-
Aktivitas Gunung Agung Mereda Radius Aman Diturunkan Jadi 6 KM
Kamis, 04/01/2018 16:01 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Menyusul semakin meredanya aktivitas vulkanik Gunung Agung, Bali, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan batas radius aman menjadi 6 kilometer dari sebelumnya 8 hingga 10 kilometer. Kendati status Gunung Agung masih ditetapkan dalam status AWAS. Sebab Gunung Agung saat ini masih berada dalam fase erupsi dengan aktifitas vulkanik yang relatif tinggi dan fluktuatif.
Menurut Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, dari hasil analisis data visual maupun instrumental (seismik, deformasi dan geokimia), saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi, aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif. Gunung Agung juga masih berpotensi melontaskan material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan/letusan abu, dan lontaran batuan di sekitar kawah.
Volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar 1/3 dari volume kawah (60 juta meter kubik). Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil.
Menilik tatus kegempaan Gunung Agung hingga kemarin, Rabu (3/1) pukul 18:00 WITA menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah. Saat ini terekam masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan. "Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan trend naik yang signifikan," tulis situs resmi esdm.go.id, Kamis (4/1).
Sedang sata Deformasi dalam beberapa hari terakhir juga nenunjukkan trend yang stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan. Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton/hari.
Kondisi bahaya yang diperkiraan berpotensi adalah berupa adanya lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat hingga lahar hujan. Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan akan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah.
Sedangkan bahaya lahar hujan diperkirakan akan mengikuti lembah sungai yang berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.
Sementara potensi bahaya Awan Panas kemungkinannya masih relatif kecil karena selain pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, juga kemungkinan lain yaitu untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas diperlukan pembangunan tekanan yang cukup besar, sementara itu pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan. (rm)Minggu Siang Gunung Agung Kembali Erupsi Namun Kondisi Terkendali
Minggu, 24/12/2017 13:10 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Gunung Agung Bali dilaporkan kembali mengalami erupsi pada Minggu (24/12) siang. Gunung Agung sempat mengeluarkan asap tebal berwarna kelabu dengan durasi selama 10 menit pada pagi hari.
Namun demikian peningkatan aktivitas Gunung Agung itu dilaporakan tidak sampai mengganggu aktifitas warga, bandara setempat juga masih dizinkan untuk tetap beroperasi. Kegiatan pariwisata setempat juga tidak mengalami gangguan.Erupsi terjadi pada Minggu pagi itu terjadi sekitar pukul 10.05 WITA. Erupsi disertai dengan asap kelabu tebal dengan tinggi kolom abu vulkanik sekitar 2.500 meter di atas puncak kawah mengarah ke Timur Laut.
"Erupsi hanya sesaat sekitar 10 menit saja. Pascaerupsi asap putih keluar dari kawah, dan kadang disertai hembusan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/12).
Sutopo mengakui aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. PVMBG juga sampai saat ini masih menetapkan Gunung Agung status Awas (level 4). Status Awas ini berlaku sejak (27/11) lalu.
Pada Sabtu (23/12) kemarin sekitar pukul 11.57 WITA Gunung Agung juga sempat mengalami erupsi dengan asap kelabu tebal setinggi sekitar 2.500 meter condong ke timur laut. Hujan abu disertai pasir tipis terjadi di sekitar lereng Gunung Agung, seperti di Tulamben, Kubu.
"Tidak ada dampak merusak dari kedua erupsi tersebut. Akivitas masyarakat di Bali normal. Justru banyak masyarakat di sekitar Bali menikmati erupsi. Tidak ada kepanikan di masyarakat. Saat ini masyarakat sudah teredukasi dengan cukup baik mengenai erupsi dan ancaman dari Gunung Agung," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, masyarakat saat ini sudah mulai mengerti dan tidak mudah terpancing sengan berita Hoax. Untuk memperoleh informasi soal Gunung Agung pihaknya memang meminta masyarakat untuk mengacu pada informasi yang disamaikan PVMBG sebagai institusi yang kompeten terkait aktivitas gunungapi.
Menurut Sutopo keberadaan Pasebaya Gunung Agung yang didukung jaringan radio komunikasi melingkari Gunung Agung telah membuat informasi dapat cepat dan akurat sampai kepada masyarakat. (dtc/rm)Gunung Agung Bali Kembali Erupsi Namun Tak Ganggu Penerbangan
Sabtu, 23/12/2017 15:07 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Gunung Agung di Kabupaten Karang Asem Bali dilaporkan kembali mengalamai erupsi dan mengeluarkan aktivitas vulkanik asap vulkanik setinggi 2.500 meter. Namun kejadian itu dipantau tak berdampak bagi masyarakat sekitar.
"Tadi pukul 11.57 Wita Gunung Agung kembali mengalami erupsi kecil dan sesaat. Tinggi erupsi 2.500 meter. Tidak ada dampaknya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Sabtu (23/12).
Menurut Sutopo akibatnya erupsi tersebut, sempat terjadi hujan abu di sekitar lokasi. Namun Sutopo memastikan aktivitas dan lalu lintas di bandara Ngurah Rai tetap kondusif. Sejauh ini belum ada penambahan pengungsi akibat kejadian tersebut, jumlah pengungsi ke beberapa lokasi masih tetep yaitu sekitar 71 ribu jiwa. Hujan abu hanya terjadi disekitar puncak gunung.
"Bandara normal, tidak ada pengaruhnya erupsi tadi dengan bandara dan masyarakat. Bali tetap aman," ujar Sutopo.
Data yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menyebut status gunung awas. Warga diimbau tidak mendekati radius 8 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Diperingatakan bagi masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada atau melakukan pendakian, dan tidak melakukan aktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya, yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Sebelumnya mencermati meredanya aktivitas GUnung Agung beberapa hari lalu , Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan status tanggap darurat Gunung Agung dicabut. Pencabutan status tersebut setelah presiden menggelar rapat terbatas Kabinet Kerja di Bali,Jumat (22/12).
Namun pencabutan tanggap darurat ini tidak mengubah status awas Gunung Agung dengan zona bahaya radius 8-10 km. Pencabutan status tanggap darurat juga tidak menghentikan penyaluran bantuan terhadap lebih dari 70.000 pengungsi.
"Sehingga tidak menimbulkan multitafsir negara-negara yang selama ini menganggap bahwa status tanggap darurat itu membuat mereka menjadi, dalam tanda kutip, ketakutan, sehingga dikeluarkan travel ban," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung seusai rapat di Werdhapura Hotel, Sanur, Denpasar, Bali. (dtc/rm)Jokowi: Bali Aman, Silakan Berlibur
Sabtu, 23/12/2017 08:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah akhirnya mencabut status tanggap darurat letusan Gunung Agung. Keputusan itu diambil dalam rapat Terbatas (ratas) yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Wisma Diklat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Werdhapura, Sanur, Bali, Jumat (22/12). Jokowi menyebutkan, alasan pencabutan status tanggap darurat Gunung Agung, adalah karena memang sudah tidak diperlukan.
Jokowi menilai, sebagian besar Provinsi Bali aman. "Karena sudah tidak diperlukan, tapi yang paling penting pengungsi tetap ditangani dengan baik," kata Jokowi.
Ia menambahkan pencabutan status tanggap darurat ini juga bukan berarti mitigasi risiko dan penanganan bencana turut ditanggalkan. Menurutnya, keselamatan tak dapat dikesampingkan. "Kemudian proses-proses kalau memang Gunung Agung nanti dilihat akan erupsi, langkah-langkah manajemen evakuasi sudah disiapkan. Keselamatan tetap yang utama," ujar Jokowi.
Jokowi menilai perlunya pemberitaan tentang Bali yang memang aman. Walau hanya beberapa jam, Jokowi menilai tidak ada kekhawatiran dari para turis domestik dan asing yang telah berada di Bali.
Kondisi ini menunjukkan para turis di Pulau Dewata tidak terancam oleh erupsi Gunung Agung. "Ya beritakanlah yang baik mengenai Bali. Seperti tadi di Pantai Kuta ramai sekali, di kafe-kafe juga ramai. Pak Gubernur (Made Mangku Pastika) dan juga BNPB menyampaikan bahwa yang 8 atau 10 kilometer dari kawah saja yang itu dalam posisi awas," ucap Jokowi.
"Jadi jangan digambarkan seluruh Provinsi Bali, dan kenapa kita adakan rapat terbatas di Bali ya untuk menyampaikan pada turis, wisatawan, dan dunia bahwa Bali aman. Kita harapkan target turis di Indonesia, utamanya Bali, sesuai target yang kita tentukan," pungkasnya.
Pencabutan tanggap darurat ini tidak mengubah status awas Gunung Agung dengan zona bahaya radius 8-10 km dari kawah. Pencabutan status tanggap darurat juga tidak menghentikan penyaluran bantuan terhadap lebih dari 70.000 pengungsi.
"Bali benar-benar siap untuk menerima wisatawan dan hal yang terpenting yang diputuskan oleh Bapak Presiden, yang nanti juga akan disampaikan oleh bapak Gubernur bahwa istilah atau status mengenai tanggap darurat itu ditiadakan atau dicabut, tidak ada lagi," kata Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung kepada wartawan usai ratas.
Dengan pencabutan itu, lanjut Seskab, pemerintah berharap tidak menimbulkan multitafsir bagi negara-negara yang selama ini menganggap bahwa status tanggap darurat itu membuat mereka menjadi “ketakutan” sehingga mereka mengeluarkan travel ban.
Ditambahkan Seskab, sebagai bukti Bali aman dikunjungi, maka Wakil Presiden Jusuf Kalla dan keluarga pada 29 Desember 2017 sampai dengan 1 Januari 2018 akan berlibur di sana, menghabiskan waktu tahun baru di Pulau Dewata itu. "Ini menunjukan bahwa Bali betul-betul aman," ujar Pramono, seperti dikutip setkab.go.id.
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang mendampingi Seskab Pramono Anung mengemukakan, angka kedatangan wisatawan mancanegara di Bali yang biasanya rata-rata 15.000, dan sempat turun menjadi 2.000, hari ini sudah mencapai 12.300. "Jadi kira-kira sudah 80% dari kondisi normal. Jadi, saya mohon rekan-rekan media di sini menjaga suasana yang sudah kondusif ini bahwa Bali itu normal," tegas Menpar.
Menurut Menpar, Bali normal kecuali daerah yang 2-8 kilometer (dari Gunung Agung, red) sudah tidak perlu dibahas lagi. Karena Bali sudah normal, menurut Menpar, pemerintah akan melakukan promosi besar-besaran yang akan dijalankan selama satu triwulan ini. (dtc/mag)Di luar Radius 10 Kilometer Gunung Agung Dinyatakan Aman
Sabtu, 16/12/2017 14:02 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Bali masih berada dilevel IV atau Awas. Namun Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar menegaskan meski demikian Gunung Agung diluar radius 10 kilometer dinyatakan aman untuk dikunjungi. Masyarakat dinyatakan aman untuk beraktifitas secara nornmal.
"Badan Geologi menyampaikan yang terdampak hanya sekitar Gunung Agung saja dengan radius 8 hingga 10 km-an. Jadi kalau mau yang ke Denpasar, Danau Batur, Ubud, di luar radius 10 km, aman. Silahkan datang ke Bali. Adapun kalau terjadi erupsi sudah dilokalisir potensi bahayanya hanya terjadi di Gunung Agung saja. Kalau terjadi awan panas hanya di sekitar Gunung Agung, tidak sampai Denpasar dan kemana-mana," tutur Rudy, seperti dikutip esdm.go.id.
Diketahui beberapa pekan belakangan Gunung Agung mengalami erupsi, meski sempat reda, beberapa waktu lalau statusnya dinaikkan kembali akibatr peningkatan aktivitasnya ke Level IV (Awas) sejak tanggal 27 November 2017 pukul 06:00 WITA.
Pos-pos Pengamatan Gunungapi Agung milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM, terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak.
"Kami terus melakukan pengamatan setiap menitnya, melakukan analisis dari jam ke jam sampai hari ini, 24 jam setiap hari. Kita juga telah melakukan simulasi apabila terjadi awan panas, kemana sih awan panasnya itu? Hanya di sekitar Gunung Agung," tambah Rudy.
Menurut Rudy sejauh ini pPemantauan Gunung Agung dilakukan dengan peralatan yang sangat mumpuni, termasuk terlengkap di Indonesia, sebagaimana peralatan yang digunakan untuk memantau gunung api di seluruh dunia.
"Kita punya instrumen untuk memantau. Untuk visualnya ada CCTV, Digital dan Thermal Camera, alat seismik. Alat seismik untuk Gunung Agung terpasang 11 set, untuk Gunung Batur 4 set, karena ini bisa saling melengkapi. Untuk deformasi (perubahan bentuk) kita ada 5 set GPS dan 2 set tiltmeter. Kita punya 2 sensor temperatur untuk mengukur Gas ada DOAS Scanner dan MultiGAS. Kita juga menggunakan data-data satelit untuk mengukur deformasi, energi termal dan konsentrasi gas, untuk mengetahui setiap perubahannya, " paparnya.
Selain itu mereka juga menerbangkan Drone yang mampu mengambil foto, merekam video hingga mengukur gas magmatik. Untuk mendapat informasi rutin aktivitas Gunung Agung, kami juga punya aplikasi MAGMA Indonesia yang sudah bisa diakses dari seluruh dunia.
"Ini sangat lengkap. Alat-alat dan aplikasi yang digunakan sudah setara dengan pengamatan modern gunungapi di seluruh dunia, dengan ini upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Agung menjadi lebih optimal" tutur Rudy. (rm)Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Kian Tinggi Berpeluang Terjadi Letusan Besar
Kamis, 30/11/2017 14:01 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Aktivitas vulaknik Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem, Bali dinilai masih tetap tinggi pasca erupsi beberapa hari terakhir. Sejak 7 (tujuh) hari kemarin aktivitas vulkanik Gunung Agung tercatat terjadi peningkatan sejak statusnya ditingkatkan level IV atau awas.
Pantauan Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 27 November 2017 pukul 06:00 WITA erupsi yang terjadi pada Gunung Agung sudah memasuki fase magmatik yang ditandai dengan keluarnya lava dari dalam kawah.
Aktivitas-aktivitas vulkanik selama satu minggu telah menunjukkan aktivitas Gunung Agung meningkat. Selain itu aktivitas kegempaan tremor juga sudah sering terjadi. "Bahkan tadi malam itu gempa tremor di beberapa tempat di seismograf hingga over scale menunjukkan skalanya sudah besar," ujar Kepala PVMBG, Kasbani hari ini seperti dikutip esdm.go.id.
Menurutnya, erupsi Gunung Agung sudah memasukki fase magmatik, yang akan menimbulkan letusan yang lebih besar daripada yang freatik. "Erupsi magmatik ditandai keluarnya lava dari dalam kawah dan erupsi-erupsi juga sudah banyak melontarkan abu," tambah Kasbani.
Berdasarkan pengamatan visual Gunung Agung dari Pos PGA Agung di Rendang aktivitas menunjukkan penurunan sejak tanggal 20 Oktober 2017 dengan asap dari bibir kawah hingga setinggi 50-500 meter.
Sejak 20 Oktober 2017 kegempaan yang terekam oleh seismograf terus menurun jumlahnya, terutama jenis gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan gempa Tektonik Lokal (TL). Pola perubahan energi seismik untuk periode krisis Gunung Agung juga mengindikasikan penurunan dan mengalami percepatan yang semakin lambat dan cenderung mengarah ke fase relaksasi.
Hasil pemantauan menggunakan drone yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2017 menunjukkan aktivitas hembusan gas di dalam kawah relatif menurun intensitasnya dibanding hasil pemantauan pada 20 Oktober 2017.
Demikian juga dari hasil pemantauan termal dengan menggunakan citra satelit Sentinel-2, Intesitas anomali termal pada bulan Oktober 2017 cenderung menurun dibanding dengan bulan September 2017. Citra Satelit ASTER TIR juga mengindikasikan adanya penurunan luas area panas di dalam Kawah Gunung Agung.
Badan Geologi melalui PVMBG dan Pos Pengamatan Gunungapi Agung menyakatan terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan satuan pelaksana (satlak) Kecamatan dan BPBD Kabupaten Karangasem tentang penanggulangan bencana erupsi Agung.
Perkembangan terkini dan informasi lainnya tentang bencana geologi di Indonesia, dapat dipantau melalui aplikasi "MAGMA Indonesia" yang dapat diunduh di Google Play untuk ponsel berbasis Android. (rm)Perlu Terobosan Agar Erupsi Gunung Agung tak Pengaruhi Pariwisata
Rabu, 29/11/2017 08:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Anggota Komisi X DPR RI Reni Marlinawati menilai pemerintah perlu membuat terobosan agar erupsi Gunung Agung tidak memberikan imbas negatif pada pariwisata Indonesia, khususnya di Bali. Dia menilai, erupsi Gunung Agung bakal memberi dampak sangat besar pada sektor pariwisata.
Salah satu terobosan adalah dengan melakukan pengalihan wisatawan ke destinasi wisata lainnya. "Pemerintah dapat mengalihkan kunjungan wisman ke destinasi selain Bali. Pemerintah melalui kedutaan besar dan konsulat jenderal di berbagai negara, khususnya negara-negara yang paling banyak menyumbang jumlah wisatawan ke tanah air, agar menginformasikan alternatif destinasi di Indonesia selain Bali," ungkap Reni, seperti dikutip dpr.go.id, Selasa (28/11).
Aktivitas pariwisata Bali, saat ini, kata Reni, diakui cukup terganggu dengan terjadinya erupsi Gunung Agung. Pasalnya, erupsi tersebut membuat penerbangan baik domestik dan internasional ke Bali terpaksa ditutup. "Ini dipastikan akan menganggu pariwisata di tanah air. Bali sebagai destinasi paling favorit bagi turis mancanegara dan domestik jelas akan menganggu pendapatan negara dari sektor pariwisata," ujar Reni.
Sebagaimana diketahui, data Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, pada kurun Januari-Juli 2017 jumlah wisatawan yang masuk ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai Denpasar sebanyak 3,37 juta orang. Jumlah ini naik sebesar 24,46 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Capaian ini, dipastikan akan terganggu dengan erupsi Gunung Agung.
Sejumlah alternatif tujuan destinasi selain Bali yakni dengan keberadaan 10 "Bali Baru" yang dikembangkan oleh pemerintahan Jokowi yakni Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maluku Utara.
"Kita berharap dampak erupsi Gunung Agung dapat segera berakhir agar sektor pariwisata di Bali dapat pulih kembali. Apalagi, tidak lama lagi kita akan memasuki masa libur panjang natal dan tahun baru yang menjadi momentum banyaknya wisatawan mancanegara maupun domestik," jelas Reni. (mag)Gunung Agung Erupsi, Wisata tak Terganggu
Selasa, 28/11/2017 10:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Erupsi Gunung Agung yang masih terus terjadi, memang memberikan dampak pada rute penerbangan dari dan menuju Bali. Meski begitu, secara umum, aktivitas wisata di Bali tak terganggu. Para turis tampak masih ramai mengunjungi kawasan Kuta dan sekitarnya. Para turis terlihat ramai menikmati jalanan ramai di Legian.
Mereka berlalu lalang di trotoar jalan. Ada pula mereka yang berada di di kafe-kafe sepanjang jalan Legian, asyik nongkrong dan sebagian berjoget riang. Bahkan sepanjang jalan Legian dan Kuta terlihat macet. Ini menggambarkan seolah mereka tak terasa terganggu dengan kabar meletusnya Gunung Agung.
"Sejak sore sampai sekarang ya ramai gini di Legian. Sore tadi saat sunset juga ramai di pantai Kuta. Mereka tidak khawatir dengan adanya kabar Gunung Agung meletus," ujar Made Karma, salah satu guide di Pantai Kuta, Senin (27/11).
Made mengaku, jarak antara pantai Kuta dan Legian dengan Gunung Agung sekitar 40 kilometer. Meski erupsi, dirinya tak khawatir abu ataupun bahaya meletusnya Gunung Agung sampai di sekitar lokasi yang sering dikunjungi turis ini. "Kalau bahaya abu kan tergantung arah mata angin. Sementara kalau hujan batu atau bahaya lain kan jauh dari lokasi," tambah Made.
Pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan aktivitas Gunung Agung meningkat dari hari ke hari. Erupsi pertama terjadi pada 21 November 2017 dan aktivitasnya terus meningkat.
"Hari ini terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung, baik dilihat dari data instrumen maupun dari visual. Dari pengamatan visual sudah kelihatan letusan yang pertama pada 21 November yang diikuti dengan lontaran abu vulkanik. Kemudian beberapa kali erupsi atau letusan hingga ketinggian yang terakhir itu mencapai 3.400 meter dari puncak," kata Kepala PVMBG Kasbani dalam keterangan tertulis, Senin (27/11).
Selama 1 minggu ini, aktivitas Gunung Agung terpantau meningkat. Selain aktivitas vulkanik, aktivitas kegempaan tremor sering terjadi. (dtc/mag)Fahri Hamzah: Pemerintah Harus Serius Kaji Dampak Erupsi Gunung Agung
Selasa, 28/11/2017 09:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta pemerintah pusat untuk mengkaji seberapa lama dampak erupsi gunung agung di karangasem, Bali akan terus terjadi. "Pemerintah harus bisa bergerak cepat untuk mengantisipasi hal itu khususnya dalam melakukan evakuasi terhadap warga sekitar serta harus banyak belajar dari kasus erupsi Gunung Sinabung ada di Karo, Sumatra Utara," katanya, Senin (27/11), seperti dikutip dpr.go.id.
Menurutnya, pemerintah harus secara serius mengkaji apakah letusan gunung agung itu akan terjadi secara permanen seperti beberapa gunung yang ada di Indonesia, seperti halnya Gunung Sinabung yang ada di Karo, Sumatera Utara. Kalau itu terjadi maka evakuasi harus dilakukan secara permanen.
Lebih lanjut politikus PKS ini mengingatkan, pemerintah harus segera mengambil sikap tegas untuk kebaikan dan keselamatan masyarakat yang terdampak erupsi gunung agung. "Sehingga, masyarakat dapat kembali kepada kehidupan yang normal. Karena saya liat belum ada kejelasan kapan Gunung Agung akan berhenti erupsi," tandas Fahri.
Sementara itu, penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai diperpanjang hingga 24 jam ke depan. Perpanjangan ini dilakukan karena sebagian sebaran abu vulkanik Gunung Agung masih ke selatan.
"Hasil rapat evaluasi erupsi Gunung Agung oleh komunitas Bandara I Gusti Ngurah Rai, Notice to Airmen penutupan bandara dilanjutkan hingga 24 jam ke depan," kata Kepala Humas Bandara Ngurah Rai Arie Ahsannurohim, Selasa (28/11).
Pertimbangan Angkasa Pura I dan berbagai pihak yakni ketinggian abu vulkanik yang mencapai 3.000 Mdpl. Ditambah laporan BMKG dan Volcanic Ash Advisory Darwin, bahwa semburan abu telah mencapai 30.000 kaki dan bergerak ke arah selatan-barat data. "Dengan kecepatan sebaran abu 5-10 knots, dan masih mengarah ke Bandara Ngurah Rai," ujar Arie.
Pihak bandara lalu melakukan paper test untuk mengetahui ada tidaknya abu yang jatuh di apron. Hasilnya untuk sementara nihil adanya abu vulkanik yang jatuh di area bandara.
"Namun dengan pertimbangan air space atau ruang udara bandara masih tertutup oleh sebaran vulcanic ash sesuai dengan ploting VA Advisory, maka Notam Closed Bandara akan dilanjutkan hingga 24 jam ke depan," ucap Arie. (dtc/mag)Gunung Agung Erupsi, Bandara Ngurah Rai Ditutup
Senin, 27/11/2017 10:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Erupsi Gunung Agung yang meningkat intensitasnya membuat lalulintas penerbangan dari dan menuju Bali terdampak. Pihak Angkasa Pura akhirnya memutuskan untuk menutup Bandara I Gusti Ngurah Rai mulai pukul 07.00 WITa.
"Tentu ini berdampak kepada rencana penerbangan yang sudah ada. Untuk sementara terdapat 402 penerbangan datang dan berangkat yang akan terdampak," ujar ujar Corporate Secretary AP I Israwadi, Senin (27/11).
Dari 402 penerbangan tersebut ada penerbangan kedatangan dan keberangkatan dari dan menuju Bali yang dibatalkan. Ada juga yang sedang terbang terbang menuju Bali dialihkan ke bandara terdekat.
"Ada yang cancel untuk penerbangan yang belum berangkat (dari bandara Ngurah Rai dan bandara asal), serta untuk penerbangan yang sudah berjalan akan dialihkan ke bandara sekitarnya misal ke Juanda dan Soetta," kata Israwadi.
Penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai akan dilakukan hingga Selasa (28/11) pukul 07.00 Wita. Penutupan ini sesuai Notam A4242/17. "Sesuai Notam A4242/17 Bandara Ngurah Rai dinyatakan closed dari jam 07.15 WITA tanggal 27 November sampai dengan tanggal 28 November pukul 07.00 WITA," imbuhnya.
Penutupa Bandara I Gusti Ngurah Rai ini membuat lebih dari 5.000 penumpang ´terjebak´ di Pulau Bali. Berdasarkan data dampak penerbangan terhadap aktivitas Gunung Agung dari Angkasa Pura I, Senin (27/11/2017), ada 3 maskapai penerbangan domestik yang terdampak. 3 Maskapai itu adalah Garuda Indonesia, AirAsia dan Lion Air.
Tiga Maskapai penerbangan itu terdiri dari 15 kedatangan dan 13 keberangkatan. Total jumlah penumpang dari belasan jadwal itu adalah 1.032 orang untuk kedatangan dan 1.491 orang untuk keberangkatan.
Sementara di penerbangan internasional dilaporkan ada 8 maskapai yang terdampak. Maskapai itu adalah Cathay Pacific, Cathay Dragon, Virgin Air, AirAsia, Lion Air, KLM, JetStar dan Phillipine Airline.
8 Maskapai itu terdiri dari 22 kedatangan dan 26 keberangkatan. Jumlah penumpang kedatangan diperkirakan lebih dari seribu orang, namun tidak ada data keseluruhan hingga berita ini ditayangkan. "Sementara untuk keberangkatan internasional, jumlah penumpangnya 3.698 orang," kata Kepala Humas Bandara Ngurah Rai Arie Ahsannurohim.
Total penerbangan yang dibatalkan untuk domestik adalah 28 jadwal dan internasional sebanyak 48 jadwal. Penutupan Bandara Ngurah Rai selama 24 jam ke depan akan dievaluasi setiap 6 jam. (dtc/mag)Gunung Agung Erupsi, Warga Bali di Radius 10 Km Diminta Mengungsi
Senin, 27/11/2017 07:45 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Menyusul terjadinya erupsi gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat yang ada sekitar radius 8 hingg 10 kilometer untuk mengungsi.
Hal itu berkaitan dengan status Gunung Agung, yang telah dinaikkan levelnya dari status siaga ke level awas. "Status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4) terhitung mulai 27/11/2017 pukul 06:00 WITA. PVMBG merekomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat di dalam radius 8-10 km," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun twitternya, Senin (27/11).
Namun Sutopo meminta agar masyarakat untuk tetap tertib dan tenang. "Masyarakat diimbau mengungsi dengan tertib dan tenang," ujarnya.
Sutopo menjelasnya peningkatan status Gunung Agung dari Siaga menjadi Awas dilakukan sejak pukul 06.00 Wita, pagi ini. "Status awas adalah status tertinggi dalam status gunung api," kata Sutopo dalam rilisnya.
Sutopo sebelumnya juga menghimbau Warga, pendaki serta wisatawan diminta menjauhi kawasan kawah Gunung Agung. Sutopo menerangkan titik aman berada pada radius di atas 10 kilometer dari kawah gunung.
"Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya," jelas Sutopo.
Bagi warga setempat yang tinggal di radius 8 dan 10 KM dari kawah Gunung Agung,juga dihimbau untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Menurutnya sejauh ini sebagian masyarakat telah melakukan evakuasi mandiri sejak 25 November malam menyusul erupsi Gunung Agung yang saat ini masih terjadi. (dtc/rm)Gunung Agung Meletus Awan Mengarah ke Timur Tenggara
Minggu, 26/11/2017 14:23 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali terus mengalami erupsi hingga Minggu (26/11) siang. Awal sangat tebal terlihat terus membumbung sejak pukul 06.00 hingga pukul 12.00 WITa hingga ketinggian 2.500 meter dari permukaan kawah.
Akibat erupsi tersebut cuaca disekitar lokasi gunung terlihat berawan yang memmbumbung membentuk pilar asap. Suara gemuruh terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Agung yang berjarak 12 Km dari kawah.
Laporan dari Pos Pengamatan Gunung Agung PVMBG, Rendang, Karangasem, Bali, Minggu (26/11/2017) pukul 12.00 WITa, suara gemuruh letusan masih terdengar dari arah gunung setinggi 3.142 Mdpl itu. Belum diketahui apakah suara ini berasal dari aktivitas erupsi atau petir. Suara gemuruh itu terdengar berulang-ulang.
PVMBG melaporkan berdasar pengamatan Gunung Agung periode pukul 06.00-12.00 WITa, asap kawah bertekanan sedang masih teramati berwarna kelabu. Intensitas asap sangat tebal dengan ketinggian 2.500 meter dari permukaan kawah.
Angin dilaporkan bertiup lemah ke arah timur-tenggara dengan membawa asap dan abu vulkanik menuju Selat Lombok dan Lombok bagian barat. Status gunungapi ini sendiri masih siaga dan sedang dievaluasi oleh PVMBG.
"Statusnya sekarang sedang kita evaluasi," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG, " ujar I Gede Suantika.
Atas kondsi Gunung Agung itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mengingatkan warga agar tetap menggunakan masker saat berada di luar rumah.
"Mari bersama membangun kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker kalau keluar rumah. Terutama di wilayah yang terdampak abu vulkanik karena berbahaya bagi kesehatan," ujar Kepala BPBD Bali, Dewa Made Indra.
BNPB memperkirakan, hujan abu dialami oleh 3 desa yakni Besakih, Pempatan dan Rendang saat terjadi letusan pada Sabtu (25/11) sore. Kini, hujan abu dilaporkan terjadi di Amlapura, Amed dan Padangbai karena angin meniup asap vulkanik ke arah timur-tenggara.
"Masker dengan mudah diperoleh di mana-mana, yang terpenting adalah kesadaran akan pentingnya masker bagi kesehatan terutama sistem pernapasan kita," ujar Indra.
Menurut Indra, petugas juga sedang membagikan masker di beberapa titik di Karangasem, Klungkung, Gianyar dan Bangli. Jumlahnya diperkirakan lebih dari seribuan masker yang akan dibagikan petugas. (dtc/rm)Status Gunung Agung Turun, Pengungsi Kembali ke Rumah
Senin, 30/10/2017 07:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Status Gunung Agung, Bali, sudah diturunkan dari Awas menjadi Siaga. Dengan penurunan status ini, pengungsi bisa kembali ke rumah masing-masing. "Sesuai laporan Ka PVMBG, melaporkan bahwa per 16.00 WITA status Gunung Agung akan diturunkan dari status AWAS menjadi SIAGA," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan kepada wartawan, Minggu (29/10).
Warga yang saat ini mengungsi dipersilakan kembali ke rumah masing-masing. Namun zona bahaya 6-7 Km masih berlaku. "Pengungsi dapat kembali ke kediaman masing-masing dengan tetap menetapkan zona bahaya radius sekitar 6-7 Km ke berbagai penjuru," imbuh Jonan.
Aktivitas Gunung Agung memang kian menurun dalam kurun waktu sepekan terakhir. Kini status Gunung Agung benar-benar sudah diturunkan. Data 24 jam terakhir dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan terjadi penurunan drastis aktivitas Gunung Agung.
Data laporan PVMBG, aktivitas Gunung Agung sejak Minggu (22/10) pukul 12 Wita hingga pukul 12.00 Wita hari ini, tercatat ada 161 kegempaan terjadi. Satu di antaranya ialah tremor dengan durasi 143 detik.
Sementara, 160 gempa lainnya terdiri dari 52 gempa vulkanik dangkal, 105 gempa vulkanik dalam, dan 3 kali gempa tektonik lokal. Jumlah ini bertolak belakang dengan jumlah kegempaan pekan-pekan sebelumnya yang berada di angka antara 500-1.000 kali per 24 jam.
"Sejak kemarin, jumlah gempa mengalami penurunan yang cukup dramatis. Namun itu tidak bisa mendukung untuk bisa menurunkan status Gunung Agung. Semua harus berdasarkan alat perekam yang berhubungan dengan gunung," kata Kepala PVMBG Kasbani saat dihubungi, Senin (23/10).
Sementara itu data visual menunjukkan tekanan asap sulfatara dari kawah Gunung Agung tampak lemah. Namun intensitas asap putih itu cukup tebal dengan ketinggian mencapai 500 meter dari permukaan kawah.
"Jadi, dengan melihat kondisi saat ini, masih relatif tinggi dibandingkan dengan level waspada, dan ini baru sesaat. Artinya, sampai saat ini belum tepat untuk menurunkan status Gunung Agung ke level siaga. Aktivitas Gunung Agung ini masih dalam status awas," ujar Kasbani.
Terkait sudah bisa dipulangkannya para pengungsi, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers, Minggu (29/10), menyatakan, pihaknya juga menyediakan kendaraan bagi para pengungsi yang ingin pulang ke rumahnya. BNPB juga berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten/Kota di Bali untuk pemulangan pengungsi.
Jumlah penduduk yang berasal dari desa/dusun yang masih harus mengungsi masih dilakukan pendataan oleh BPBD. "BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, NGO dan masyarakat telah menyediakan kendaraan yang ditempatkan di pos pengungsian untuk mengangkut pengungsi pulang. Sebagian pengungsi pulang menggunakan kendaraan sendiri atau dibantu pihak lain," ujar Sutopo.
Meski status Gunung Agung menjadi Siaga, menurut Sutopo status keadaan darurat penanganan pengungsi Gunung Agung yang ditetapkan Gubernur Bali tetap berlaku,hingga 9 November 2017. Masyarakat di sekitar Gunung Agung dihimbau tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaannya. "Jangan terpancing pada berita-berita yang menyesatkan," kata Sutopo. (dtc/mag)Fapet UGM Bekali Pengungsi Gunung Agung Keahlian Darurat Bencana
Kamis, 19/10/2017 14:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengoptimalkan perpanjangan status darurat Gunung Agung dengan memberikan pembekalan kepada para peternak. Keahlian yang diberikan mencakup 3 fungsi dalam menghadapi kondisi darurat bencana.
"Kami mengoptimalkan waktu perpanjangan status darurat Gunung Agung, dengan pembekalan 3 in 1 bagi peternak untuk menghadapi kondisi darurat bencana seperti saat ini," ujar Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Ali Agus dalam keterangan tertulisnya yang diterima gresnews.com, Kamis (19/10).
Fapet UGM sendiri memberikan pelatihan tersebut dalam rangka merespons surat pernyataan Gubernur Bali bernomor 99808/361/SET/BPBD. Dalam surat itu dinyatakan perpanjangan keadaan darurat penanganan pengungsi akibat bencana Gunung Agung dilakukan hingga 26 Oktober 2017.
Ali mengatakan, untuk membantu pemerintah dalam rangka penyelamatan ternak di Gunung Agung, perlu dilakukan penyesuaian terhadap aktivitas rescue ternak. "Aktivitas dapat dikembangkan dalam aksi yang berfungsi sebagai investasi jangka panjang, agar nafas rescue bertahan lebih lama," kata ahli teknologi pakan Fapet UGM itu.
Ia mengatakan, aktivitas edukasi dalam pengolahan pakan ini adalah 3 in 1 activity, dimana satu aktivitas memiliki 3 fungsi. Ketiganya adalah pertolongan (rescue) ternak, stocking pakan, dan pengurangan resiko bencana.
Edukasi dari aktivitas 3 in 1 itu mencakup, pelatihan membuat pakan komplit bagi peternak yang di pengungsian. Diantaranya: skill bidang olah pakan ternak, edukasi pengurangan risiko bencana, dan obat jenuh dan stress di pengungsian, terang Prof Ali yang juga ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI). Sementara itu, untuk keperluan posko, jelas Ali, pihaknya juga mengirim logistik berupa probiotik untuk mengolah pakan fermentasi dan juga premik mineral serta suplemen anti stress.
Senada dengan itu, Wakil Dekan Fapet UGM Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama Bambang Suwignyo, Ph.D menjelaskan, bentuk penyesuaian aktivitas di Posko adalah adanya aktivitas edukasi. Relawan posko yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, kata dia, tetap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan satgas ternak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam hal evakuasi ternak di posko-posko yang disediakan.
"Selain itu juga berkolaborasi dengan Universitas Udayana untuk mempersiapkan stok pakan agar dapat disimpan dalam waktu lama, yaitu membuat pakan fermentasi dan pakan komplit," papar Bambang yang juga Kordinator Posko Bersama Penyelamatan Ternak Gunung Agung itu dari Karang Asem, Bali.
Menurut dia, pembuatan pakan ternak komplit (complete feed) atau yang juga dikenal sebagai burger pakan ternak, berbasis jerami padi untuk ternak-ternak terdampak aktivitas Gunung Agung."Pemilihan complete feed karena jenis teknologi pakan ini lebih praktis, sudah diuji palatabilitasnya, kandungan nutrisinya baik, serta biayanya terjangkau. Sedangkan pakan fermentasi dapat mengurangi potensi kerusakan pakan akibat penyimpanan yang lama," terang Bambang lagi.
Bambang menerangkan, dalam kegiatan ini relawan UGM, Ray dan Anas berkolaborasi baik dengan dosen maupun mahasiswa Universitas Udayana, dan peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Ia menjelaskan, pakan difermentasikan di dalam kantong plastik agar mudah di mobilisasi untuk persediaan pakan ternak pada daerah-daerah terdampak darurat.
Pusat produksi dilaksanakan di Posko bersama di Desa Ngis Kecamatan Karangasem. Sementara cara dan teknologi tersebut dipilih dan dilakukan berkat dari pengalaman yang pernah didapat ketika erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Namun, pada masa mendatang fermentasi akan dilakukan di lokasi kandang ternak dengan melibatkan peternak.
Diungkapkan Bambang, dengan melibatkan peternak dalam pembuatan burger pakan diharapkan dapat menjadi wahana berbagi pengetahuan kepada peternak sehingga ke depan bisa dibuat sendiri. Dengan demikian, peternak dapat dicegah masuk daerah bahaya untuk mencari pakan.
"Selain itu, dengan mengikuti kegiatan diharapkan mampu memecah kejenuhan peternak dalam pengungsian. Intinya, tujuan program ini adalah untuk membantu meringankan beban peternak dan pemerintah dalam pemeliharaan ternak di barak-barak pengungsian ternak," papar Bambang.
Data posko ternak mencatat, saat ini ada sekitar 6.000 ekor sapi yang ditampung di barak-barak pengungsian ternak. Kebutuhan pakan diperkirakan sebanyak 20 kg pakan/ekor, sehingga total pakan mencapai 120 ton/hari.
"Oleh karena dalam teknologi pakan komplit telah dicampur berbagai bahan pakan (hijauan dan konsentrat), maka pemberian pakan 8-10 kg/ekor/hari pakan komplit (pada sapi Bali) sudah cukup memadai untuk mempertahakan hidup pokok ternak, dan dapat disimpan dalam waktu lama sekitar 1 bulan atau lebih," tutup Bambang. (mag)UGM Suplai Logistik Pakan Ternak Korban Bencana Gunung Agung
Selasa, 10/10/2017 09:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM – Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Tim Posko Bersama mengirimkan suplai logistik pakan bagi hewan para korban bencana alam Gunung Agung, Karangasem, Bali. "Fapet UGM dan Tim Posko Bersama telah mensuplai logistik pakan bagi hewan para korban bencana alam Gunung Agung, di Bali," ujar Kordinator Posko Bersama, Bambang Suwignyo, Ph.D, dalam keterangan tertulis yang diterima gresnews.com, Senin (9/10).
Bambang menjelaskan, berdasarkan informasi dari Satuan Tugas (Satgas) Peternakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga saat ini ada sekitar 4.678 ternak terevakuasi dari zone merah atau dibawah jarak 12 km dari target 20 ribu posko yang terdistribusi dalam 40 posko. Ternak, kata dia, di dominasi oleh sapi dengan jumlah sebanyak 4.053 ekor.
"Oleh karena itu, lanjutnya, pakan juga diperlukan agar para pemilik sapi tidak perlu kembali masuk ke zone merah untuk mencari pakan bagi ternaknya," terang Bambang.
Bambang menjelaskan, jika para peternak kembali ke zone merah, maka akan sangat berisiko dan membahayakan keselamatan peternak. Itu sebab, upaya menjauhkan orang dan ternak dari bahaya erupsi Gunung Agung bisa sia-sia jika setelah evakuasi dan berada di pengungsian pada zone aman, namun masih ada peternak yang masuk zone merah karena alasan mencari pakan ternaknya.
"Kita semua tidak ada yang tahu, sampai kapan aktivitas rescue akan berlangsung, karena sangat tergantung pada status Gunung Agung. Karena itu, Posko Bersama siap membantu menyalurkan bantuan para dermawan untuk kemanusiaan di Bali," jelas Bambang yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fapet UGM itu.
Lebih jauh Bambang menuturkan, Posko Bersama Fapet UGM merupakan bentukan dan hasil kerjasama dengan ISPI, Gapuspindo, AINI, Persepsi, dan FPPTI. Tim Posko Bersama, ucap dia, telah bekerja sama hampir 10 hari dan bahu-membahu dengan berbagai elemen rescue Gunung Agung, seperti Satgas Ternak BNPB, dan yang lainnya.
"Kami juga bersinergi bersama perguruan tinggi setempat, seperti Universitas Udayana untuk bekerja bagi atas nama kepedulian dan kemanusiaan. Fokus kami ada pada penanganan ternak terdampak aktivitas Gunung Agung yang berstatus Awas," papar Bambang.
Ia menambahkan, Fapet UGM, Gapuspindo, ISPI dan PT Widodo Makmur melalui Posko Bersama telah melakukan dropping pakan berupa konsentrat, sejumlah 21 ton. Sedangkan Universitas Udayana, Bali melakukan dropping jerami padi pada Sabtu-Minggu (7-8 Oktober 2017).
Serah terima dari relawan Posko Bersama diwakili Humaidi dan Surah, serta diterima oleh IKG Natakusuma sebagai Satgas Ternak BNPB. "Pak Nata sangat sumringah dan menyampaikan apresiasi terimakasih atas support pakan dan kerjasama Posko Bersama selama ini. Untuk selanjutnya pakan tersebut akan didistribusikan oleh BNPB sesuai keperluan, karena mereka menerapkan satu pintu masuk dan keluar atas setiap bantuan," tandas Bambang. (mag)