JAKARTA, GRESNEWS.COM - Hanya berselang tujuh hari, stasiun TRANS TV kena teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat). Program Duel Maut (28 April 2015 pukul 20:18 WIB) ditegur pada 5 Mei 2015 karena menampilkan muatan penggambaran gaya hidup hedonistik Bella Shofie dan Roro Fitria. Teranyar, hari ini (12 Mei 2015), program Late Night Show kena teguran tertulis kedua karena menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat dan menganggap perilaku asusila sebagai hal yang lumrah. Apalagi saat ini tengah marak berita mengenai artis yang juga diduga pekerja seks komersial (PSK).

"Program tersebut menayangkan pembicaraan antara Raffi Ahmad (Raffi), Ayu Dewi (Ayu), dan Moammar Emka (Emka) mengenai perempuan yang sering di-booking. Meskipun media mempunyai fungsi untuk melakukan kontrol sosial, namun dalam penayangannya tidak boleh menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat dan perilaku asusila sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari," demikian pernyataan KPI Pusat melalui surat bernomor 519/K/KPI/05/15 yang ditujukan kepada TRANS TV, yang dilansir pada Selasa (12/5), terkait tayangan Late Night Show pada 24 April 2015 Pukul 23:04 WIB.

Berikut ini adalah percakapan dalam program Late Night Show yang ditegur oleh KPI tersebut:

Raffi:"..sekarang kita pengen langsung nyari tempat dimana orang-orang itu ada..apalagi sekarang ‘kan lagi rame tuh yang cewe-cewe di booking, cewe-cewe di kos-kosan, ada cewe bookingan di pinggir jalan, masuk ke dalam Hotel, yang harus dipesen..."

Ayu:"jadi kita mau membongkar fenomena itu beneran ada ‘gak ‘sih, terus masih ada ‘gak ‘sih orang-orang yang di jalan..."

Emka:"..burespang itu kayak semacam…dia sebenernya itu kan kayak Lady Companion gitu, teman yang nyanyi di karaokean gitu…"

Ini gak ngomongin burespang ya..tapi di beberapa karaokean ‘kan ada istilahnya, istilah LC party ada LC biasa. LC biasa itu yang cuma nemenin nyanyi doang, peluk-peluk dikitlah gapapa. Tapi ada yang namanya LC party…memang dia..apa namanya istilahnya..itu loh Fi yang biasa yang kalau bisa joget..”
Raffi:“bisa joget, bisa striptease, buka baju, tapi kita kasih tip.”

Emka:“…karaoke di Jakarta itu ‘kan karaoke kejantanan..”
Raffi:“bener..apalagi kayak bos-bos yang masih muda yang baru punya istri satu sama anak kecil..”

Raffi:“…kayak kemaren yang lagi marak berita nih yang si tata chubby yang di-kosan berarti kan..”
Emka:“itu nomor tiga tuh…jadi kayak direct selling istilahnya. Dia main sendiri.”
Ayu:“Tapi itu bahaya ‘kan, makanya jadi kayak gitu.”
Emka:“Bahaya karena ‘gak ada jaminan keamanan ‘kan..”
Ayu:“..mungkin..tapi juga gak ada potongannya..”
Emka:“murah sih pasti”
Raffi:“satu jam tiga ratus lima puluh ribu.”

Raffi:“satu jam tiga ratus lima puluh ribu. Satu kali keluar katanya.”

Emka:“...kalau OP itu biasanya tiga voucher…BO karaoke sama BO club malam beda. Kalo cewe-cewe di club malam itu BO-nya beda sama BO yang ada di karaoke. Jadi misalnya…based on voucher sih, tapi harganya beda banget. Misalnya kalau yang internasional itu ‘kan agak mahal.”
Raffi:“bisa dua juta tiga juta.”
Emka:“dua koma lapan sih.”

Raffi:“…yaelah..bisa empat juta. Bener..”

Raffi:“yang Uzbek itu tiga setengah empat juta.”
Emka:“mahal amat, Fi. Uzbek yang mana?...Uzbek yang model iya, tiga jutaan.”
Raffi:“kalo yang biasa paling dua juta.”
Emka:“dua koma..sekarang udah dua koma empat-an...”

Emka:“…yang di kelas atas ‘kan macem-macem. Jadi kayak…paling complicated-lah, dari mulai peliharaan, nikah kontrak, pacaran tapi porotan, kayak-kayak gitu kan banyak dia..dan biasa banyak modus kan. ‘Nah kalo yang one night stand gitu agak susah, jarang yang mau kecuali transaksinya langsung seratus juta misalnya gitu.”

Ayu:“Kalau artis…sekuter, selebriti kurang terkenal itu berapa mulainya?”
Emka:“mulainya sepuluh, lima belas, tiga puluh. Sampe dia pokoknya under cepek lah.”

Ayu:“kalau kayak artis-artis terkenal yang masuk tivi gitu berapaan kira-kira?”
Emka:“…yah start dari seratus lima puluh.”
Raffi:“bisa seratus lima puluh..bisa paketnya. Bisa di luar negeri. Ada paketnya.”
Emka:“Jarang yang mau di Indonesia…”
Raffi:“ada yang mau di luar negeri. Paket misalnya. Seminggu misalnya.”
Emka:“yang mahal bukan bayarannya, Fi. Shoppingnya.”

Ayu:“dua puluh ribu dollar?...dua ratus juta. Belum di luar belanja?”

Emka:“berani lo Fi booking di sini? Soalnya di beberapa jalanan yang pernah gua tau dan pernah gua teliti itu, yang muda-muda ya gitu kan sampai ada yang SMA gitu-gitu biasanya larinya ke drugs…jadi ketika misalnya ada satu mobil yang booking dia ‘kan turun tuh..itu ada germonya ‘loh. Ada yang nyamperin, ‘tar oke, ‘tar dibawa dikenalin dan kalo ada yang cocok di bawa ‘kan. Biasanya sebelum sampe ke transaksi di bawa ke hotel atau apartemen gitu yang mereka ini misalnya ada dalih misalnya ‘eh gua pulang dulu ya mau kasih duitnya ke nyokap ke bokap gitu’. Padahal buat beli drugs.”

Emka:“di beberapa tempat hiburan sih sudah menengah ke atas ya..itu udah sampe ada tematik istilahnya.”
Ayu:“Daerah mana itu yang ekstrim-ekstrim?”
Raffi:“Di Kota..Gajah Mada...”
Emka:“Di Jakarta Barat ada...yah sekitar mangga besar dan sekitarnya.”

Ayu:“..itu berapaan per tiga jam berapa?”
Emka:“Hotelnya? Paling tiga ratus ribu, empat ratus ribu….Kalau yang di hotel yang gue bilang hotel tematik itu sih dia tarifnya resmi. Sekitar tujuh ratus-an”
Ayu:“per tiga jam?”
Emka:“Ngga dong. Per malem.”

Raffi:“…sebagai pelanggan dipuaskan terus, jadi mau lagi-mau lagi…dibikin sengaja lebih betah sama mereka daripada sama yang di rumah...”

Program Siaran tersebut juga mengupas secara detail seperti mengenai tarif booking “satu jam tiga ratus lima puluh ribu”, “yang Uzbek itu tiga setengah empat juta”, “mulainya sepuluh, lima belas… sampe dia under cepek lah”, juga mengenai hotel-hotel yang digunakan sebagai tempat ‘one-stop-entertainment’, hotel tematik, serta yang dapat di-booking per malam dan per jam atau per tiga jam atau per enam jam (hotel transit), meskipun gambar tempat-tempat tersebut disamarkan.

Selain itu, terdapat muatan dimana Emka menghubungi seseorang melalui handphone untuk memesan perempuan yang kelasnya tiga jutaan untuk dipertemukan dengan temannya bernama Husni (camera-man), serta meminta perempuan tersebut untuk menjamu temannya dengan bagus.

"Meskipun program siaran tersebut ditayangkan di atas pukul 22.00 WIB, namun muatan-muatan tersebut tidak pantas untuk ditayangkan karena tidak sesuai dengan ketentuan norma kesopanan dan kesusilaan. Hal tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi masyarakat untuk memakai jasa prostitusi tersebut atau meniru perilaku negatif untuk memperoleh pendapatan yang besar secara instan. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan serta program bincang-bincang seks," nilai KPI.

KPI Pusat memutuskan bahwa program siaran tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 16 serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 22 ayat (1).

 

BACA JUGA: