JAKARTA, GRESNEWS.COM - Lagi-lagi dunia penerbangan nasional mendapat kejutan tak mengenakkan. Seorang pemuda tanggung, Mario Steven Ambarita (21), Selasa (7/4), berhasil menyusup masuk ke bilik penyimpanan roda pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 177 dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Riau menuju ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Aksi nekat Mario ketahuan ketika juru parkir pesawat menemukan sang pemuda tengah meringkuk setengah sadar di bilik tersebut dengan kondisi tubuh biru lebam dan telingan berdarah. Beruntung nyawa Mario masih bisa diselamatkan setelah dia dirawat di ruang hiperbarik (ruang bertekanan) untuk menanggulangi kekurangan oksigen yang diderita tubuhnya selama penerbangan sepanjang 1 jam 10 menit itu.

Ketika aksi Mario menjadi perbincangan ramai, kita pun harus ikut mempertanyakan pula--sekali lagi-- soal sistem keamanan penerbangan nasional kita. Bukan apa-apa, aksi Mario ini bukan hanya sekadar aksi nekat melainkan juga aksi yang bisa membahayakan keselamatan penerbangan secara umum.

Terlebih, belakangan diketahui kalau Mario memang merencanakan penyusupan itu. Iya Mario kebetulan hanya seorang pemuda iseng. Kalau teroris? Alamat celaka bakal menimpa ratusan penumpang di dalam pesawat berserta awaknya. Mario diketahui sudah melakukan riset selama setahun lebih, bahkan pernah mencoba ke pesawat lain, namun terhempas oleh mesin jet.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo menjelaskan, Mario sudah punya keinginan menyusup ke dalam pesawat sejak lama. Pada 19 Maret lalu, dia pernah mencoba masuk ke landasan Bandara Kualanamu, Medan, Sumut.

"Karena pengamanannya sangat ketat di bandara itu, jadi nggak bisa masuk ke landasan. Dan akhirnya kemudian dipilihlah bandara di Pekanbaru," kata Prasetyo saat jumpa pers di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Rabu (8/4).

Mario mengaku sudah mempelajari pesawat-pesawat yang menuju Jakarta, mulai dari Batik Air, Citilink dan Garuda. Pilihan utama dia memang Garuda. Tak hanya pesawat, dia juga mendeteksi nomor penerbangan dan waktu terbang mereka. "Lalu ia masuk ke Bandara itu dengan cara melompat pagar yang dekat dengan Kargo Bandara Pekanbaru," terangnya.

Sebelum menaiki pesawat GA 177, Mario sebenarnya sudah mencoba mengejar pesawat yang berbelok di runway. Namun rupanya dia terpental karena hempasan mesin jet sampai terjatuh. "Akhirnya dia mencoba lagi dan kemudian berhasil masuk ke roda pesawat dan sampailah ia ke Jakarta," terangnya.

Motif Mario sendiri menurut sang ibu, Tiar Sitanggang, hanya sekadar iseng lantaran ingin mencari kerja. "Kami terkejut melihat anak kami di TV dibawa petugas. Kami semua di rumah ini menjerit, rasa-rasa tak percaya anak saya senekat itu," kata Tiar.

Dia menjelaskan, bahwa anak pertama dari lima bersaudara itu ingin bekerja. "Anak saya tamat STM tiga tahun lalu. Dia ingin bekerja agar bisa membantu orangtuanya," kata Tiar.

Tiar menyebutkan, anaknya itu meninggalkan rumahnya pada 31 Maret 2015. Ketika itu, Mario beralasan ingin bertemu dengan temannya di Pekanbaru. "Dia hanya bilang, mau cari kerjaan di Pekanbaru. Dia menemui kawannya di sana. Tujuannya hanya ingin mencari kerja," kata Tiar.

Apapun motifnya aksi itu jelas membahayakan baik bagi diri sendiri dan keamanan penerbangan. Mario sendiri bisa terancam tewas karena tekanan udara di ketinggian jelajah penerbangan antara 25.000 sampai 34.000 kaki sangat rendah dan minim oksigen. Belum lagi suhu udara yang bisa mencapai minus puluhan derajat celcius.

"Bahaya menyusup ini sangat bahaya. Karena diketinggian 34 ribu kaki itu suhunya sudah minus dan oksigen tipis dan suhu 0 derajat celcius," kata Suprasetyo.

 

Dalam kondisi tertentu, sebetulnya Mario bisa saja pingsan, bahkan hingga meninggal dunia. Seperti halnya yang terjadi pria bernama Pardeep Saini (23) dan adiknya Vijay ditemukan meringkuk di bagian roda pesawat British Airways Boeing 747 penerbangan New Delhi-London pada tahun 1996.

Saat ditemukan, dia berada dalam kondisi berlumuran darah. Vijay tewas, sementara sang kakak bisa selamat. Mereka kena hipotermia.

Untuk peristiwa yang terjadi pada Mario, Prasetyo menilai ini di luar kebiasaan. Lazimnya, seseorang yang berada di ketinggian dan suhu yang dingin, akan hilang kesadaran. Namun tidak untuk Mario. "Ini orang hebat juga. Kemudian sampai di Cengkareng bisa jalan tak pingsan itu hebat. Kebetulan orang ini masuk dan bisa langsung menyelip dan tidak mengganggu roda yang masuk," terangnya.

Bahaya juga mengintai penerbangan dan para penumpang. Bila roda itu tersangkut dan tak bisa masuk, maka ada kemungkinan penerbangan itu terganggu. "Kali ini mudah-mudahan ujian yang terakhir. Dan ini mudah-mudahan kasus yang terakhir. Tidak ada lagi," harapnya.

Akibat aksinya, Mario melanggar dua pasal yakni 344 junto 435 dan pasal 412 dengan masuk daerah batas keamanan tanpa izin dan menurut UU Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan yaitu hukuman 1 tahun atau denda 500 juta. Kemudian pasal yang kedua, masuk bandara tanpa izin denda 100 juta rupiah.

Kemenhub merekomendasikan kepada PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara harus memenuhi audit Kemenhub tahun 2012 dan 2014. Mereka meminta agar segera dibangun pagar berkualitas internasional, dengan kawat berduri dan CCTV.

"Lalu harus dilakukan patroli di sekitar bandara. Kemudian harus ada peningkatan keamanan di sekitar terminal," tegasnya.

Terkait kasus Mario ini, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan memastikan akan ada rotasi di jajaran manajemen Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau. Hal itu terkait penyusupan penumpang gelap melalui bagian roda pesawat Garuda Indonesia tujuan Jakarta.

Terkait dengan rencana rotasi itu, Kepala Dinas Pengamanan Bandara SSK II Pekanbaru, Muhamad Ihwan menyatakan siap dirotasi. Dia menilai, jika akhirnya dirotasi, hal itu sebagai bentuk tanggung jawab.

"Ya kita ini, kan, setiap ada pekerjaankan punya tanggung jawab. Kalau memang begitu (rotasi), kita siap untuk ditugaskan kemana saja," kata Ihwan (8/4).

Ketika ditanyakan, bagaimana sebenarnya pengamanan di Bandara SSK II sampai kecolongan, Ihwan enggan berkomentar. Dia menyatakan, ada imbauan dari General Manager (GM) PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Slamet Samiadji untuk tidak memberikan komentar.

"Begini, tadi saya sudah diminta GM untuk tidak memberikan komentar apa pun. Jadi saya mohon maaf, tidak menjawab pertanyaan itu," katanya.

Dalam pernyataannya hari ini, Dirjen Perhubungan Udara Suprasetyo menyatakan, sanksi akan diberikan direksi PT Angkasa Pura II terhadap jajaran manajemen Bandara SSK II yang diduga lalai. "Dirut AP II sudah akan melakukan itu," kata Suprasetyo saat jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat.

 

Sementara itu, meski mengakui kecolongan soal penyusupan Mario (21) di pesawat Garuda Indonesia, pihak Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II menyatakan pengamanan sudah sesuai Standard Operasional Prosedur (SOP). Tak perlu ada pemeriksaan terhadap petugas pengamanan.

"Pengamanan kami sudah sesuai dengan SOP. Jadi tidak ada petugas keamanan kita yang harus diperiksa," kata General Manager (GM) PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Slamet Samiadji kepada wartawan, Rabu (8/4).

Slamet menyebutkan, kasus penyusupan tersebut membuat mereka lebih waspada. Mereka juga akan meningkatkan pengamanan di bandara. "Nanti akan kita tingkatkan pengamanannya. Siapa pun yang masuk kawasan bandara, harus dilakukan pemeriksaan," kata Slamet di bandara.

Kendati mengaku akan semakin bersiaga, Slamet mengaku belum tahu lokasi awal Mario hingga bisa masuk ke runway dan menyusup ke pesawat tersebut. "Kalau lokasinya, kita belum tahu," katanya.

Ketika disebutkan bahwa Mario menyusup lewat kawasan kargo, Slamet menyatakan belum memastikan. "Belum, belum sampai ke sana. Kan nanti akan ada penyelidikan lebih lanjut. Kan orangnya (Mario) masih diperiksa di Jakarta," kata Slamet.

Hanya saja, tindakan seperti ini rasanya belum cukup. Kemenhub sepertinya harus bertindak cepat melakukan audit atas pengelolaan bandara yang dilakukan oleh Angkasa Pura. Kasus-kasus seperti ini seharusnya tidak terjadi mengingat kita baru saja mengalami tragedi kecelakaan pesawat yang memilukan yaitu jatuhnya pesawat Airasia dengan nomor penerbangan QZ8501.

Dalam kasus ini, selain faktor cuaca, ditengarai juga ada faktor kelalaian baik dari pihak Kemenhub, Angkasa Pura maupun pihak maskapai. Pesawat itu ditengarai terbang pada hari Minggu 28 Desember 2014 tanpa ada izin terbang dari Kemenhub. Anehnya pesawat tetap dilayani untuk melaksanakan penerbangan.

Meski bukan penyebab langsung jatuhnya pesawat namun, pengelolaan keamanan bandara dan penerbangan Indonesia dalam kasus ini dipertanyakan. Bagaimana mungkin ada pesawat apalagi pesawat komersil bisa terbang tanpa izin? Apalagi kemudian terjadi tragedi yang merenggut nyawa 155 penumpang dan 7 orang awak.

Bukan tak mungkin jika keamanan bandara tidak diaudit, kasus serupa Mario akan terjadi dan boleh jadi akan membawa petaka yang lebih besar. Terlebih kasus penyusupan ke dalam pesawat seperti ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia.

Kasus pertama terjadi pada 18 Februari 1981. Saat itu seorang yang diduga tak waras bernama Tarsono menyelundup ke dalam ruang roda pesawat Mandala rute penerbangan Semarang-Jakarta. Tubuhnya ditemukan di ruang roda pesawat Mandala oleh petugas apron.

Tarsono ditemukan dalam kondisi menderita luka-luka dengan kaki nyaris busuk, tubuhnya hitam legam dan berlumur oli serta darah mengental di pakaiannya. Saat itu Tarsono langsung dibawa ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.

Kejadian kedua adalah pada 23 September 1997 ketika dua orang bernama Manto Manurung dan Siswandi Nurdin Simatupang nekat menyusup ke ruang roda pesawat Garuda Indonesia jurusan Medan-Jakarta. Keduanya ditemukan tengah menggigil akibat hipotermia di ruang roda beberapa saat setelah mendarat.

Belakangan ketahuan keduanya juga sudah merencanakan penyusupan itu sejak malam sebelumnya. Mereka menyelinap ke Bandara Polonia lewat parit yang terletak tak jauh dari landasan pacu. Dari situ, mereka mengendap-endap ke ruang roda pesawat. Motif keduanya menyusup ke pesawat tak diketahui. (dtc)

 

BACA JUGA: