JAKARTA, GRESNEWS.COM - Masa kampanye akbar pemilihan umum (Pemilu) 2014 telah dimulai. Partai politik pun memutar otak untuk mencuri perhatian masyarakat agar mencoblosnya saat pemilihan. Salah satunya Partai Golkar yang mencoba menjual nama Presiden RI kedua, Jenderal Soeharto.

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengungkit nama Soeharto saat berkampanye di Lapangan Kuncup, Pringsewu, Lampung, Senin (17/3) kemarin. "Golkar sudah memerintah selama 32 tahun. Ingat Pak Harto? Zaman mbiyen ingat? Enak zaman mbiyen?" tanya Ical ke 1000 lebih massa berkaus kuning di hadapannya itu. "Enak!" jawab para pendukungnya.

Tak hanya Ical yang menyerukan nama Soeharto di kampanye Golkar. Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto yang maju dalam pemilihan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Dapil DIY langsung membangkitkan kenangan warga Yogya tentang sosok Soeharto. Saat kampanye putaran pertama yang digelar di Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Senin (17/3). "Kalau ingin kembali seperti dulu, pilihlah keluarga Soeharto," kata Titiek dalam orasinya.

Di belakang Titik dipasang poster besar bertulis. "Putri Ngayogyakarto, Putrine Pak Harto, JUJUR DAN DAPAT DIPERCAYA. Pak Harto Oke! Mbak Titiek Yes!"

Majunya Titiek sebagai calon legislator dari daerah pemilihan Yogyakarta mendapat dukungan penuh dari keluarga. Salah satunya dari sang kakak, Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut. Mbak Tutut juga terdaftar sebagai salah satu juru kampanye nasional dari Partai Golkar. Mbak Tutut menjadi juru kampanye di Yogyakarta, tempat Mbak Titiek, sang adik kini "berlaga".

"Mbak Tutut turun menjadi jurkamnas adalah bukti bahwa semua kader Golkar terus konsisten membesarkan partai," kata Rully melalui siaran tertulisnya, Senin (17/3). Di Yogyakarta selain Mbak Tutut ada nama Cicip Sutardjo dan Akbar Tandjung sebagai juru kampanye.

Masuknya Mbak Tutut menjadi juru kampanye Partai Golongan Karya tahun ini adalah yang pertama kali sejak Soeharto lengser. Setelah reformasi dia mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa. Namun dua kali ikut pemilu partai ini gagal menempatkan wakilnya di Senayan.

Masuknya nama Mbak Titiek menjadi calon legislator dari Partai Golkar memantik sejumlah pertanyaan. Antara lain, apakah keluarga Cendana ingin kembali ke panggung politik membawa nama Soeharto? Yang jelas dalam iklan kampanyenya, Titiek membawa nama besar Pak Harto. "Pak Harto oke, Mbak Titiek yes," itulah yel-yel yang diucapkan oleh seorang tukang becak dalam iklan kampanye Mbak Titiek.

Banyak juga caleg Golkar yang membawa foto Soeharto di baliho maupun spanduk. Lalu apakah menjual nama Soeharto bakal mendongkrak Golkar kembali ke masa kejayaannya dulu?Tunggu saja hasil Pemilu 2014 ini.
 
Sebenarnya tak heran bila Golkar kembali mengusung Soeharto untuk memikat hari masyarakat. Karena Soeharto sebagai pendiri partai ini pernah menggunakan Golkar sebagai kendaraan politiknya. Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.

Dalam perkembangannya, Sekber Golkar berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu. Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Kemenangan itu penuh manipulasi karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan Golkar, seperti peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya. Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, Golkar berubah wujud menjadi partai Golkar, dan untuk pertama kalinya mengikuti pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya pada masa pemerintahan Soeharto.

Dan terbukti pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Golkar turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P. Namun ketidakpuasan terhadap pemerintahan Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu sebab para pemilih di Pemilu legislatif 2004 kembali memilih Partai Golkar, selain partai-partai lainnya seperti Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan lain-lain. Partai Golkar menjadi pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada tahun 2004 dengan meraih 24.480.757 suara atau 21,58% dari keseluruhan suara sah.

Kemenangan tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi Partai Golkar karena pada Pemilu Legislatif 1999, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendominasi perolehan suara. Dalam Pemilu 1999, Partai Golkar menduduki peringkat kedua dengan perolehan 23.741.758 suara atau 22,44% dari suara sah. Sekilas Partai Golkar mendapat peningkatan 738.999 suara, tapi dari prosentase turun sebanyak 0,86%.
(dtc)

BACA JUGA: