Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia Agustus 2011 kembali meningkat, setelah sempat menurun pada Juli 2011. Hingga Agustus 2011, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$3,76 miliar atau naik sekitar 63,56% dibanding Juli 2011 yang sebesar US$1,37 miliar.

Hal itu dikemukakan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Djamal bahwa ekspor untuk Agustus 2011 tercatat sebesar US$18,81 miliar. Angka tersebut, naik 37,05% dibanding ekspor Agustus 2010 yang sebesar US$13,73 miliar dan bila dibanding Juli 2011 naik 8% ke US$17,42 miliar.

"Ekspor ini terdiri dari ekspor migas US$14,72 miliar dan ekspor non migas US$4,09 miliar. Total ekspor Januari sampai Agustus US$134,8 miliar naik 36,58% dari Agustus 2010," kata Djamal di Jakarta, kemarin.

Penyumbang ekspor terbesar untuk Agustus 2011 adalah bahan bakar mineral US$16,98 miliar serta lemak dan minyak nabati US$13,96 miliar. Pangsa pasar ekspor untuk China US$12,38 miliar, Jepang US$11,97 miliar, dan AS US$10,65 miliar. Total pangsa pasar ketiganya 33,02%.

Untuk impor, pada Agustus 2011 tercatat US$15,05 miliar atau naik 23,68% dibanding Agustus 2010. Bila dibanding Juli 2011 turun 7,12% yang sebesar US$16,21 miliar. Total impor Januari sampai Agustus 2011 US$114,84 miliar atau naik 30,9%. Impor non migas selama Januari sampai Agustus US$87,99 miliar.

"Share terbesar impor itu masih sama yaitu mesin dan peralatan mekanik US$15,37 miliar, mesin dan peralatan listrik US$11,85 miliar," ungkap Djamal.

Dari sisi pangsa pasar, lanjutnya, impor dari China mencapai US$16,37 miliar, Jepang US$12,1 miliar, dan Singapura US$7,07 miliar. Untuk ASEAN menyumbang impor US$19,62 miliar dan Uni Eropa US$6,86 miliar. "Pada Juli kemarin, posisi Singapura ditempati Thailand."

Menurut golongan penggunaan barang Agustus 2011, impor bahan baku memakan porsi 74,96%, barang modal 17,42% dan barang konsumsi 7,62%.

Dengan demikian, neraca perdagangan Agustus 2011 masih tercatat surplus bahkan meningkat dibanding Juli 2011. "Neraca perdagangan surplus US$3,76 miliar. Ini lebih tinggi dari Juli yang sekitar US$1 miliaran," tandasnya.

BACA JUGA: