Jakarta - Potensi perikanan budidaya dapat ditingkatkan guna mendorong penciptaan ketahanan pangan di Indonesia. Hal itu seiring pemanfaatan lahan budidaya masih relatif kecil.

"Pemanfaatan lahan budidaya air tawar saat ini baru mencapai 10,01 persen, air payau 40 persen dan bahkan budidaya laut hanya mencapai 0,01 persen. Ini berarti perikanan budidaya sangat besar potensinya," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, dikutip laman kkp.go.id, Jumat (10/2).

Oleh karena itu agar sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi roda penggerak perokonomian nasional, dibutuhkan kerjasama yang baik antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan para pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan ikan patin dalam negeri dan pasar global, Cicip meminta kepada pembudidaya patin di Provinsi Jambi agar bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hal tersebut disampaikan Sharif sehari sebelumnya saat meresmikan Unit Pengolahan Fillet Patin di Kemingking Kabupaten Muaro Jambi. "Untuk menghentikan impor ikan patin atau ikan dori dari vietnam maka produksi patin nasional harus ditingkatkan terlebih dahulu. Dengan peresmian pengolahan fillet patin, secara strategis akan meningkatkan gairah dan produksi budidaya patin di Indonesia, khususnya Provinsi Jambi karena industri fillet patin dapat dioperasikan secara massal," ungkap Cicip.

Untuk memberikan kesempatan kepada produk patin lokal dapat berkembang dan berdaya saing di pasar domestik dan global, KKP pada tahun 2011 telah membina dan menyediakan enam unit pengolahan fillet patin di Indonesia. Cicip menambahkan, selain di Jambi, enam unit pengolahan fillet patin lainnya berada di Karawang, Purwakarta, Tulung Agung, Banjar, dan Riau. "Saya berharap unit pengolahan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat atau kelompok pengolah usaha kecil menengah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi produksi budidaya patin," ujar Cicip.

BACA JUGA: