Jakarta - Di tengah peringatan hari Kartini yang jatuh pada hari ini, Sabtu (21/4), rupanya ada seorang guru wanita yang sedang bersedih karena mendapatkan ketidakadilan.

Sintauli Sirait, yang bekerja sebagai Kepala Sekolah TKK Penabur Gunung Sahari dipecat sepihak tanpa alasan yang jelas oleh Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur.

"Bahwa perbuatan yang telah dilakukan Yayasan BPK Penabur Jakarta tersebut merupakan perbuatan tidak patut, melawan/melanggar hukum, kata kuasa hukum Sintauli, Bambang Siswanto, dalam keterangan tertulisnya yang diperoleh gresnews.com, Sabtu (21/4).

Menurut Bambang, Sintauli dipecat pada 30 Januari 2012 oleh Kepala Personalia dan Hukum BPK Penabur Jakarta, Ervin. Pemecatan pun dilakukan secara lisan.

Mendengar informasi itu, Sintauli sangat terpukul, bingung dan menangis, karena tidak ada penjelasan, keterangan maupun peringatan yang diberikan Yayasan BPK Penabur Jakarta.

"Perbuatan itu mengakibatkan kerugian baik secara materiil maupun immateriil bagi klien kami," kata Bambang.

Padahal, Sintauli menceritakan, sejak 1998 diterima bekerja di yayasan, kinerja dirinya sangat baik. Pada awal bekerja, ia sempat menjadi Kepala Sekolah di TKK 5 Taman Mini Indonesia Indah yang keadannya memprihatinkan karena minim peserta didik.

Ia pun berinisiatif mencari peserta didik dari anak para jemaat. Pada tahun ajaran 2009-2010, Sintauli diberi tanggung jawab memegang satu sekolah lainnya, yakni TKK Filial Pondok Gede. "Otomatis murid TKK 5 Penabur meningkat, guru pun bertambah," jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, guru- guru mengusulkan untuk menawarkan uang sanggar kepada guru sanggar kelebihannya dimasukkan ke uang kas kesejahteraan guru dengan catatan dipakai untuk kebersamaan. Ia pun mewanti-wanti penggunaan uang itu harus bertanggung jawab.

Pada tahun ajaran 2011- 2012, Sintauli dimutasikan ke TKK 7 Gunung Sahari. Kepala SDM Yayasan, Ervin melakukan investigasi ke lapangan dan menemukan dugaan penyelewengan uang sanggar.

Alasannya, kualitas sanggar sekolah tidak profesional karena tidak ada prestasi yang diraih peserta didik. Adapun prestasi diraih justru di TKK 5 TMII. Lantas, Sintauli pun dipanggil dan dipersalahkan atas hal itu.

"Saya sudah memohon ampun dan minta maaf, Saya tidak mempunyai motivasi untuk memperkaya diri sendiri, semua bentuk penerimaan dan pengeluaran dilakukan oleh bendahara sekolah. Kasek tidak pernah memegang uang," ujar Sintauli.

Tapi, pengakuannya itu tak digubris. Pihak Yayasan bersikeras memecat dirinya.

BACA JUGA: