JAKARTA, GRESNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 5,01 persen, jika dibandingkan periode yang sama triwulan III tahun 2013 yaitu sebesar 5,11 persen. Meskipun bertumbuh, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai tidak berkualitas karena hanya ditopang oleh sektor konsumsi.

Menurut Kepala BPS Suryamin penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2014 dikarenakan pengaruh faktor eksternal. Dia menjelaskan faktor eksternal tersebut dikarenakan melambatnya ekonomi Tiongkok dan Jepang. Pada triwulan III, tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,3 persen, mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu yaitu 7,8 persen. Sedangkan Jepang, hanya tumbuh 0,2 persen atau lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan III tahun lalu sebesar 2,4 persen.

"Jepang dan Tiongkok selama ini menjadi mitra dagang kita, baik ekspor maupun impor," kata Suryamin, Jakarta, Rabu (5/11).

Selain karena faktor kedua negara tersebut, Suryamin mengungkapkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti barang-barang pertanian kakao, crude palm oil (CPO) dan sawit yang mengalami penurunan.

Dia menambahkan sektor pertumbuhan yang menyumbang paling tinggi adalah sektor industri pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 6,74 persen. Hal itu sebabkan musim kemarau yang mulai berkurang sehingga menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor tersebut.

Sementara itu, pengamat ekonomi Farial Anwar mengaku sudah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan dikisaran 5,1 persen. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai tidak berkualitas karena hanya didukung dari sektor konsumsi masyarakat dan bukanlah dari sektor investasi serta ekspor.

Selain itu, Farial mengatakan neraca perdagangan Indonesia selama ini mengalami defisit, hal itu disebabkan karena angka impor lebih besar daripada angka ekspor. Ditambah lagi sisi bunga kredit Indonesia terlalu tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara yaitu sebesar 7,5 persen.

Pertumbuhan ekonomi di Triwulan III tahun 2014 yang menurun, Farial menilai akan sangat sulit bagi Presiden Jokowi untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Bahkan Farial memprediksikan pertumbuhan ekonomi akan cenderung terus menurun hingga tahun depan mencapai 5,1 persen. "Persaingan Indonesia menjadi semakin berat dan begitu ketat. Kalau tidak ditanggulangi Indonesia akan kebanjiran impor dari negara-negara lain," kata Farial kepada Gresnews.com.

BACA JUGA: