"Tetangge gue orangnye gile tajir abis duitnye kagak berseri.
Kerjanye ga jelas, kantornye ga ade, tapi die bilang semuanye bisa diatur.
Dari urus pajak sampe kasus yang ruwet, proyek kecil proyek gede semua disikat.
Asal jelas komisi dan setoranye".

Lirik lagu Tetangga Gue lantang dibawakan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP), grup musik yang populer di era 1970-an, Sabtu (4/6) sore di salah satu sudut stasiun kereta api Bogor. Tema lagu ini tidak jauh dari makelar kasus yang sehari hari berkeliaran di sekitar kita. Bahkan mungkin kenyataan dia adalah tetangga kita, akan terasa begitu menohok. Bayangkan ada seorang yang kaya dan sangat powerfull tapi kita tidak tahu persis apa sebetulnya bisnis orang ini.

Boro-boro pabrik, kantor pun tidak jelas dimana. Tapi jangan salah, semua bisa dia atur, pejabat, penegak hukum, pimpinan proyek, tidak ada yang luput dari lobinya dan tentunya orang ini sangat jelas kalau soal komisi dan setoran. Lagu ini sebetulnya sekadar olok olok kita pada diri kita sendiri sebagai masyarakat yang sedang sakit kronis akut akibat budaya korupsi yang akhirnya tidak mampu keluar dari lingkaran setan itu.

Masyarakat akhirnya hanya bisa geleng kepala sambil mengelus dada atas sepak terjang para makelar kasus atau markus yang sehari hari ada di sekitar kita. Merekalah yang menyemarakkan dan menyuburkan korupsi di seantero negeri ini.

Begitulah OM PSP menggambarkan bagaimana korupsi sudah sedemikian menggurita di Indonesia. Acara yang bertajuk Ngamen Bareng Antikorupsi itu sendiri digelar Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai salah satu upaya mengkampanyekan gerakan antikorupsi kepada publik. Pimpinan KPK Saut Situmorang yang hadir di acara itu larut dalam suasana dan ikut berdendang dengan iringan musik OM PSP.

Ratusan penumpang kereta api  yang lalu lalang pun ikut berdendang. Pria, wanita, tua, muda maupun anak-anak larut dalam dendang semangat antikorupsi yang menggema. Di sela-sela lagu, Saut berucap, gerakan antikorupsi bisa juga digalang lewat kegiatan bermusik. "Kasus korupsi semakin memprihatinkan. Karena itu kami harus menggunakan beragam cara untuk memberantasnya," ujar Saut.

Selain ngamen, dalam sosialisasi antikorupsi ini KPK juga akan menaruh banner, selebaran, dan buku yang berkaitan dengan isu korupsi di stasiun dan gerbong kereta. Sosialisasi antikorupsi dengan cara ngamen ini cukup mendapat respons yang baik dari masyarakat pengguna commuter line. Tak sedikit pula yang aktif berdialog, bertanya mengenai isu seputar korupsi kepada Saut Situmorang. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: