JAKARTA, GRESNEWS.COM -  Pemerintah menghadapi dilema dalam tata niaga gula. Disaat panen raya temu harga gula justru jatuh,  karena bertabrakan dengan membanjirnya gula impor di pasaran. Indonesia diakui tak bisa melepaskan ketergantunganya dengan impor gula, karena produksi gula dalam negeri hingga saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan itulah salah satu alasan pemerintah masih impor gula saat ini. Menurut mantan Direktur PLN ini kebutuhan konsumsi gula Indonesia mencapai 3 juta ton pertahun, sementara produksi pabrik gula BUMN hanya 1,7 juta ton pertahun. "Jadi masih ada kekurangan 1,3 juta ton," katanya.

Dahlan mengatakan untuk itu perlu peningkatan produksi gula seperti pabrik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII. Hanya saja jika harga gula sudah jatuh, secara otomatis para petani tidak mau bertanam tebu. "Jangan sampai BUMN mau meningkatkan produksi dalam negeri, tetapi petani tidak mau tanam tebu," ungkapnya kemarin.

Untuk itu, Dahlan menilai perlu adanya kerjasama antara BUMN dan petani. Khusus untuk BUMN,  juga harus tahu kemampuannya produksinya, karena selama ini rata-rata pabrik gula BUMN sudah tidak produktif lagi. Sehingga dalam waktu 1 tahun perusahaan BUMN harus meningkatkan produksinya. Dengan demikian dalam waktu tiga sampai empat tahun ke depan telah bisa memenuhi angka produksi maksimal.

Dalam peningkatan produksi gula, diungkapkan Dahlan, para importir gula rafinasi sebenarnya telah berencana untuk membangun pabrik gula,  tapi sampai sekarang belum terealisasi. Untuk itu Dahlan menyarankan, pemerintah harus menagih janji para impor gula rafinasi. Jangan sampai para importir tersebut hanya ingin mengambil untungnya saja dari perdagangan,  tetapi tidak mau memajukan industri gula dalam negeri.

"Sementara BUMN yang punya pabrik  disuruh mengabdi, Sedangkan yang dapat insentif malah swasta. Jadi yang terbaik itu pemilik pabrik yang diberi hak impor," kata Dahlan.

Ketua Bidang Perdagangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Ismed Hasan Putro, menilai  permasalahan pembangunan pabrik gula BUMN atau modernisasi pabrik gula BUMN terletak pada persoalan dana dan lokasi pembangunan. Namun menurut dia persoalan utama penyebab fluktuasinya harga gula, karena tak terkendalinya impor gula dari luar. Untuk itu ia sepakat dengan Menteri Dahlan, kedepan, hak impor gula diserahkan saja kepada pabrik gula BUMN dan tidak lagi ditangani swasta.

Namun Ismed mengingatkan kondisi saat ini belum memungkinkan perusahaan BUMN untuk mengimpor raw sugar demi memenuhi kapasitas pabrik. Hal ini karena harga dollar sangat tinggi, sementara harga gula dalam negeri juga jatuh akibat banjirnya gula rafinasi di pasaran. Ini menurutnya karena pemerintah saat ini membiarkan peredaran gula rafinasi di pasar.

"Jadi tidak mungkin kita impor, walaupun disuruh impor kita tidak mau karena tidak rasional secara bisnis," kata Ismed kepada Gresnews.com, Jakarta, Sabtu (12/7).

BACA JUGA: