JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ali Masykur Musa sebagai salah satu peserta Konvensi Partai Demokrat merasa yakin akan memperoleh dukungan suara pemilih muda dan warga Nahdatul Ulama (NU). "Modalnya NU yang mempunyai peta dukungan 40 persen dalam suara nasional. Sedang keluarga besar NU dan Kelas menengah kaitannya dengan pemilih muda," ungkap Ali pada jumpa pers usai mengikuti pidato konvensi yang digelar pada Selasa (7/1) di Jakarta Selatan.

Ali yakin dengan latar belakangnya sebagai orang Jawa Timur dan keluarga NU akan mampu mendapatkan dukungan dari keluarga besar NU tersebut. Terkait ada tidaknya dukungan dari istri almarhum Presiden Abdurahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid dan keluarga Gusdurian, Ali mengatakan optimis mendapat dukungan itu meski diakuinya belum ada persetujuan dari keluarga Gus Dur.

Ali menambah dengan strategi pendekatan pedesaan atau grass-root ia akan mampu meraih simpati dari kalangan bawah. Ali mengatakan dengan strategi itu ia memang sengaja tidak ingin menciptakan strategi yang terlalu bombastis dengan mengandalkan media dan kejutan-kejutan retoris. Akan tetapi dengan pendekatan pada kelas bawah, menurut Wakil Ketua BPK itu, strategi komunikasinya akan lebih tepat sasaran. "Masih ada peluang untuk men-endorse berbagai langkah. Strategi yang dilakukan adalah mendorong lebih aktif dan masif grass-root yang berbasis pedesaan," imbuhnya.

Menanggapi peluang peserta konvensi yang lain, menurut Ali,  semua mempunyai peluang yang sama dalam konvensi. Ia juga menaruh perhatian dan rasa hormat kepada kandidat lain baik peserta maupun non peserta konvensi. Tanpa harus melakukan diskriminasi dan penyanderaan atau menjatuhkan capres lain.

Dalam pidatonya Ali Masykur Musa mengungkapkan gagasan utama dalam visi misinya adalah tentang ketahanan pangan serta toleransi beragama. "Dalam satu sisi pemerintah dalam berbagai kebijakan sudah bagus, tetapi dalam satu sisi lain perlu ada sentuhan dan reorientasi dalam kaitan ketahanan pangan," ujar mantan Anggota Komisi XI DPR-RI.

Ia memaparkan pada tahun anggaran 2013, subsidi pangan hanya Rp 31 triliun dari 1700 trilun total dana APBN. Ia menganggap jumlah subsidi tersebut terlalu kecil, sehingga petani tidak mampu memperoleh kesejahteraan dalam memproduksi maupun menjual hasil pertaniannya. "Jika Allah menghendaki saya menjadi presiden ke tujuh maka subsidi atas ketahanan pangan perlu kita tingkatkan," ujarnya.

Cara meningkatkan subsidi pangan, kata Ali, akan dilakukan dengan menggeser subsidi bahan bakar minyak yang dianggap terlalu besar. Bahkan ia menduga sebagian besar subsidi BBM di perkotaan dinikmati kalangan menengah ke atas.

Adapun pada sektor toleransi agama, Ali berpendapat, kerap terjadi keretakan karena agama masih bertoleransi dengan politik. Bahkan dijadikan komoditi untuk kepentingan politik tertentu. Seharusnya, kata dia, pluralisme dijadikan pegangan untuk menentang masalah tersebut. "Tidak ada Indonesia tanpa pluralisme," ujarnya.

Sementara itu putri mendiang Abdurahman Wahid, Allisa Wahid mengatakan komunitas Gusdurian bukanlah organisasi politik praktis. "Kalau jaringan Gusdurian kan non-politik praktis," kata Allisa kepada Gresnews.com pada Selasa (7/1).

Koordinator Komunitas Gusdurian itu menambahkan tidak ada pengarahan dukungan suara kepada tokoh manapun dalam organisasi maupun struktur keluarga. Bila ada tokoh yang menjual nama komunitas dan Gusdur, Allisa mengatakan, patut dipertanyakan kelompok yang mana. Lebih lanjut menurut Allisa Wahid pengurus besar Nahdatul Ulama pun tidak bisa mengarahkan Nahdiyin untuk mendukung salah satu tokoh capres. "Kalaupun ada dukungan itu sifatnya hanya personal," tambahnya.

Allisa juga tidak menampik bahwa ayahnya memang tokoh bangsa yang dimiliki seluruh orang. Namun dirinya menghimbau agar nama Gusdur tidak dipakai sebagai komoditas politik. "Bila ada yang ingin melanjutkan perjuangan bapak kan tanpa harus memasang foto dan atribut, bisa dilakukan (dalam bentuk aksi)," pungkasnya. Dengan langkah aksi, menurut Allisa justru akan lebih bisa dinilai oleh seluruh masyarakat.

BACA JUGA: