Wakil Sekjen MUI Amirsyah Tambunan menyayangkan beredarnya film pendek pemenang Police Movie Festival berjudul ´Aku Adalah Kau yang Lain´, yang menjadi kontroversi. Amirsyah meminta pihak kepolisian memberi klarifikasi terkait dengan film tersebut.

"Terhadap film pendek tersebut, MUI merasa prihatin terhadap kinerja Humas Polri," kata Amirsyah dalam keterangannya, Kamis (29/6).

Amirsyah juga prihatin terhadap kinerja tim juri yang berlatar belakang seniman, seperti Renny Jayusman dan Oppy Andaresta, yang dinilai kurang profesional. Sebab, tim juri memilih 20 film terbaik yang salah satunya memicu pro-kontra.

"Humas Polri kurang memiliki rasa sensitivitas karena menerima dan meng-upload-nya ke media. Jadi, meskipun film tersebut bukan buatan polisi, namun disesalkan film tersebut sempat beredar di publik," ujarnya.

Sementara itu, Amirsyah mengapresiasi Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang segera bertindak cepat dan video itu ditarik. Sebab, kalau tidak segera ditarik, hal itu dapat menimbulkan pro-kontra yang berpotensi konflik.

Meski begitu, Amirsyah meminta Humas Polri dan sutradara film menyampaikan permintaan maaf kepada publik. "Meminta sutradara agar minta maaf kepada publik karena telah melukai hati umat Islam. Juga Humas Polri agar minta maaf di hari baik ini, Idul Fitri," tuturnya.

Ke depan, MUI mendesak pihak terkait melibatkan sejumlah pihak, seperti Lembaga Sensor Film (LSF), MUI, Muhammadiyah, dan NU, dalam pembuatan film semacam itu.

"Sehingga film yang beredar di masyarakat tidak kontraproduktif terhadap visi dan misi institusi Kepolisian RI dalam melindungi, mengayomi masyarakat," ucap Amirsyah.

Video police movie berjudul ´Kau Adalah Aku yang Lain´ jadi viral di media sosial. Pro dan kontra serta silang pendapat di antara netizen muncul.

Film pendek itu diunggah ke akun Facebook Divisi Humas Polri, Kamis (22/6). Beragam komentar pro dan yang menilai video itu mengandung unsur SARA muncul sehingga menjadi trending topic di Twitter dengan hashtag #PolriProvokatorSara.

Video tersebut berdurasi 7 menit 40 detik. Penekanan dalam cerita film itu adalah ambulans yang membawa seorang perempuan beragama Kristen dan pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Namun jalan utama menuju RS sedang rubuh dan tak bisa dilalui.

Sopir ambulans itu mencari jalan lain. Namun ambulans tidak bisa melintas karena ada warga yang sedang menggelar pengajian.

Perdebatan pun terjadi. Dalam video itu, ada adegan seorang warga yang tidak mengizinkan ambulans lewat. Hingga kemudian polisi yang berada di lokasi datang dan membantu menengahi sehingga ambulans bisa lewat.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan film tersebut merupakan juara lomba Police Movie Festival ke-4, yang tersaring dari 241 film yang masuk ke panitia. Lomba itu bertema ´Unity in Diversity´. Lomba ini menghasilkan 10 film pendek terbaik dan 10 film animasi terbaik.

"Dengan mengambil tema ´Unity in diversity´, diharapkan dapat menjadi inspirasi persatuan bangsa kita. Hasil film dan animasi Police Movie Festival 2017 ini memiliki makna bahwa persatuan diraih karena keragaman, kekeluargaan, kerja sama, dan gotong royong tanpa memandang suku, ras, dan agama," kata Rikwanto melalui pesan singkat, Rabu (28/6). (dtc/mfb)

BACA JUGA: