JAKARTA, GRESNEWS.COM - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyayangkan kembali terjadinya penangkapan mahasiswa Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir. Seperti diketahui, dua mahasiswa WNI di Mesir kembali ditangkap karena memasuki wilayah yang dianggap sebagai basis kelompok radikal. Kejadian ini hanya berselang sebulan dari peristiwa penangkapan empat mahasiswa WNI dalam kasus serupa Juli lalu.

Dua mahasiswa WNI ditangkap oleh aparat keamanan Mesir saat berada di Kota Samanud. Diketahui, Kota Samanud menjadi perhatian khusus dari Mesir, karena dianggap kawasan Ikhwanul Muslimin, organisasi yang dipimpin Mohamed Mursi.

"Ada kasus dua mahasiswa lagi yang ditangkap. Mereka ini adalah mahasiswa yang mengambil barang di Kota Samanud, kemudian ditangkap ketika sedang belanja di toko. Padahal tidak ada perbuatan melawan hukum. Saya kira ini yang harus dibantu maksimal Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) kita, sebagai ujung tombak untuk melindungi para pelajar Indonesia di Mesir, yang jumlahnya mencapai 4000-an mahasiswa," kata Fadli saat menerima Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Idnonesia (PPMI) Mesir dan jajarannya, di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (14/8), seperti dikutip dpr.go.id.

Kasus ini menurut politisi F-Gerindra itu, hampir sama dengan kasus empat mahasiswa yang ditangkap awal Juli lalu. Mahasiswa itu ditangkap, tanpa ada kejelasan hukum dan keterangan yang jelas. Menanggapi hal itu, ia akan mengundang Dubes RI untuk Mesir, termasuk Dubes Mesir untuk Indonesia, guna membahas permasalahan itu.

"Nanti di DPR tentu akan saya melanjutkan ini ke Dubes kita untuk Mesir, Komisi I DPR dan jika memungkinkan saya akan undang Dubes Mesir untuk Indonesia, supaya kasus ini tidak terjadi berulang. Jangan sampai ada kriminalisasi dan salah tangkap lagi," pesan politisi asal dapil Jawa Barat itu.

Sebelumnya, Ketua PPMI Mesir Pangeran Arsyad Ihsanulhaq melaporkan bahwa dua mahasiswa WNI ditangkap aparat keamanan Mesir pada tanggal 1 Agustus 2017 lalu. Keduanya ditangkap saat berada di Kota Samanud, sekitar tiga jam perjalanan dari Mesir. Muhammad Hadi dan Nurul Islami merupakan mahasiswa Universitas Al Azhar, berasal dari Sumatera Barat. Arsyad memastikan, dokumen para mahasiswa ini cukup lengkap.

Arsyad menjelaskan kronologi kejadian bermula saat ada evakuasi kepada mahasiswa Mesir yang ada di Samanud. Namun karena evakuasi berlangsung terburu-buru, keduanya belum membawa barang-barang pribadinya. Kemudian karena keduanya berencana untuk pulang ke Indonesia, mereka hendak mengambil barang-barang yang berada di flat, di Samanud.

"Saat mereka berada di Samanud karena hendak mengambil barang, ditangkap aparat keamanan. Kami prihatin dengan kondisinya, karena belum ganti baju dari 1 Agustus lalu. KBRI sudah melakukan himbauan, tetapi dua mahasiswa itu bukan mau tinggal di sana, tapi mengambil barang yang ada di flat-nya. Kami melihat tidak ada ancaman di Samanud, karena hal itu persoalan politik dalam negeri, dimana Samanud menjadi basis Mursi,´ jelas Arsyad.

Arsyad berharap, pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus dan berusaha membebaskan mahasiswa yang ditangkap. Ia mendapat informasi, KBRI telah membentuk tim pengacara untuk membebaskan para mahasiswa, dan sudah bertemu dengan dua mahasiswa itu setelah 12 hari penangkapan.

"Tapi belum tampak hasil yang signifikan dari pertemuan terebut. Status belum jelas, apakah dapat bebas, atau terancam dideportasi. Jika deportasi, maka pendidikan tidak bisa dilanjutkan. Harapan kami, karena mereka tidak terlibat apapun, agar diberikan bantuan. Karena sejak ditangkap sejak 1 Agustus lalu, mereka tentu sangat mendapatkan pengalaman yang buruk," jelas Arsyad.

Arsyad menambahkan, Samanud menjadi salah satu daerah favorit mahasiswa Mesir karena biaya hidup yang murah. Kendati jaraknya jauh dari kampus di Kairo, tetap menjadi pilihan, karena mahasiswa tak diwajibkan setiap hari untuk belajar di kampus. (mag)

BACA JUGA: