dug. Apakah cara baru yang ditemukan Mendag itu ampuh," kata Dahlan.

Dahlan menjelaskan cara baru Mendag tersebut adalah gula rafinasi yang izin masuknya untuk industri makanan tidak sampai bocor ke pasar. Menurut Dahlan gula rafinasi yang muncul di pasaran sama halnya seperti masalah pupuk subsidi yang bocor ke pasar. Pada saat itu subsidi pupuk bocor ke pasar,  sehingga akhirnya subsidi pupuk tersebut diberi warna agar dapat membedakan antara pupuk bersubsidi dan non subsidi.

Menurutnya dengan pembedaan warna dapat diketahui terjadinya pelanggaran seperti penjualan pupuk subsidi di pasaran. Meskipun ada usaha untuk mencuri pupuk subsidi dengan dicuci untuk menghilangkan warna khusus, tapi hal tersebut tidak berhasil karena biaya mencuci lebih besar dan pupuk tersebut akan larut dengan air.

"Saya tidak tahu apakah gula rafinasi akan diberi warna khusus. Apakah gula rafinasi akan diberi bulu supaya beda dengan gula tebu, yang jelas akan ada cara baru untuk mengendalikan gula rafinasi impor ," kata Dahlan.

Sementara itu Ketua Bidang Perdagangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Ismed Hasan Putro menilai cara Menteri Perdagangan tidak akan efektif karena pabrik gula juga perlu dana untuk biaya operasional. Menurut Ismed, seharusnya Menteri Perdagangan dan aparat hukum perlu mengambil tindakan dengan menyita gula-gula rafinasi yang beredar di pasaran.

Kemudian, Menteri Perdagangan juga perlu melakukan pembatasan gula rafinasi yang beredar dipasaran. Ismed mneilai peredaran gula rafinasi impor inilah yang menyebabkan harga gula menjadi hancur dan para petani tidak bisa menjual gulanya.

"Itulah yang menyebabkan para petani terbunuh di ladang tebunya," kata Ismed kepada Gresnews.com, Jakarta, Sabtu (12/7).

BACA JUGA: