JAKARTA, GRESNEWS.COM - Sejak resmi digelar pada 16 Agustus 2013 lalu, Konvensi Partai Demokrat tampaknya tetap tidak terkenal di masyarakat secara luas. Konvensi besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi Ketua Umum Demokrat ini tak terdengar gaungnya di masyarakat.

Pengamat Politik Charta Politica Yunarto Wijaya mengatakan berdasarkan hasil survei nama-nama peserta para konvensi tetap kurang terkenal ketimbang peserta di luar konvensi. "Hasil survei para peserta konvensi masih kalah jauh dibanding capres-capres partai lain," kata Yunarto kepada Gresnews.com pada Kamis (2/1).

Ia menambahkan momentum pelaksanaan konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) ini dinilai kurang tepat. Karena pada saat hampir bersamaan muncul nama Joko Widodo atau Jokowi yang selalu berada di peringkat pertama survai. Konvensi Demokrat pun seolah hambar dengan kemunculan Jokowi ini.

Selain itu citra Partai Demokrat juga sedang pada titik terendahnya setelah banyak kasus-kasus korupsi yang melibatkan kader partai berjargon Katakan Tidak pada Korupsi itu. Ada Angelina Sondakh lalu Muhammad Nazaruddin dan mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Namun menurut Yunarto proses konvensi masih membawa dampak positif bagi perbaikan citra partai berlambang merci itu. Paling tidak indikator keberhasilan dari konvensi itu akan muncul dalam Pemilu Legislatif. Misalnya mampu menempatkan Partai Demokrat menjadi dua besar. Kalau hal itu tak tercapai artinya konvensi gagal dan SBY harus mempersiapkan sesuatu.

Senada dengan Yunarto, Pengamat The Habibie Center Bawono Kumoro mengatakan penyelenggaraan konvensi untuk jaring capres kurang dikenal oleh masyarakat. "Jadi tertutup dari coverage media," kata Bawono kepada Gresnews.com pada Kamis (2/1).

Ia menambahkan faktor itu ditambah dengan tidak adanya kepemilikan media seperti yang dipunyai oleh Partai Golkar dengan Viva Group-nya dan Hanura dengan MNC Grup-nya. Sehingga bukan tidak mungkin hasil konvensi hanya menghasilkan calon wakil presiden. Apalagi bila hasil Pemilu Legislatif mendatang tak sesuai harapan Demokrat. "Pilihannya tentu merapat ke capres lain dengan popularitas tinggi," imbuhnya.

Menurutnya SBY, mengetahui konvensi tak akan sukses. Sehingga SBY mencoba menjalin komunikasi politik dengan beberapa calon presiden yang muncul. SBY bertemu beberapa tokoh yang menyatakan atau digadang menjadi capres ke Istana.

Bawono mengatakan pertemuan itu bersifat politis dan memiliki tujuan tertentu. Terlebih ini terjadi pada tahun politik dimana pelaksanaan pemilihan umum tinggal hitungan bulan lagi.

Terakhir pada Jumat (27/12) SBY memanggil Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ke Istana Negara, setelah sebelumnya ia mengundang juga Prabowo Soebijanto, Aburizal Bakrie dan Yusril Ihza Mahendra.

BACA JUGA: