Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Mendikbud Muhammad Nuh menghilangkan unsur kekerasan yang biasa menyertai kegiatan masa orientasi sekolah. Di lingkungan akademi militer dan kepolisian saja budaya kekerasan ini sudah tidak dipakai lagi.

"Pastikanlah semua sesuai dengan tujuan masa orientasi, yaitu mengenal sekolah, baik fisik maupun nonfisik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (31/7) siang.

Pernyataan tersebut dilontarkan Presiden untuk menjawab pertanyaan seputar masih ditemui kasus kekerasan dalam masa orientasi di sekolah maupun perguruan tinggi. Menurut Presiden, masa orientasi jangan diserahkan kepada siswa senior saja, guru pun harus ikut memastikan masa orientasi sesuai tujuan dan sasaran. SBY pernah menegur keras, bahkan mengambil tindakan disiplin, ketika terjadi kekerasan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dahulu.

Budaya kekerasan, lanjut Presiden, harus dihentikan. Di lingkungan akademi militer dan kepolisian tindakan kekerasan yang bisa mengakibatkan korban juga sudah dihilangkan. "Itu keluar dari nilai kemanusiaan, keluar dari nilai pendidikan. Dalam arti yang luas saya ingin memberikan perhatian agar masa orientasi itu berjalan dengan baik tanpa kekerasan," SBY menegaskan.

Baru-baru ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data kasus kekerasan yang terjadi pada anak di sekolah. Disebutkan 87,6 persen anak Indonesia masih mengalami kekerasan di sekolah, dengan peincian 29 persen dari guru, 28 persen dari teman di lain kelas, dan 42 persen dari teman sekelas.

Menyangkut survei tersebut, Presiden SBY meminta kejelasan lebih lanjut. "Kalau datanya valid dan benar, solusinya akan lebih efektif," ujar SBY.

SUMBER

BACA JUGA: