JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pertamina memperkirakan negara akan mengalami kerugian hingga Rp21 triliun per tahun di sektor migas jika tetap mewujudkan pembangunan pelabuhan Cilamaya, di Kabupaten Karawang. Sebab di area pelabuhan Cilamaya terdapat blok migas yang memproduksi minyak sebesar 40 ribu barel per hari dan gas 200 juta kaki kubik.

Manajer Humas PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengatakan banyak dampak yang akan ditimbulkan jika pembangunan pelabuhan Cilamaya tetap dilaksanakan. Pemasukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp60 miliar per hari atau Rp21 triliun per tahun terancam hilang. Selain itu pasokan gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Muara Karang dan PLTG Tanjung Priok juga akan terganggu, sebab sekitar 60 persen gas dari blik migas dialirkan ke PLTG di Jakarta. Lalu 40 persen dialirkan ke sektor industri, salah satunya industri pupuk.

Adiatma juga menjelaskan dalam blok migas di Cilamaya terdapat pipa yang mengalirkan BBM dan gas ke kilang Balongan. Jika dalam operasional pipa gas terhenti, maka pasokan migas ke kilang Balongan dari blok migas Cilamaya akan terganggu. Sehingga pasokan gas untuk industri seperti pupuk Kujang, industri Krakatau Steel dan 27 industri lokal akan terhenti.

"Jakarta akan terdampak langsung dan Jakarta bisa gelap," kata Adiatma, Jakarta, Selasa (10/3).

Namun Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby Mamahit menegaskan Kementerian Perhubungan akan tetap membangun pelabuhan Cilamaya sesuai dengan rencana sebelumnya. Jika Pertamina mempermasalahkan pembangunan pelabuhan Cilamaya karena  ada pipa gas, menurut Bobby di pelabuhan Tanjung Priok pun terdapat saluran pipa gas namun operasionalnya tetap berjalan. Bahkan selat di Singapura terdapat pipa gas dan kabel yang lebih banyak daripada di Indonesia.

"Singapura itu beratus-ratus kapal yang lewat," kata Bobby.

Menurutnya jika pelabuhan Cilamaya tidak dibangun maka pelabuhan Tanjung Priok akan bernasib sama seperti Bandara Internasional Soekarno Hatta. Dia memperkirakan arus barang akan mencapai 15 juta TEUs dan meningkat mencapai 20 juta TEUs pada tahun 2030 di pelabuhan Tanjung Priok. Artinya pelabuhan Tanjung Priok sudah tidak mampu menampung jumlah lalu lintas barang.

"Mau bangun pelabuhan dimana ? Bangun pelabuhan kan perhitungan akurasinya dengan jelas," kata Bobby.

Menurut data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diterima bahwa pembangunan tersebut dengan melihat pertumbuhan masa depan internasional aktivitas pengiriman di bagian Utara Jawa Barat harus diakomodasi oleh fasilitas pelabuhan yang memadai. Pembangunan Cilamaya nantinya akan mengurangi biaya transportasi untuk industri Utara Jawa Barat daerah yang meningkatkan komparatifnya.

Pelabuhan Cilamaya akan dibangun dengan sistem Build Operation Transfer (BOT), nantinya perusahaan Jepang yaitu PT Japan International Cooperations Agency (JICA) akan membangun sekaligus mengoperasikan, dalam kurun waktu tertentu, proyek tersebut akan menjadi aset pemerintah Indonesia. Dana awal untuk proyek tersebut diproyeksikan mencapai Rp 10 triliun.

BACA JUGA: