Jakarta - Anggota DPR Eva Kusuma Sundari menyatakan problem gender di Indonesia mayoritas masih terjadi di daerah. Contohnya di Sidoarjo, dimana Pemkab Sidoarjo cenderung menghambat kesetaraan gender karena hambatan budaya dan sistem kepercayaan.

"Padahal ekonomi di sana tinggi, namun angka kematian ibu dan bayinya justru paling tinggi," kata Eva di Jakarta, Selasa (20/12).
 
Hambatan lainnya dalam penerapan kesetaraan gender di daerah juga ditunjang oleh peraturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Dia mencontohkan bagaimana Pemkot Tangerang melarang perempuan untuk keluar di atas pukul 22.00 WIB. "Peraturan itu membuat para perempuan yang bekerja di pabrik kesulitan mengatur waktu," tandas Eva.
 
Belum lagi masalah pendidikan dan kesehatan yang masih mahal. Selama kedua aspek itu tak bisa diakses dengan mudah, kesetaraan gender di Indonesia bakal sulit diwujudkan. "Bagaimana mau memberikan akses pendidikan yang mudah pada perempuan jika biaya pendidikan saat ini menjadi terbesar kedua setelah kebutuhan pokok," ucap politisi PDI Perjuangan itu.
 
Eva berharap Bank Dunia memberi solusi untuk kemudahan pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Menurutnya, akses pendidikan dan kesehatan sangat potensial membawa perempuan, terutama ibu, untuk bisa berperan aktif di masyarakat. "Bank Dunia jangan selalu fokus pada pertumbuhan ekonomi di perkotaan. Problem kesetaraan justru terjadi di daerah," ujar Eva.

BACA JUGA: