TABLOIDWI - Apa yang disebut dengan identitas gender? Identitas gender merupakan  keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang, yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki atau perempuan.  

Meissner (2005) mendefinisikan gender sebagai pengalaman internal individu tentang gender, ini pun menjadi bagian dari identitas diri seseorang. Menurutnya, gender terbagi menjadi dua yaitu core gender identity dan gender role identity.

Core gender identity adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan yang terbentuk pada usia 2 tahun  dan didasarkan pada aspek biologis yang membedakan definisi diri akan kelaki-lakian dan kewanitaan.

"Anak sudah mulai memahami bahwa ia berbeda dengan lawan jenisnya dari perbedaan bentuk jenis kelamin yang ia miliki. Di usia 2 tahun, identitas jenis kelamin mulai dipahami olehnya," ujar psikolog Devi Ayutya Wardhani.

Gender role identity adalah perasaan individu akan gendernya sebagai maskulin atau feminin dan dipengaruhi oleh faktor biologis, sosiologis, dan psikologis.

"Konsep ini lebih kompleks karena terdapat proses internalisasi pemaknaan maskulinitas dan feminitas ke dalam diri anak dan harus melalui proses identifikasi serta dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat, dan budaya," tambah Devi.

Sejak Dini
Salah satu dasar dari terbentuknya konsep diri pada anak ialah ditampilkannya perilaku yang sesuai harapan lingkungan sosialnya. Hal itu akan sangat bermanfaat jika dilakukan sejak dini karena pada usia-usia dini itulah anak akan cepat menangkap apa yang dilihatnya.

"Anak-anak nantinya memahami peran-peran yang akan mereka lakukan kelak sesuai dengan identitas gendernya. Maka proses identifikasi akan berjalan lebih lancar," ujar Devi.

Sebenarnya keluarga yang sehat secara alamiah akan berdampak positif karena telah memperkenalkan identitas gender dengan baik kepada anak-anaknya. Walaupun tanpa disadari dan tidak disengaja, anak telah menyerap dan  melakukan proses identifikasi dari peran-peran gender yang dilakukan oleh orangtuanya setiap hari di dalam kehidupannya.

Sedangkan dampak negatif jika anak tidak memperoleh figur yang baik di dalam lingkungan sosialnya terkait dengan identitas gender yang ia miliki, akan cenderung mengalami gangguan identitas gender.  Hal ini sangat berpengaruh karena faktor lingkungan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan identitas gender pada diri anak.

"Anak mempelajari peranan gender (maskulin atau feminin) melalui komunikasi, interaksi, dan observasi. Jadi, anak akan melakukan identifikasi terhadap peran-peran maskulin dan feminin yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya," lanjut Devi.

BACA JUGA: