JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah selama ini diduga telah tertipu oleh para importir dalam hal ini PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam pembelian minyak. Pasalnya penurunan jenis oktan Ron92 (Pertamax) menjadi Ron88 (Premium) harusnya mendapatkan harga minyak yang lebih murah dari internasional, namun selama ini Pertamina membeli dengan Internasional. Sementara pemberlian ini telah berlangsung selama 10 tahun.

Menurut pengamat energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa sudah hampir 10 tahun untuk harga oktan Ron88 sudah tidak ada dalam harga internasional. Menurutnya untuk mengubah Ron88 menjadi Ron92 harus dicampur dengan Nafta, dengan begitu seharusnya lebih murah karena ada campuran,  dibandingkan minyak dengan Ron92.

Dia menambahkan meskipun lebih murah tetapi Indonesia tetap membeli minyak menggunakan harga internasional. Oleh karena itu, menurutnya masyarakat perlu mempertanyakan mekanisme pembelian minyak oleh Pertamina tersebut. "Yang dibeli oktan Ron88 tapi harganya internasional yaitu Ron92. Istilahnya kalau dicampur ada diskonlah. Tapi ini kok tidak," kata Iwa, Jakarta, kemarin.

Menurutnya seharusnya pengertian jenis BBM premium internasional memiliki kadar oktan Ron92. Namun dengan harga Ron88 sama dengan Ron92, berarti masyarakat telah dibohongi atau negara yang dibohongi oleh importir, dalam hal ini Petral.

Dia menambahkan kadar minyak tersebut juga ditentukan berdasarkan kilang minyak yang dimiliki Indonesia. Menurutnya kilang minyak memang menjadi proses minyak mentah menjadi minyak jadi. Tetapi, jumlah kilang minyak Indonesia masih kurang performanya maksimal. Sehingga produksi minyak sedikit, dan pemerintah harus melakukan impor. Sehingga dia menambahkan untuk menekan angka impor minyak, pemerintah harus membangun kilang minyak terlebih dahulu.

"Kita dibohongi oleh Petral. Pertamina harusnya tahu, pemerintah juga harusnya tahu. Apakah dibohongin importir atau pemerintah yang bohongin rakyat. Siapa yang mau jujur," kata Iwa.

Sementara itu, Direktur Energy Watch Ferdinand Hutahaean menilai penurunan kadar oktan tersebut sebagai bentuk kepanikan PT Pertamina (Persero) karena selisih harga Ron92 dengan Ron88 sudah semakin dekat. Menurutnya pemerintah harus mencermati secara seksama, disatu sisi Indonesia juga belum memiliki alat untuk mengukur kadar Ron.

Dia menjelaskan Pertamina panik karena menghadapi tudingan dari masyarakat dimana harga oktan Ron88 dijual lebih mahal daripada Ron92. Hal itulah yang tidak bisa dijelaskan oleh Pertamina karena besarnya permainan mafia migas dengan angka besaran subsidi BBM. Oleh karena itu rakyat menjadi semakin tidak percaya dengan pemerintah yang menyatakan bahwa premium Ron88 masih disubsidi sebesar Rp1500 per liter. "Menurut saya itu subsidi BBM angkanya tidak faktual tapi terindikasi mark up," kata Ferdinand.

Menurut Ferdinand alasan Pertamina menurunkan kadar oktan Ron92 menjadi Ron88 karena harga jual saat ini Ron88 sebesar Rp8500 ditambah dengan subsidi yang besar. Sehingga harganya diatas Ron92, hal itu dilakukan untuk menutupi kebohongan tentang subsidi.

Dia mengatakan penurunan kadar oktan tersebut ternyata menjadi ladang para mafia migas. Menurutnya permasalahan oktan menjadi terlalu banyak kebohongan yang selalu ditutupi oleh pemerintah dan Pertamina. "Inilah kebijakan yang tidak transparan dari pemerintah atau Pertamina. Penurunan oktan ini menjadi kejahatan mafia juga," kata Ferdinand.

BACA JUGA: