JAKARTA, GRESNEWS.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan, banjir bandang yang melanda kota Manado dipicu oleh terjadinya dua gejala iklim. Pertama adanya pusat tekanan rendah di perairan selatan Filipina dan utara Australia. Pusat tekan rendah di kedua wilayah itu mengakibatkan gumpalan-gumpalan awan besar memasuki wilayah Sulawesi Utara.

Hal inilah yang memicu terjadinya hujan deras disertai angin kencang di sekitar Manado hingga kecepatan 15-20 knot. Tinggi gelombang di perairan utara Manado pun meninggi hingga mencapai 3-5 meter. Hujan deras dalam beberapa hari belakangan ini telah memicu luapan air di empat sungai besar yang melintasi Kota Manado dan menghanyutkan puluhan rumah dan kendaraan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir bandang itu terjadi karena faktor alam dan antropogenik yang memicu banjir dan longsor. "Kombinasi antara faktor alam dan antropogenik memicu terjadinya banjir bandang dan longsor yang masif di Sulawesi Utara," kata Sutopo, dalam siaran persnya Kamis (16/1).

Banjir kali ini juga terjadi di enam kabupaten/kota di Sulawesi Utara secara bersamaan, yaitu Kota Manado, Minahasa Utara, Kota Tomohon, Minahasa, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe. Hingga berita ini diturunkan BNPB mencatat 15 orang meninggal dunia dan dua orang masih belum diketahui keberadaannya. Selain itu 40.000 orang lainnya terpaksa mengungsi karena kehilangan tempat tinggal.

Dari data BNPB sebanyak 5 orang tewas di Kota Manado, 1 orang hanyut belum ditemukan dengan nama Veber Sony Lowing. Di Kota Tomohon 5 orang tewas. Di Minahasa 3 orang tewas, 1 orang hilang atas nama Niko, yang berusia 54 tahun, dan 1 orang luka berat. Di Kabupaten Minahasa Utara yang terdiri dari 3 desa dengan 1.000 jiwa terisolir akibat banjir dan longsor. Di Kepulauan Sangihe bebeapa rumah tertimbun longsor.

Menurut data BNPB bencana kali ini lebih besar daripada sebelumnya yang pernah terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan 22 tewas, dan Februari 2013 yang menyebabkan 17 tewas. "Pantauan citra satelit menunjukkan awan masih banyak di sekitar Sulawesi Utara. Potensi banjir masih cukup tinggi dan hingga saat ini masih terus dilakukan pendataan," kata Sutopo.  

Saat ini BPBD Provinsi Sulut tengah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota, TNI, Polri, SAR, RAPI, Tagana, PMI, relawan dan lainnya bersama-sama membantu mengevakuasi masyarakat yang terisolir. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi penanganan darurat.


BPBD juga sudah mengerahkan bantuan logistik dan peralatan yang digunakan untuk dapur umum, perahu karet, tenda, matras, selimut, permakanan, dll. BPBD juga telah mendirikan Posko di beberapa tempat. Saat ini BPBD terus melakukan pendataan bagi para korban.

Komisi VIII juga sudah menginstruksikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera menanggulangi bencana banjir bandang di Manado. "Kami sudah menyuruh BNPB untuk segera tanggap menangani masalah banjir itu kemarin," kata Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Ali Maschan Moesa kepada Gresnews.com, Kamis (19/1).

Ali menyatakan keprihatinannya akan banjir yang mendadak menerjang kota Manado, Tomohon, Bitung dan Kabupaten Minahasa itu.

BACA JUGA: