JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kasus penembakan misterius yang baru-baru ini terjadi di rumah Mantan Ketua MPR, Amien Rais masih terus didalami oleh pihak kepolisian. Muncul dugaan peristiwa ini kental bermuatan politis dan sekadar pengalihan isu kenaikan harga BBM subdisi saja.

Menurut pengamat politik dari Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika), Andrianto penembakan yang terjadi di rumah Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais mempunyai muatan politis. Andrianto menilai penembakan itu sudah sangat terencana dan sistematis.

"Penembakan itu sebagai bentuk teror, ini semacam presure (tekanan) terhadap tokoh politik, tapi sekaliber Amien Rais tentu tidak berpengaruh karena sasarannya hanya pengalihan isu dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)," katanya saat dihubungi Gresnews.com, Jakarta, Senin (10/11).

Pria yang juga ketua dewan pembina Humanika ini menduga, pelaku penembakan adalah pihak yang punya kepentingan ‎terhadap pembentukan opini. Dia melihat yang paling punya kepentingan terhadap itu adalah penguasa saat ini.

Menurutnya, Amien Rais merupakan tokoh politik yang bukan biasa-biasa saja, dan ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pelaku kepada Amien Rais lewat ‎penembakan tersebut.

Sebelumnya Amien Rais, mengaku sempat menanyakan rencana pengurangan subsidi BBM ke Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK), saat keduanya menyantap makan malam bersama di hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/10).

"Saya sudah tanya, dijawab ya kira kira naik. berapa? Ya sekian, saya nggak mungkin katakan, angka bisa berubah juga," kata Amien dalam konfrensi persnya bersama JK.

Dalam kesempatan itu ia mengatakan bahwa APBN akan jebol bila subsidi BBM tidak dikurangi. Jika mimpi buruk itu terjadi, maka hal itu juga akan berdampak pada pasar di Indonesia. Mantan Ketua MPR itu dalam pernyataannya tidak menyebutkan apakah dirinya setuju atau menolak gagasan tersebut. Namun sebagai salah satu punggawa Koalisi Merah Putih (KMP), Amien memastikan koalisi nya akan tetap menjadi penyeimbang pemerintah.

Sementara itu Kabareskrim Polri, Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan, kasus itu masih terus diinvestigasi, dan penembakan itu diduga memakai senjata rakitan berdasarkan hasil penyelidikan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri.

Menurut Suhardi, pelaku penembakan ini diduga masih dalam satu jaringan dari kelompok perakit senjata api ilegal di Cipacing, Jawa Barat yang telah berhasil diringkus oleh pihak kepolisian. Pasalnya, peluru yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) berasal dari senjata api rakitan yang mirip dengan yang dibuat dari jaringan di Cipacing.

Selain itu, Suhardi menegaskan, jika ada oknum kepolisian yang terlibat dalam kasus ini dirinya tidak segan-segan untuk menindak tegas oknum tersebut. "Keterlibatan aparat masih kita dalami. Kalau ada oknum, tidak ada ampun. Mungkin saja terlibat," katanya di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/11).

Masih menurut Suhardi, ‎jaringan senjata api ilegal di Cipacing ini adalah salah satu jaringan yang ada di Indonesia. Dia mensinyalir jaringan Cipacing ini memiliki koneksi dengan jaringan yang ada di negara Filipina.

BACA JUGA: