JAKARTA, GRESNEWS.COM - Posisi Joko Widodo sebagai tokoh kecintaan media atau media darling dan popularitasnya sebagai calon presiden 2014 makin tak tergoyahkan sepanjang tahun 2013 ini. Terakhir, riset yang dirilis Makna Informasi Indonesia mengungkapkan Jokowi adalah tokoh dengan citra paling positif di media massa. Kinerja ini jauh meninggalkan Capres lainnya seperti Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Hatta Rajasa yang merupakan Capres dengan visibiltas yang tinggi di media. "Hasil ini semakin kuat karena berita terkait kegiatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dimasukkan sebagai bagian dari analisis," kata Ummi Salamah dari maknainformasi.com, lewat surat elektronik yang diterima redaksi Gresnews.com, Senin (30/12).

Makna Informasi Indonesia melakukan pemantauan terhadap konten lima grup media selama lima bulan sejak 1 Juni-31 Oktober 2013 lalu. Kelima grup media itu adalah Kompas Media Group, Jawa Pos, MNC Group, Tempo Group dan Media Group. Hasilnya diketahui untuk urusan siapa capres yang paling banyak disebut di media massa Jokowi memang masih kalah tenar dibandingkan Dahlan Iskan yang memperoleh 21,39% liputan media. Bahkan Jokowi masih tertinggal dibandingkan Hatta Rajasa (16,02%), dan Gita Wirjawan (15,44%). 

""
Namun ketiga nama yang berada di atas Jokowi itu lebih sering disebut dalam posisinya sebagai menteri dan bukan dalam konteks sebagai Capres. Dahlan lebih banyak disebut sebagai Menteri BUMN, demikian pula dengan Hatta sebagai Menko Perekonomian dan Gita sebagai Menteri Perdagangan. Hal ini berbeda dengan Jokowi yang banyak muncul dalam pemberitaan terkait capres 2014 karena perbincangan Jokowi dalam posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak disertakan dalam riset ini. "Tanpa aktivitas sebagai sebagai Gubernur DKI Jakarta nama Jokowi selalu muncul dalam setiap berita tentang hasil jajak pendapat atau survei," ujar Salamah.

Lagipula liputan media terhadap tokoh seperti Dahlan Iskan juga tidak terlepas dari posisinya sebagai pemilik media. Dalam riset ini diketahui Indopos dari Jawa Pos Group merupakan media cetak paling banyak mengangkat berita terkait Capres RI 2014. Media cetak kedua terbanyak mengangkat isu ini adalah Seputar Indonesia. Lebih dari 50 persen berita terkait isu tersebut dihasilkan kedua media cetak itu. Sisanya terbagi dalam tiga media lainnya yaitu Kompas, Koran Tempo dan Media Indonesia.

Hanya saja ditilik dari sisi kualitas berita, meski kalah banyak diekspose media, Jokowi unggul dalam posisi rasio berita positif terbanyak dibanding kandidat lainnya. Jokowi memiliki rasio berita positif hingga di atas 60 persen. Jauh di atas Dahlan Iskan yang di kisaran 55 persen dan Hatta yang di kisaran 50 persen. Sementara untuk capres dengan rasio pemberitaan negatif tertinggi diduduki Aburizal Bakrie dengan rasio mencapai di atas 60 persen. "Padahal Aburizal Bakrie menempati posisi nomor lima sebagai capres terbanyak disebut media," kata Salamah lagi.

""
Rasio tone positif ini menunjukkan Jokowi mampu mengelola citra dirinya sehingga memberikan kontribusi positif dalam pembentukan citra dirinya. Sebaliknya rasio tone negatif menunjukkan penggerusan citra yang diperlukan untuk bersaing sebagai Capres RI 2014. Jokowi hampir tidak pernah melakukan aktivitas khusus untuk mendapatkan perhatian media terkait posisinya sebagai Capres. Namun paparan hasil jajak pendapat dan analisis hasil survei yang dilakukan berbagai lembaga riset otomatis menghasilkan berita tentang Jokowi dan menambah kekuatan citranya secara positif.

Selain itu, atribut personal yang melekat pada diri Jokowi di media sangat kuat. Mantan Walikota Solo ini dianggap sebagai pemimpin yang peduli dan memiliki perhatian terhadap rakyat, kader terbaik dari partainya yaitu PDIP, seorang yang jujur, sederhana, rendah hati, tidak dibuat-buat, dan juga Capres alternatif dengan semangat muda. Asosiasi ini melekat kuat pada diri Jokowi sementara Capres lainnya masih belum menunjukkan identitasnya secara jelas di media.

""
Kesimpulannya, untuk bersaing sebagai Capres RI 2014, visibilitas di media memang bukan segala-galanya karena kualitas kehadiran di media itulah yang menentukan keberhasilan sebuah kampanye politik. "Jokowi mampu hadir secara berkualitas di media sehingga mampu menyampaikan pesan secara konsisten dan koheren serta meninggalkan jejak yang kuat di benak pemilih," ujar Salamah.

Hal yang sama harus dilakukan oleh Capres lainnya yang akan bersaing pada Pilpres 2014. Jokowi dan media dalam pemberitaan politik memiliki hubungan ko-habitasi. Media membutuhkan Jokowi untuk membuat suatu berita yang bernilai (news value) sebagaimana Jokowi juga membutuhkan media. Sebaliknya, kandidat lain seperti Gita Wirjawan, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa dan lainnya masih memiliki realitas yang terpisah dengan media sehingga perlu berupaya keras menyampaikan pesan yang kuat, melekat, dan berkesan bagi publik.

BACA JUGA: