JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan salah seorang korban yang tewas saat bentrokan antara mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan polisi karena terkena lemparan batu. Peristiwa itu terjadi di depan kantor Gubernur Sulawesi Selatan hingga di depan kampus UMI, Jl Urip Sumohardjo, Makassar, Kamis (27/11).

Kapolri menjelaskan korban yang terkena lemparan batu lalu terinjak-injak itu merupakan warga Jalan Pampang I Makassar. "Saat itu petugas masih 200 meter. Ketimpuk batu dan luka di kepala. Setelah itu terinjak-injak," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (28/11).

Senada dengan Sutarman, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Boy Raffli Amar mengatakan korban tewas tersebut bernama Muhammad Arif, berusia 20 tahun. Sebelumnya beredar kabar bahwa Arif tertabrak truk water canon polisi hingga tewas.

"Korban tewas terinjak saat massa unjuk rasa dibubarkan dengan mobil penyemprot air. Di situ bisa dilihat pola luka berbeda bila tertabrak oleh water canon, bisa dibuktikan dengan autopsi," kata Boy.

Menurutnya, polisi setempat telah melakukan pengamanan aksi unjuk rasa di sana.‎ Boy mengaku segala cara telah ditempuh untuk menghindarkan bentrokan antara mahasiswa dan polisi. "Kami pernah mengumpulkan para rektor perguruan tinggi di Makassar.‎ Kami sudah sering berdiskusi dengan para rektor. Unjuk rasa boleh dalam kaitan undang-undang, kesadaran hukum yang belum terwujud dalam berunjuk rasa," ungkapnya.

Boy mengimbau kepada mahasiswa agar lebih baik dalam menyampaikan aspirasi di era demokrasi ini. Bukan aksi unjuk rasa yang berakhir dengan bentrokan.

Sementara, pengamat politik Universitas Bakrie M. Badaruddin mengkritik apa yang dilakukan polisi di Makassar tersebut. "Ada yang perlu dikritisi dari polisi yang tindakannya sangat represif terkait dengan protes politik," katanya kepada Gresnews.com, Jumat (28/11).

Menurutnya, tindakan polisi yang menghalau demonstran di sana adalah tindakan represif. Pasalnya, terbukti sudah jatuh korban jiwa dalam bentrokan di sana. "Represi polisi sudah banyak memakan korban luka-luka, bahkan korban jiwa. Menginvasi kampus bahkan rumah ibadah," ujarnya.

Dia menduga tindakan polisi itu tidak terlepas dari menjaga kepentingan pemerintah saat ini terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. "Ini tidak lepas dari dinamika di internal polisi yang membaca arah angin politik Joko Widodo," tegas Badaruddin.

BACA JUGA: