JAKARTA, GRESNEWS.COM - Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief mengemukakan, salah satu persoalan serius penyebab seringnya Jakarta direndam banjir adalah karena Kanal Banjir Barat dari Pintu Air Manggarai yang memiliki keterbatasan daya tampung. Saat ini daya tampung kanal tersebut hanya mencapai 290-340 meter kubik per detik. Sehingga apabila debit air yang tercatat di Bendung Katulampa berkisar antara 275 - 441 meter kubik per detik, maka status Jakarta adalah SIAGA 2. "Jika debit air yang tercatat di atas 441 m kubik per detik, maka status Jakarta adalah SIAGA 1," kata Andi di Jakarta, Senin (20/1) seperti dikutip situs setkab.go.id.

Status SIAGA 1 dan 2 merupakan peringatan kepada warga penduduk DKI Jakarta yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung untuk bersiap menghadapi luapan genangan sungai Ciliwung. Celakanya debit air dari Katulampa sejak tahun 1985 meningkat secara signifikan. "Beberapa kali debit air yang melimpas mencapai angka 600 meter kubik per detik," papar Andi. Catatan Banjir pada tahun 1996, 2002 dan 2007 terjadi dimana debit yang melewati Bendung Katulampa lebih dari 600 meter kubik per detik. Bahkan pada tahun 2010 mencapai rekor 630 meter kubik per detik.

Andi mengingatkan, Katulampa adalah Sistem peringatan dini banjir Jakarta (Jakarta Flood warning system) bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya. Dijelaskan Andi, lebar Bendung Utama Katulampa 82 m dan lebar Bendung untuk irigasi 32 m, dengan lebar seluruhnya 114 m. Air dari hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung melalui bendung Katulampa mengalir melalui daerah Depok akhirnya sampai di Pintu Air Manggarai. Di Pintu Air Manggarai ada 2 pintu utama yang menuju kali Ciliwung lama, istana dan pintu utama ke Kanal Banjir Barat.

Guna mengantisipasi luapan banjir sungai Ciliwung, kata Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial itu, Pemerintah Pusat telah membangun infrastruktur Kanal Banjir Timur, yang didesain untuk membagi beban kiriman dari Hulu Daerah Aliran Sungai Ciliwung direncanakan mampu menampung 350 meter kubik detik. Peletakan batu pertama proyek normalisasi Kali Ciliwung dan pembuatan sodetan kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur sendiri telah dilaksanakan pada akhir Desember lalu.

Proyek pembuatan sodetan yang menelan anggaran sebesar Rp 492 miliar dan diharapkan bisa selesai pada pertengahan pertengahan tahun 2015. Dengan memotong arus sungai Ciliwung diharapkan kurang lebih air dengan debit 60 meter kubik per detik akan bisa dialihkan ke Kanal Banjir Timur (KBT).

Jumlah itu dirasa cukup untuk mengatasi kelebihan beban air di Ciliwung. Sodetan itu sendiri akan berupa terwowongan sepanjang 1,7 kilometer dari Ciliwung melewati kawasan Jalan Otto Iskandar, sampai ke kawasan KBT di Cipinang.

Andi Arief yakin setidaknya pada bulan Maret 2015 pembangunan sodetan ini akan selesai sesuai laporan Kementerian PU. "Jadi, 2016 banjir akan berkurang drastis," pungkas Andi.

BACA JUGA: