JAKARTA, GRESNEWS. COM - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengeluarkan rekomendasi impor sapi sebanyak 250.000 ekor untuk kuartal II-2016. Namun, meski telah memperoleh rekomendasi, Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) sampai hari ini belum keluar. Padahal impor sapi itu direncanakan akan digemukkan oleh feedloter (perusahaan penggemukan sapi) untuk memenuhi kebutuhan daging sapi pada kuartal IV-2016.
 
Rekomendasi impor itu diputuskan berdasarkan rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian akhir April 2016 lalu. Menurut Direktur Perbibitan dan Produksi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Surachman Suwandi, kuota impor itu akan segera direalisasikan oleh para importir yang telah mendapatkan izin. Pemerintah, kata Surachman, tetap konsisten untuk membatasi impor sapi bakalan tahun ini sebanyak 600.000 ekor saja. "Ini sudah keputusan dari hasil rapat terbatas, jadi sudah bisa langsung dieksekusi," ungkapnya, Senin (2/5).

Kementan juga telah memutuskan jatah impor sapi bakalan kuartal III-2016 hanya sebanyak 150.000 ekor. Dengan demikian total ada 600.000 ekor sapi bakalan yang akan diimpor pada tahun ini. Sementara untuk daging sapi pemerintah memutuskan untuk mengimpor 10.000 ton daging menjelang Lebaran tahun ini.

Kuota impor sebanyak 250.000 ekor sapi itu akan dialokasikan untuk 44 perusahaan feedloter. Jika izin dari Kemendag segera turun, sapi-sapi tersebut akan masuk ke Indonesia secara bertahap mulai Mei. Rekomendasi impor tersebut sebetulnya sudah ada sejak 29 April 2016.

Rekomendasi dikeluarkan untuk memenuhi pasokan daging sapi menjelang Ramadhan. Kuota kali ini lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, yaitu 200.000 ekor. Namun jumlah impor sapi tersebut masih jauh di bawah total yang diajukan pelaku usaha sebanyak 527.130 ekor sapi.

Kuota itu telah dibagi-bagi di antara para feedloter. "Jika tidak ada halangan, hari Senin (9/5) SPI-nya akan keluar dari Kemendag," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Joni Liano kepada gresnews.com, Minggu (8/5).

Joni menuturkan, impor sapi yang dilakukan adalah murni hitung-hitungan pemerintah. Kebutuhan konsumsi sapi masyarakat sangat meningkat saat kuartal IV karena ada event Natal dan Tahun Baru sehingga stok daging harus tetap terjaga. "Untuk pembagian ke feedloter pun, pemerintah yang membagi. Jadi kami terima beres saja," ungkap Joni

DATA TAK AKURAT - Namun, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, tidak yakin dengan data kebutuhan impor sapi yang dikeluarkan Kementan. Karena, selama ini, data yang dirilis Kementan tidak akurat dan cenderung membuat harga daging sapi bergejolak. Pada akhir Maret 2016, realisasi impor sapi kuartal I tahun 2016 hanya sekitar 127.000 ekor atau 63 persen dari izin yang ditetapkan.

Menurutnya, selain data yang tidak akurat, terlambatnya penetapan kuota pun menjadi masalah yang bisa berakibat fatal terhadap harga daging di pasaran. Seperti halnya saat ini, seharusnya akhir Juni 2016 seluruh kuota impor daging sapi harus sudah terealisasi seluruhnya, sehingga harga di pasaran tetap stabil.

"Hanya ada waktu dua bulan untuk melakukan impor, ini tidak akan maksimal," ungkap Sarman, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pemerintah sendiri telah menetapkan konsumsi daging sapi per kapita tahun ini 2,61 kilogram. Berarti, kebutuhan daging sapi nasional 2016 mencapai 674,69 ribu ton atau setara dengan 3,9 juta ekor sapi. Diketahui sebanyak 85 persen kebutuhan sapi akan disuplai dari sapi lokal sedangkan sisanya sekitar 600 ribu ekor sapi bakalan dipenuhi dari impor dan 80 ribu ton daging beku.

Namun, setiap terjadi gejolak harga daging yang selalu dicari adalah sapi dan daging impor, padahal kuota impor hanya 15 persen dari kebutuhan nasional. Sisanya, 85 persen adalah kuota lokal.

BACA JUGA: