JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri BUMN Rini Soemarno mengimbau kepada seluruh Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bisnis pergulaan (BUMN gula) untuk menerapkan teknologi yang sudah diaplikasikan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Sebaliknya melalui acara Sharing Session, PTPN X diminta membagi pengalaman tentang penerapan mekanisasi kebun atau mengganti peranan tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin; Revitalisasi pabrik gula dan pemanfaatan produk hilir non-gula berupa bioetanol dari tetes tebu.

BUMN gula yang terdiri dari PTPN II, VII, IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XIV, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Termasuk PTPN III sebagai holding BUMN perkebunan pun menggelar acara Sharing Session untuk berbagi pengalaman meningkatkan kinerjanya di Kantor PTNPN X, Jalan Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur,  Jumat (12/6).

"Menteri BUMN menginstruksikan kepada seluruh BUMN gula untuk bersinergi, bersama-sama berbenah meningkatkan produktivitas guna mencapai target swasembada gula pada tiga tahun mendatang," kata Direktur Utama PTPN X, Subiyono dalam keterangannya, Jumat (12/6).

Direksi PTPN X mengajak para peserta dari seluruh pabrik gula (PG) se-Indonesia itu mengunjungi kebun mekanisasi PG Watoetoelis dan revitalisasi PG Kremboong di Sidoarjo serta PG Gempolkrep yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Mojokerto.

Menurut Soebiyono, mekanisasi kebun membuat lebih efisien, bahan baku tebu bisa lebih bagus dan dapat memenuhi kualifikasi manis, bersih, segar. Namun, mekanisasi tidak mudah karena mayoritas lahan tebu milik petani, bukan milik PG. Perlu sinergi bersama.

Total lahan di lingkungan PTPN X yang telah digarap dengan pendekatan mekanisasi masa tanam 2015/2016 mencapai 5.156,8 hektar terdiri atas 2.789,1 hektar lahan tebu sendiri dan 2.367,7 hektar lahan tebu rakyat, termasuk sebagian di wilayah PG Watoetoelis dan PG Kremboong.

Subiyono mengaku, mekanisasi terbukti mampu menekan biaya garap. Di PG Watoetoelis, misalnya, tepatnya di Kebun Jedong Cangkring pada musim tanam 2013/2014, Harga Pokok Produksi (HPP) gula sebelum penerapan mekanisasi sebesar Rp8.764 per kilogram. Setelah mekanisasi, HPP gula bisa ditekan turun menjadi Rp6.866 per kilogram.

Selain melihat praktik mekanisasi, seluruh jajaran BUMN gula se-Indonesia juga melihat hasil revitalisasi PG Kremboong. Di pabrik tersebut, PTPN X melakukan penggantian dari teknologi lawas menjadi teknologi generasi terbaru dengan peralatan ketel tekanan tinggi, elektromotor, dan high gravity single curing HG.

Dengan revitalisasi itu, PG menjadi efisien dan lebih produktif. Harga Pokok Produksi (HPP) gula pun bisa ditekan. HPP gula di PG Kremboong pada tahun ini ditargetkan bisa turun menjadi Rp6.525 per kilogram dari tahun lalu sebesar Rp7.104 per kilogram. Adapun secara rata-rata di semua PG milik PTPN X, HPP ditargetkan turun menjadi Rp5.717 per kilogram dari tahun lalu sebesar Rp6.017 per kilogram.

"Dengan HPP yang rendah, profitabilitas bisa terjaga. Petani untung, pabrik juga untung," ujar Subiyono.

Sementara di PG Gempolkrep, seluruh jajaran BUMN gula bisa melihat praktik integrasi industri gula yang bisa mengoptimalkan seluruh produk turunan tebu. Di PG Gempolkrep sudah berdiri pabrik bioetanol yang mengolah tetes tebu menjadi bioetanol dengan kapasitas 30 juta liter per tahun.

Sekretaris PTPN X Adi Santoso menambahkan, selama empat tahun terakhir, PTPN X sudah menginvestasikan dana Rp1,54 triliun untuk melakukan revitalisasi di PG Kremboong, PG Tjoekir, PG Djombang Baru, PG Mritjan, dan PG Modjopanggoong.

Kata Adi,dengan revitalisasi, PTPN X juga bisa menurunkan konsumsi energi atau menekan biaya bahan bakar minyak tambahan untuk operasional pabrik dari Rp48 miliar pada 2008 menjadi Rp1,78 miliar pada 2014.

Dengan efisiensi energi, lanjut Adi, PTPN X juga bisa menyisihkan ampas tebu untuk diolah menjadi listrik. Ada 300.000 ton ampas tebu per tahun yang bisa diolah, sehingga tahun ini PTPN X juga menyiapkan program co-generation yang mengolah ampas tebu menjadi listrik.

Rintisan produksi listrik melalui program co-generation ini berada di tiga pabrik, yaitu PG Ngadiredjo Kediri (20 Megawatt/MW), PG Tjoekir Jombang (10 MW), dan PG Gempolkrep (20 MW).  "Pendanaannya bersumber dari suntikan pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN)," kata Adi.

BACA JUGA: